'Jangan berhenti untuk mencoba.
Trust me, and let's start together'____Alleo Serrano____
Shea telah keluar dari rumah Arka, ia tidak kuasa melihat wajah kacau cowok tersebut. Ia memiih pergi dan membiarkan Arka memahami semua kejujuran yang ia beri. Shea ingin melepas bayangan Arka segera mungkin.
"Pulang ke rumah Papa aja lah!" Celetuknya dengan kembali menghentikan taksi.
"Jalan Tamrin, ya, Pak!" Ucap Shea semangat.
Bapak supir taksi itu mengangguk, lalu mulai menjalankan mobil menuju alamat yang sudah di beritahukan. Sementara Shea mulai fokus pada ponselnya yang telah penuh pesan dan juga panggilan dari Leo.
"Palingan juga ketemu di rumah Papa. Kalau dia emang peduli." Lirih Shea, mematikan layar ponsel yang menyala kemudian memasukan dalam ranselnya.
Lima belas menit berlalu, sekarang Shea sudah turun di depan gerbang rumahnya. Ia menatap nanar sekitarnya, mencari sesuatu yang pantas ia curigai keberadaannya. Namun nihil, tidak ada tanda-tanda Leo mencarinya ke rumah Papanya.
Shea menghela nafasnya, ia memang kesal dengan Leo yang sama sekali tidak pernah memberi tahu kehidupan cowok itu sebelumnya. Mungkin Shea harus bertanya jika rasa penasarannya belum terjawab juga.
Shea melangkah masuk ke dalam rumah dengan mengucap salam singkat. "Bibik, Papa tidur di sini nggak?" Tanyanya kemudian setelah mendapati asisten rumah tangga yang sedang membersihkan ruang tamu.
Bik Inah menggeleng, ia tidak terkejut dengan kedatangan anak majikannya itu. Karena sebelumnya seseorang sudah bercerita sesuatu padanya.
"Nggak, Non. Tapi tadi Bapak mampir ke sini sebentar pas mau ke kantor."
Shea membulatkan mulutnya membentuk huruf 'O'. Kemudian ia izin untuk menuju ke kamarnya. Bik Inah hanya mengangguk, tidak berucap apa pun mengenai sesuatu yang tengah menunggu Shea.
Ceklek...
"Gelap banget." Shea meraba dinding untuk mencari saklar lampu.
Setelah menyalakan lampu, ia di kejutkan dengan seseorang yang duduk di tepian tempat tidurnya___Leo.
"Dari mana aja? Baru pulang jam segini." Cetus Leo menatap istrinya dengan tatapan menyeramkan.
Shea memalingkan wajahnya, melempar tasnya ke sofa dekat meja riasnya. Ia tidak menggubris kehadiran Leo sama sekali. Sekarang, ia malah menuju lemari pakaiannya dan berlalu masuk ke kamar mandi.
Leo yang merasa terabaikan, beranjak menuju pintu kamar mandi yang baru di tutup Shea. Leo tidak marah, hanya saja dia tidak bisa menerima kelakuan Shea satu itu.
"Shea, buka!" Seruannya, namun tidak ada jawaban. Hanya terdengar suara gemericik air, Shea mungkin sedang mandi
Leo berjalan mundur kembali ke tempat semula. Sembari menunggu untuk mengintrogasi istrinya itu, ia membuka laci-laci di sampingnya. Bilang saja Leo tidak ada kerjaan, karena memang begitu nyatanya.
"Masih di simpan?" Leo tersenyum sendiri ketika menemukan test pack di laci tengah Shea.
Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian meletakan benda itu di tempatnya. Berselang beberapa menit setelah itu, pintu kamar mandi terbuka dengan sosok yang sudah di nanti oleh Leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLEO (Not My Boyfriend)
Roman pour Adolescents#Selesai dan dihapus sebagian. +++ "Aku tau, kamu belum bisa mencintai ku. Tapi mulai sekarang cobalah, aku akan membantu." "Aku bersyukur dengan hadirnya dia di sini." Leo memeluk Shea dari belakang dengan tangan yang barada tepat di perut rata...