Sebagaimana diri ini bergejolak, ketika iris menembus retina
____Shea Arruel____
Shea tengah berjalan menelusuri jalanan yang masih lumayan gelap. Dia ingin menikmati hembusan oksigen yang belum tercemar, maka dari itu Shea berkeliling di daerah perumahannya pagi ini. Sesekali ia bersenandung ringan, menyanyikan berbagai macam lagu yang di hafalnya.
"Semoga kamu sehat-sehat terus." Ucapnya, dengan satu tangan memeluk perutnya.
Shea tidak tahu jika ada seseorang yang tengah memperhatikannya. Orang itu berada cukup jauh di belakangnya, dengan penyamaran yang tidak mudah di kenali. Orang itulah yang selama ini mengawasi pergerakan Shea, mulai dari di sekolah hingga di luar rumah Shea.
Saat Shea ingin membalikan badannya ke belakang. Tak sengaja ia terpeleset oleh batu kerikil yang tadi berada tepat di sebelah kakinya. Fikiran Shea sudah sangat kalut, takut jika sesuatu akan membahayakan nyawa yang sedang ia jaga.
Namun rasanya tidak sakit untuk orang yang sedang terjatuh. Ini terasa seperti berada di tengah-tengah. Tentu saja, karena seseorang yang tadi berada di belakangnya sudah lebih dulu menahan tubuhnya.
"Jangan gerak." Ucap orang itu, terdengar tegas.
Shea dengan cepat membuka kelopak matanya, memperlihatkan iris cantik yang ia miliki beradu dengan iris gelap di atasnya. Seketika jantung mereka sama-sama berlomba untuk mendapat tekanan yang tinggi. Shea merasa sesuatu menyesakan dadanya, mengingat siapa orang tersebut.
"Jangan mikir itu." Ucap cowok itu, lagi.
Shea diam, sembari mengikuti pergerakan cowok yang tengah mengembalikan posisinya seperti semula. "Jalan yang bener, jangan ceroboh."
Perlahan Shea mudur dari hadapan Leo. Dia merasa trauma saat melihat cowok tersebut berdiri dekat dengan dirinya. Air mata yang jarang keluar itu, perlahan terbendung dan menetes sedemikian rupa.
Leo memejamkan matanya, kala dilihat air mata itu mulai berjatuhan. Ini adalah yang kedua kalinya, melihat Shea menangis karena dirinya. Pertama, di saat kejadian fatal itu terjadi dengan sangat cepat dan menyebabkan sesuatu yang buruk menghampiri kedua insan tersebut.
"Nggak seharusnya lo nyelametin gue. Karena mungkin lo bakal bahagia saat sesuatu menimpa dia tanpa sengaja." Frustasi Shea dengan meluruhkan air matanya lebih banyak.
Leo segera membuka kelopak matanya, dia menampilakan raut bingungnya dengan jelas. "Maksudnya? Dia, siapa? Di sini cuma ada lo, dan yang bakal kenapa-napa itu lo." Sahutnya.
"Nggak. Karena lo nggak bakal peduli, kan? Dan memang benar di antara kita itu, ada dia." Shea berucap dengan tangisnya, lalu dia melangkah cepat meninggalkan Leo.
Leo belum mengerti maksud omongan Shea. Dia tidak tinggal diam, dia berlari mengejar Shea hingga mendapatnya. Leo menatap tajam Shea, tangannya masih menahan lengan Shea.
"Katakan sesuatu, yang berkaitan sama gue." Tegas Leo.
Shea menyeka air matanya, lalu mengarahkan pandangannya pada perut. Dia tidak berani mengatakan itu, Shea malu. Namun itu yang seharusnya di katakan, supaya dia tidak menanggung beban berat sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLEO (Not My Boyfriend)
Novela Juvenil#Selesai dan dihapus sebagian. +++ "Aku tau, kamu belum bisa mencintai ku. Tapi mulai sekarang cobalah, aku akan membantu." "Aku bersyukur dengan hadirnya dia di sini." Leo memeluk Shea dari belakang dengan tangan yang barada tepat di perut rata...