cinco

540 105 9
                                    

seoul, oct 2019

"Jennie"

Seorang mahasiswa berlari kecil untuk menyeimbangkan langkahnya dengan gadis yang ia panggil Jennie. Sang empu menoleh malas, begitu juga dengan kedua rekannya Joy dan Sungjae.

"Kau memanggilku?" tanya Jennie, sedikit menyelidik.

"Benar, apa kau ada waktu sebentar?"

"ya hanya sebentar"

Pria itu menggaruk tengkuk "Ah baiklah, kenalkan aku Suho" pria itu mengulurkan tangan.

"Cepatlah aku tidak bisa berbasa-basi denganmu, kelasku akan segera dimulai" ketus Jennie tanpa menghiraukan uluran tangan Suho.

"Mengapa kau sangat dingin" Joy berbisik, ia tak enak karna sikap rekannya ini.

"Mian jika aku mengganggumu, apa kau berteman dengan pria yang duduk disampingmu saat di ruang vocal?"

Jennie menatap Suho dengan tatapan menyelidik sebelum akhirnya mengangguk.

"Ada apa dengannya?"

"Nghh.. Siapa namanya? apa boleh aku meminta kontaknya?"

Jennie mengernyitkan dahi, begitu pula dengan Joy dan Sungjae apa Suho seorang gay?

"Ah tidak, maksudku aku ingin menanyakan suatu hal padanya" Suho yang mengerti ketiga Hoobaenya memikirkan hal yang tidak-tidak.

Jennie mengangguk mengerti "Baiklah, dia Hanbin. Kau catatlah nomor ponselnya"

"Baik"

••

Bobby Kim, pemilik toko service itu frustasi saat mengetahui komputer yang diperbaiki oleh asistennya tiba-tiba saja meledak. Ia mengerang hebat, tidak ada yang berjalan mulus saat asistennya itu bekerja. Jika bukan karena Woozi adik dari kenalannya ia tidak akan pernah memperkerjakan anak itu. Sial.

"Permisi, apa disini aku bisa menservice hatiku" seorang pengunjung tiba-tiba menyapa dengan kalimat menjijikkan, wajah Bobby semakin merah padam. Apaan apaan. Menservice hati matamu!

"Orang gila macam apa yang- Ha hanbin?" Bobby terkejut setelah mendongakkan kepalanya, baru saja ia akan mengumpat dan kehilangan seorang pelanggan.

Pria yang ia panggil Hanbin mengulum senyum sebelum akhirnya kembali berekspresi datar.

"Apa kau baru saja mengatakan pelangganmu gila!?"

Bobby menutup mulut dengan kedua tangannya, masih tak merespon Hanbin.

"Lihatlah dirimu, kau sangat berlebihan. Tidak perlu terkejut seperti itu" Hanbin beranjak dari tempat ia berdiri, lantas menuju ruang tempat para pelanggan menunggu barang mereka diservice.

Bobby mengekori Hanbin dari belakang "Ya! Kapan kau kemari?"

"Beberapa hari yang lalu"

"Kau benar-benar pria jahat, mengapa kau tidak mengabariku?"

"Itu tidak penting, bagaimana dengan tokomu? apa semua berjalan lancar?"

Bobby menggeleng "Tidak ada yang berjalan lancar"

"Ah ya, lalu bagaimana dengan Jennie? mengapa kau tidak mengajaknya ke Seoul?"

Hanbin menghela napas panjang, lantas melipat satu kaki.

"Apa aku sedang melamar pekerjaan? aku seperti sedang diwawancarai olehmu"

"Kau tidak berniat menyiapkan ku minum? aku sangat haus"

te quiero | jenbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang