ocho

467 73 13
                                    




Sudah dua kali Hanbin jatuh tersungkur saat hendak menuju apartementnya. Jennie sibuk memunguti sampah yang berserakan diruang televisi akibat ulah kedua sahabat prianya tadi, sementara Bobby memang sudah kembali sejak dua jam yang lalu.

Dengan was-was Jennie melirik ke arah pintu, memastikan Hanbin sudah benar-benar meninggalkan apartementnya.

Tidak lama, bel apartement berbunyi, asal suara itu bukan dari apartement Jennie melainkan dari apartement pria yang baru saja keluar itu.

Hanbin membuka pintu dengan ramah, mempersilahkan seoarang pria berusia sekitar 43 tahun masuk.

"Ayah bagaimana kabarmu?" tanya Hanbin berbasi-basi.

"Dasar cecunguk" Jiyong mendendang kasar kaki putranya, Hanbin meringis menahan sakit.

"Apa kau begitu sibuk hingga aku yang harus berkunjung kemari? sudah lebih dari sepuluh hari kau disini dan kau tidak berniat mengunjungi ayamu?" Jiyong melipat kakinya santai, menatap sinis ke arah putranya.

Hanbin menggaruk tengkuk, berjalan pincang lalu duduk disofa.

"Tidak mungkin aku tidak berniat mengunjungimu, aku memang benar benar sibuk,"

"Halah sudahlah tidak usah berbasa basi, aku datang kemari untuk mengajak kau dan Jennie makan malam"

"Ta-"

"Tidak ada penolakan kau pikir aku memiliki banyak waktu luang sepertimu? aku bahkan menunda keberangkatanku menuju Jepang untuk kau dan Jennie"

"eh? ba- baiklah ayah"

"Antar aku ke apartement Jennie"

Hanbin melotot menanggapi ucapan ayahnya "Ah sial bagaimana ini, pakaianku, boxerku bahkan semuanya ada di apartement Jennie" Hanbin berguman pelan, Jiyong memicingkan mata menyelidik.

"Apa yang kau pikirkan? apa ada hal yang tidak aku ketahui?"

"Ah tidak, aku pikir kau terlalu sibuk untuk bertemu Jennie jadi sebaiknya kau kembali saja ke kantormu ayah"

"Tidak masalah, aku senang bisa menyapanya" Jiyong beranjak dari sofa, Hanbin menahan pergerakan sang ayah.

"Ada apa?"

"Bukankah kau harus mempersiapkan acara nanti malam ayah?"

"Kau ini, untuk apa aku memiliki banyak pegawai jika tidak bisa mengurus hal seperti itu. Kau tidak perlu membuat repot repot memikirkannya"

"Cepatlah"

"Baik ayah" Hanbin melangkah pasrah mengantar sang ayah menuju apartement Jennie.

Hanbin menekan bel, sembari berdoa "Semoga Jennie tidak mengatakan hal fatal seperti 'mengapa kau memencet bel kau tinggal menekan pin dan masuk' Ah tidak tidak jangan sampai.

Perlahan pintu apartement terbuka dan "Apa kau sudah kembali, bagaimana dengan ay-" Jennie menggantung kalimat selanjutnya saat melihat Hanbin dan Jiyong?

ya benar Hanbin melupakan kalimat fatal kedua.

"Sudah kembali? apa kalian baru saja bersama?" tanya Jiyong ragu namun tetap menyelidik.

Jennie menggerutu dalam hati, Hanbin panik.

Jennie tersenyum manis "Tidak paman, aku meminta Hanbin untuk membelikan makanan ringan untukku tapi dia kembali begitu lambat"

"Ah ya paman kapan kau tiba?" tanya Jennie menghalau perasaan paniknya.

"Apa kau akan menanyakan itu disini? tidak membiarkanku masuk terlebih dahulu?"

te quiero | jenbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang