Part 19 : Janji Suci

10.1K 299 27
                                    

Sebulan setelah hari lamaran. Ibu dan Bang Sam melakukan ijab qobul di masjid dekat rumah. Acara sakral ini sangat khusuk dan lancar. Cukup sederhana dan hanya dihadiri oleh para tetangga dan sanak saudara. Di depan penghulu, wali dan saksi __Ibu dan Bang Sam__ mengikrarkan janji suci sebagai sepasang suami istri.

Dengan tenang, Bang Sam mengucapkan sumpah untuk syarat nikah hingga Sang Penghulu menyatakan kata 'SAH' di depan publik. Saat kata-kata itu menggema, tepukan tangan yang gemuruh menyertai senyum bahagia di wajah kedua mempelai. Aku adalah salah satu orang yang paling merasakan kebahagiaan itu. Karena akhirnya ibu menemukan jodohnya kembali. Tak ada hal yang lebih menggembirakan bagiku selain melihat senyum bahagia di wajah ibu. Semoga pernikahan mereka merupakan awal yang baik untuk membuka pintu keberkahan di keluargaku.

Sejak hari pernikahan mereka. Bang Sam turut tinggal di rumah ibu. Tak ada yang berubah. Semua melakukan aktivitas sesuai dengan perannya masing-masing seperti biasanya. Ibu tetap bekerja di konter pulsa. Bang Sam tetap mengajar di pusat kebugaran dan menjadi guru olah raga di beberapa Sekolah Menengah Atas. Sementara aku sendiri, menjalani hari-hariku sebagai pelajar SMA di tingkat XI.

 Sementara aku sendiri, menjalani hari-hariku sebagai pelajar SMA di tingkat XI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berita pernikahan Bang Sam cepat sekali menyebar di pelosok sekolah. Topiknya menjadi bahan pergunjingan seantero sekolah. Namun tak banyak yang tahu, bahwa Bang Sam sebenarnya menikah dengan Ibuku. Hanya segelintir orang saja yang mengetahuinya, masih bisa dihitung dengan jari. Aku sendiri juga merahasiakan ini dari teman-temanku, termasuk pada Poo.

Yang Poo tahu, itu pun karena dia diberitahu oleh Bang Kia, kakak laki-lakinya, bahwa Bang Sam menikah dengan seorang janda. Dia tidak tahu, kalau janda itu ternyata Ibu kandungku.

''Sayang sekali, ya ...'' ujar Poo suatu hari di serambi kelas pas waktu istirahat.

''Sayang kenapa?'' tanggapku.

''Bang Sam ... seorang bujangan menikah dengan seorang janda muda,'' terang Poo.

''Itu namanya jodoh, Po ... dan jodoh merupakan salah satu misteri ilahi yang tak pernah kita ketahui ...''

''Iya, seeh ...''

''Udah deh, lo tidak perlu memikirkan jodoh orang ... lo pikirkan saja dengan jodoh lo sendiri, Po ... gimana hubungan lo dengan Si Syantik Ola?''

''Buruk ...''

''Buruk kenapa?''

''Ternyata omongan lo benar, Vo ... Mitarola bukan cewek baik-baik, dia tidak benar-benar menyukai gue. Dia cewek bispak. Murahan. Sono sini mau. Gampangan. Najis, deh!''

''Ya udah, kalau lo udah tahu sifat dia yang sebenarnya, tak perlu dipikirkan lagi ... ingat kata orang tua, Cowok yang baik-baik, hanya untuk cewek yang baik-baik pula ...''

''Berarti gue cowok yang baik-baik, ya, Vo ...''

''Hehehe ... maybe!''

''Buktinya gue dipisahkan dari cewek yang tidak baik ...''

''Kalau begitu bersyukurlah ...''

''Bagaimana dengan lo sendiri, Vo ... lo termasuk cowok yang baik atau tidak baik?''

''Gue tidak tahu ... gue belum pernah mendapatkan pacar. Jadi gue belum bisa menentukan diri gue orang yang baik atau sebaliknya...''

''Emang lo tidak tertarik sama Berry, Vo? Gue lihat Berry itu cewek yang asik, dan sepertinya dia suka sama lo?''

''Entahlah, gue tidak memiliki rasa sedikit pun terhadap dia ...''

''Jangan-jangan lo emang tidak memiliki rasa ketertarikan pada seorang cewek, Vo ...''

''Husss! Sembarangan ...''

''Hehehe ... woles, Bro. Gue cuma kidding. Lo tau kidding, kan? Bercanda. Guyon, you know!''

''Hehehe ...'' Aku meringis.

Apa yang dikatakan Poo mungkin ada benarnya juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa yang dikatakan Poo mungkin ada benarnya juga. Aku memang cenderung tidak tertarik dengan makhluk yang bernama perempuan. Libidoku lebih naik saat membicarakan hal-hal yang berbau kemaskulinitasan. Organ vitalku lebih berfungsi saat menyaksikan kemolekan tubuh jantan sang laki-laki. __Oh, Tuhan, karma apa yang menimpa diriku ini sehingga aku harus menghadapi dilema semacam ini. Menjadi gay jelas bukan keinginanku. Namun penyimpangan seksualitas ini seolah tak bisa lepas dalam jiwaku. Sadar atau tidak sadar, aku memang telah terjerembab dalam hubungan cinta sejenis. Miris. Membuatku serasa ingin menangis. Apalagi saat ini, aku harus berjuang ekstra keras untuk menghalau keganjilan perasaanku terhadap Bang Sam yang telah menjadi Ayah Tiriku.

Bagaimana aku bisa menghilangkan rasa kekagumanku terhadap ayah tiriku itu, sementara tiap hari aku bertemu dengannya. Entahlah, aku harus bagaimana menghadapi situasi yang nyeleneh ini. Aku tidak mungkin menyimpan hasrat terhadap laki-laki yang telah menjadi suami dari ibu kandungku sendiri. Sungguh, benar-benar gila, bila seandainya aku nekat memadu kasih dengannya. Apa kata dunia? Apa kata ibuku? Bagaimana perasaannya?

Aku tidak boleh egois. Ada perasaan ibuku yang harus aku jaga.

Ayah Tiriku IdolakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang