Mengusir halus readers yang ngga suka brocon/siscon
"Janji"
Lee Minho – Stray KidsSaat ini kamu masih terduduk dikursi cafe, matahari sudah tenggelam sejak tiga jam yang lalu. Kamu menunggu kakakmu yang tadi sore berjanji untuk menjemput, dia bilang akan menjemputmu jam 7 tapi sekarang sudah jam 9. Kamu ingin menghubungi kakakmu itu tapi ponselmu mati. Kamu terus terusan mendengus sebal karena bosan menunggu, kamu ingin pulang jalan kaki tapi rumahmu terlalu jauh.
Kamu yang merasa dipermainkan oleh kakakmu sendiri akhirnya keluar dari cafe setelah membayar makanan yang tadi kamu pesan.
"Apaansih kak Minho boong mulu kerjaannya. Tau gitu mending gua naik bus," katamu sambil menyebrang dan kembali terduduk dihalte.
Moodmu sangat dalam kondisi tidak baik saat ini. Bahkan kamu berencana untuk marah pada Minho.
"Loh Y/N," kamu menoleh kesumber suara yang memanggil namamu itu.
Kamu terkejut karena yang memanggilmu itu Han, kakak kelas yang kamu taksir.
"Kak Han?" kamu berdiri dari kursimu dan memberikan salam.
"Lo ngapain malem malem disini?" tanya Han sambil menepuk pundakmu.
"Nunggu bus kak. Kakak sendiri ngapain disini?" kamu balik bertanya.
"Gua abis nganterin Seungmin pulang, eh ketemu lo disini. Umm daripada nungguin bus yang entah kapan datengnya, mending bareng ama gua, yuk?" tawar Han padamu.
Kamu mengangguk semangat dan merasakan moodmu naik seketika. Kamu naik keatas motor Han, begitu juga Han. Tapi kamu mulai bingung saat Han membuka hoodienya.
"Nih pake, udara malem ngga bagus buat lo. Nanti bisa masuk angin," katanya sambil memberikan hoodienya padamu.
Kamu segera memakai hoodie itu, membiarkan wangi parfum Han mendominasi wangi tubuhmu. "Kakak gimana? Nanti masuk angin," katamu.
"Gua make lengan panjang kok," sahut Han sebelum membawamu melesat pergi dari depan halte.
Setelah sampai didepan rumah, kamu segera turun dari motor Han dan melongok ke halaman rumahmu. Tidak ada motor Minho disana, kamu mulai berfikir kemana perginya kakakmu disaat malam hari seperti ini.
"Kayanya kosong rumahnya de," kata Han.
Kamu mengedikkan bahu. "Mungkin kak Minho lagi jajan atau beli makanan,"
Han ber-oh ria.
"Mau masuk dulu kak?" tanyamu.
"Ngga de, makasih. Dirumah ada proposal yang menunggu buat dikoreksi," jawab Han sambil terkekeh.
Kamu ikut terkekeh. "Yaudah kalo gitu. Thanks ya kak, maaf nyusahin,"
Han menggeleng. "Ngga nyusahin kok. Kapan kapan bareng lagi yuk?" ajaknya.
Kamu mengangguk.
Setelah berpisah dengan Han, kamu masuk kedalam rumah dan baru menyadari sesuatu. Hoodie milik Han masih kamu pakai, sudah terlambat jika ingin mengembalikannya.
Rumah benar benar kosong saat kamu pulang. Kamu tengok jam dinding yang menunjukkan pukul 10.
"Kak Minho dimana coba.." kamu khawatir sih, tapi kamu juga masih marah karena dia membiarkan kamu menunggu hampir dua jam lamanya.
Karena lelah, kamupun masuk kekamarmu dan pergi mandi.
Jam menunjukkan pukul sepuluh lewat saat Minho pulang, bajunya basah kuyup karena terkena hujan. Dia merasa sangat bersalah karena ketiduran dan terlambat menjemputmu. Minho baru terbangun dari tidur lelapnya jam sembilan lebih dan langsung pergi menjemputmu, tapi kamu tidak ada dicafe yang dijanjikan dan ponselmu tidak dapat dihubungi. Namun Minho lega karena melihat rumah sudah terang, artinya kamu sudah pulang.
Minho terduduk disofa karena lelah sambil mengeringkan rambutnya yang kuyup dengan handuk yang kebetulan dijemur diteras.
Pandangan Minho terarah pada hoodie cokelat yang jelas bukan untuk perempuan dan ini bukan miliknya.
Minho menarik hoodie itu dan melemparkan senyum miringnya. "Pantes pas gua ketemu Han didepan komplek, ternyata abis nganter Y/N,"
Minho tidak terlalu menyukai Han, menurut Minho, Han itu sombong. Tapi Han tidak sombong padanya karena jelas Minho adalah kakak Y/N dan Han menyukai Y/N.
Minho terkejut ketika mendengar suara kulkas terbuka, dia berlari kearah dapur dan menemukanmu sedang mengambil makanan.
"Kalo gua telfon tuh dijawab," kata Minho sambil mendekat kearahmu.
Kamu tidak mengubris perkataan kakakmu itu.
"Y/N, lo pulang sama Han?" Minho menahan pintu kulkas yang ingin kamu tutup.
"Iya, bosen nungguin kakak yang janjinya doang mau jemput. Hampir dua jam aku nunggu dicafe, kakak kemana ha? Kakak yang bilang kalo aku ngga boleh pulang malem tapi kakak sendiri yang bikin aku pulang malem," katamu dengan nada ketus.
"Sorry de, gua ketiduran. Jam 9 gua baru bangun dan langsung jemput lo tapi lo ngga ada disana, gua fikir lo masih didalem jadi gua tungguin sampe lo nelfon gua, eh ujan turun akhirnya gua pulang dan puji Tuhan lo udah sampe disini, meskipun harus balik sama Han," jelasnya.
Oh, sekarang kamu mengerti.
"Terus sekarang masalah gitu kalo aku pulang bareng kak Han?" tanyamu.
"Masalah banget buat gua," jawabnya.
"Udahlah kak, lupain aja. Aku ade kamu bukan pacar kamu. Stop selalu cemburu pas aku lagi bareng kak han, ngga normal tau ga," katamu sambil menepuk pundak kakakmu.
"Hak manusia buat suka sama seseorang de, jadi ya terserah gua dong"
"Kak, bersainglah secara sehat. Toh dilihat dari sisi manapun, hubungan kita salah, aku ade kamu kak. Kakak udah gede, bisa bedain mana yang bener dan mana yang salah. Banyak cewe diluar sana yang lebih baik dan wajar buat kakak suka," jelasmu pada Minho yang terus terusan cemburu. Dia kakak kandungmu dan baru sebulan yang lalu dia menyatakan perasaannya kepadamu. Kamu juga merasakan hal yang sama tapi akal sehatmu masih menguasai pikiranmu jadi kamu menolak kakakmu itu.
"Ya gimana ya de. Kan kita ngga bisa ngebohongin perasaan sendiri. Kalo hati ini sayangnya cuma sama lo, gua bisa apa?" Ish kamu merasa kalah telak, Minho pintar menyusun kata kata yang berhasil membuatmu bersemu.
"Terserah kamu deh kak. Tapi aku ga mau tanggung jawab kalo bunda tau masalah ini,"
Minho terkekeh lalu mengecup pipimu.
-
What will you do if you have brother like this guy?
KAMU SEDANG MEMBACA
sugar ; ιмαgιиє'ѕ вσσк 🌱
Fanfictionall parts of the story are pure from my mind and imagination, please ask for my permission if you want to use an idea or a storyline. ' warnings; written in bahasa🇮🇩, semi-baku idol x reader(mostly fem) or y/n third person pov, author pov, reader...