04. GUNUNG YANG TINGGI, LEMBAH YANG CURAM.

44 16 10
                                    

" Ketika kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Ketika kamu ..
Berada di posisi yang benar,
mungkin kamu akan sendiri.
Tapi percayalah! Selanjutnya?
Banyak yang akan menyusul
dari belakang. "

.

.

.

Christine pun memasuki kelas yang telah terpampang jelas di depan matanya.

Guru yang mengajar di kelas itu, menyuruh Christine masuk dan memperkenalkan diri. Christine pun masuk dengan tampangnya yang datar.

" Selamat pagi! Nama saya Christine. Saya pindahan dari SMA Elang Tangerang. Salam kenal dan semoga kita bisa berteman :) " Ucap Christine tersenyum.

Walau senyum Christine hanya terpampang sesaat, tetapi dapat membuat dampak yang besar bagi hati para kaum Adam di kelas itu. Terdengar dari bisikan-bisikan mereka.

" Weh gelaseeeh senyumnya. "
" Anak baru geulis pisan ei .. "
" Semoga dia duduk dekat dengan gue. "
" Cantik anjirrrr. "
" Bakal rajin ke sekolah gue nih, ada bidadari! "

Itu hanya segelintiran orang, masih banyak lagi yang memuji kecantikan nya Christine terus-menerus.
Begitu juga kaum Hawa terkena dampaknya, aura yang keluar dari dalam diri mereka berwarna merah padam. Ekspresi mereka seperti ingin mencabik muka siswi yang sedang berdiri di depan. Terlebih lagi Clara, yang mempunyai gelar si primadona di kelas. Dia merasa terancam. Gelarnya akan berpindah tangan ke orang lain seperti dia. Untungnya hanya sebagian kaum Hawa yang merasa iri akan kecantikan nya Christine. Selebihnya juga mengakui visual Christine yang terpancar sedari tadi.

Pak Herman memanggil Nico yang lokasi tempat duduknya berada di paling depan. Nico pun berdebar, dia mengira dialah laki-laki terberuntung di kelas yang bisa duduk bersama si Anak Baru. Eh, ternyata kenyataan membuatnya terpuruk ketika Pak Herman melanjutkan perkataannya, " Kamu ambil meja dan kursi di gudang sekolah ya! Nanti kamu pindah ke barisan belakang .. Disitu masih kosong. " Anak-anak yang lain cekikikan melihat ekspresi Nico yang terlihat tidak bersemangat. Pak Herman menoleh ke arah dimana Christine masih dalam posisi berdiri dan berkata, " Christine, kamu duduk disini .. " Sambil menunjuk ke tempat yang tadi di dudukin oleh Nico.

Christine pun menunduk hormat ke Pak Herman dan langsung menuju ke tempat yang tadi telah diberitahukan oleh Pak Herman.

Christine disambut hangat oleh teman sebangkunya, " Hai, kenalin! Aku Ema. " Ucap anak yang manis dengan geraian rambut panjang dibiarkan bebas sambil mengulurkan tangan. Christine menjabat tangan itu, lalu menyebut namanya lagi untuk kedua kalinya " Aku Christine. "
" Kalau kesulitan, tanya aku ya .. Pasti aku bantu selagi bisa hehe. " Sambung Ema. Christine hanya tersenyum menanggapinya.

Pak Herman mengajar lagi seperti biasa.
Saat Pak Herman menjelaskan materinya, rata-rata anak di kelas itu mengeluh susah. Ya memang hampir 100% tidak ada yang menyukai pelajaran Matematika. Julukan Pak Herman saja di sekolah adalah Guru Mematikan.

Berbeda dengan Christine, dia menyimak dengan baik setiap kata demi kata yang diucapkan oleh Pak Herman. Yang benar saja .. Jelas dia seperti itu! Mata Pelajaran ini adalah pelajaran yang sangat disukainya.

Selang beberapa menit kemudian .. Pak Herman pun bertanya " Paham? " Mereka serentak menjawab " Paham " dengan nada malas. Lalu Pak Herman bertanya lagi karena tahu mereka berbohong.
" Tidak usah malu bertanya, saya akan membuat kalian mengerti dengan baik .. " Kata Pak Herman lembut.

Christine pun mengangkat tangan nya.
" Iya Christine, kamu mau tanya apa? "
Hingga seluruh penghuni kelas itu tertuju padanya. Christine menurunkan tangannya dan berkata " Jika rumus berbeda tapi jawabannya sama dengan punya bapak, bisa digunakan pak? " Pak Herman tersenyum dan menjawab " Iya, boleh. Selama jawaban nya sama. Mau pakai rumus A, B, atau C juga tidak masalah. Yang enak kamu gunakan dan mudah kamu ingat saja. "

" Ah baguslah kalau begitu, kukira tadi tidak bisa. " Kata Christine.
Pak Herman tetap tersenyum dan bertanya " Boleh kamu tunjukkan rumus yang kamu pakai di depan? "

Tanpa basa-basi Christine langsung maju dan mengambil spidol. " Saya sekaligus menjelaskan juga ya pak .. " Pintanya.
Pak Herman terkejut dan mengangguk atas permintaan murid barunya tadi.

Semua tertegun dan melihat Christine seolah-olah dia guru baru yang sedang menjelaskan pelajaran yang paling mereka tidak sukai.

Setelah selesai menjelaskan, Christine menghadap kepada seluruh teman sekelasnya dan membuka suara untuk menanyakan sesuatu kepada mereka.
" Apa saya kecepatan? " Tanya Christine.
Dengan kompak mereka menjawab " TIDAKK! " Lalu Christine bertanya lagi untuk memastikan. " Apa kalian mengerti? " Lagi-lagi dengan semangat mereka menjawab " IYAA!! " Dilanjutkan dengan tepuk tangan yang meriah, sampai terdengar di kelas sebelah.

Pak Herman juga ikut takjub. Dia bangkit dari kursinya dan menepuk bahu Christine pelan sambil berkata " Good Job! " Christine tersenyum, lalu kembali lagi pada posisinya yang semula.

Ema terkagum-kagum " Eh buset, kayaknya gue deh yang minta bantuan lo. " Christine hanya menatapnya sebentar lalu kembali fokus lagi menghadap ke depan.

Christine sekarang dinobatkan oleh teman sekelasnya ialah seorang penolong. Karena dia dengan baik bisa menjelaskan kepada seluruh temannya, lalu secara otomatis mengubah mindset mereka semua. Bahwa " Matematika itu Menyenangkan " Namun ada sepasang bola mata yang menatapnya tajam " Cih .. Dasar belagu! Anak baru juga. Udah caper sana sini. "

tbc ..
___________________________________________

" Lo udah salah berurusan sama gue!
Bakalan gue injek lo, sampai lo mohon-mohon di depan mata kaki gue.
HAHAHA *EvilFace. "

- Clara -

He's The Part Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang