❜❜On my window pane at night, can change about the way you feel. I guess I was learning that the hard way.❜❜
Pertemuan antar keluarga sudah di laksanakan beberapa hari yang lalu. Tapi Taehyung tidak hadir saat itu, karena ada keperluan mendadak di Singapore. Jadi bisa di bilang kemarin hanya pertemuan antar orang tua.
Setelah pertemuan dengan keluarga tuan Kim Woosuk dan Ms Kate, telah di tetapkan bahwa pernikahan Jennie dan Taehyung akan di gelar tepat pada bulan april, yang berarti tinggal beberapa minggu lagi.
Acaranya di percepat karena setelah bulan april, Taehyung akan banyak menghadiri pertemuan bisnis di luar negeri dan pulang pada akhir tahun mendatang.
Tentu saja kedua belah pihak tidak setuju jika pernikahan anak mereka di tunda terlalu lama, oleh karena itu akhirnya mereka berencana untuk memajukan tanggal pernikahan tersebut.
"Jadi bulan depan kau akan menikah?" Tanya lelaki berpipi chubby tak percaya karena sahabat kecil nya akan segera menikah. Lelaki itu menarik ayunannya agar lebih mendekat pada Jennie. "Kalau begitu aku ikut senang mendengarnya."
Jennie tersenyum kecut "Aku akan merasa begitu jika ini pernikahan sungguhan."
Lelaki itu mengerutkan alisnya "Maksudmu?"
"Ini hanya perjodohan, dan kau tahu orang yang akan menikahi ku itu siapa? Temanmu, Kim Taehyung."
Jimin berfikir lalu beberapa saat kemudian ia tampak terkejut "Taehyung.. Tae-APA?! Kau akan menikah dengan Taehyung? Kim Taehyung yang itu maksudmu?"
Jennie mengangguk lemas.
"Bagaimana bisa?" Tampaknya semua itu sudah membuat lelaki gembul itu bingung.
Jennie mengacak rambutnya kasar "Aaaahhh ini semua salah ku! Aku menyetujui perjodohan Daddy tanpa tahu ternyata orang itu adalah Taehyung. Dari sekian banyak orang mengapa juga harus dia sih?"
Jimin menutup mulutnya yang menganga karena terkejut "Waaah Daebak! jadi kau menerima perjodohan tanpa tau siapa orangnya? Dan ternyata itu Taehyung?"
Jennie mengangguk lagi.
"HAHA..HAHAHA..HHAA" Jimin tertawa keras.
"Yaaa! kenapa kau tertawa?" kesal Jennie sambil mencubit perut lelaki itu hingga terdengar bunyi ringisan kesakitan. "Ah maaf Jane, refleks." sanggahnya.
Jennie bergumul "Aku benar-benar menyedihkan... Apa aku harus bunuh diri saja?"
"Yaaa Kim Jennie!! kau tidak boleh berkata begitu."
"Ya ya aku tahu. Kau kan teman setianya, bukan begitu Park Jimin?" ucapnya sarkastik.
"Lihat saja nanti, kau akan menyesal karena telah mengatakan semua itu."
Entahlah Jennie tak perduli, yang pasti semuanya malah terdengar sangat menyebalkan.
Sore harinya Jennie memutuskan pergi ke cafe milik Lalisa —sahabatnya semasa kuliah, berniat untuk memperbaiki moodnya yang hancur. Lagi pula ini malam minggu.
Jennie duduk di meja dekat jendela paling ujung, melihat pemandangan orang-orang yang berlalu lalang di taman. Sebetulnya ber—indie bukan lah gaya nya, tapi untuk hari ini hanya menatap senja terasa sangat menyenangkan.
"Kau malah melamun." Sapa seorang gadis dengan kuncir kuda lalu ia duduk di depan Jennie sambil membawa dua gelas Frappuccino.
Pandangan Jennie teralihkan pada minuman favoritnya yang sudah tertata manis diatas meja "kau menambahkan krim nya kan?"
"Lihatlah karena mu bahkan persediaan krim ku hampir habis." Cibir Lisa.
Jennie hanya terkekeh sambil menyeruput minuman itu "Ini malam minggu, kau tidak bersama Jungkook?" tanya Jennie.
Raut wajah Lisa berubah, wanita itu mengerucutkan bibirnya "Tidak, aku sedang kesal padanya."
"Oke aku tebak, pasti karena game lagi kan?"
Lisa mendengus "Memangnya apa lagi? Dari dulu game kan nomor satu baginya. Aku sih tidak penting." Sungut Lisa dengan mata berapi-api.
Lisa dan Jungkook yang waktu itu menjadi perwakilan angkatan sebagai panitia acara berakhir dengan cinlok —cinta lokasi. Jika dihitung mungkin saat ini mereka sudah menjalin hubungan sekitar lima tahun.
Dan begini lah, tiap Jungkook sedang asyik bermain game, Lisa akan mengadu pada Jennie bahwa dirinya merasa di campakkan.
Tapi bagaimana pun cinta akan mengalahkan ego, buktinya mereka masih bertahan sampai sejauh ini. Jennie jadi iri, andaikan pernikahannya atas dasar cinta, mungkin itu akan lebih baik meski selalu dihiasi pertengkaran seperti Lisa dan Jungkook.
"Oh ya, aku kesini mau memberimu sesuatu." Jennie merogoh tas nya mencari sesuatu lalu memberikannya pada Lisa "aku harap kau bisa datang."
Lisa mengernyit bingung, setelah meneliti sesuatu yang ada ditangannya ia langsung berteriak heboh "YAAAA!! DAEBAK! Kau akan menikah? Aku tidak percaya ini! Bukankah selama ini kau berpacaran dengan tuan Jongin? Tapi tiba-tiba memberiku undangan dengan pria lain. Kau sungguh akan menikah dengan nya?"
Jennie mengusap telinganya yang sakit karena teriakan nyaring sahabatnya itu. Dia tidak menjawab dan hanya memelototi Lisa yang tengah asyik mengungkit masa lalu nya. Fyi Jennie sudah lama mengagumi Jongin —teman satu kampus nya, tapi setelah itu mereka hanya berpacaran dua bulan saja.
Lisa memeluk Jennie erat "Haha aku hanya bercanda. Pokoknya selamat ya! Akhirnya nona Kim ini sebentar lagi akan menjadi seorang istri."
Jennie menepuk-nepuk pundak Lisa pengap "Aduh lepas, aku tidak bisa bernafas ini." gadis itu pun melepaskan pelukannya. "Ah maafkan aku hehe, aku hanya terlalu exited." cengirnya yang di balas just hm oleh Jennie.
"Oh ya ngomong-ngomong, seperti nya aku pernah mendengar namanya, dia nampak tidak asing bagiku.." Lisa mengingat, beberapa saat kemudian dia tercengang lalu menutup mulutnya yang menganga "Ah benar! bukankah dia putra terakhir pemilik Glory Group?"
Jennie mengernyit "Kau mengenalnya?"
"Yaaa! Siapa sih di dunia ini yang tidak mengenalnya?" Seru Lisa.
"Jelas-jelas tadi kau tidak tahu."
Tiba-tiba Lisa memeluknya lagi "Kau benar-benar luar biasa Kim Jennie! Aku menyayangimu!"
Lagi, semuanya bertingkah aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Weird Husband
FanfictionKarena perjodohan konyol orang tuanya, terpaksa Kim Jennie harus menikahi orang terculun di sekolah nya dulu, Kim Taehyung.