diez

468 65 14
                                    

"Hanbin?"

"...untuk apa kau kemari?"

Hanbin terbengong, belum menanggapi pertanyaan gadis itu.

Lantas Jennie berdecih, memandang heran pria bermarga Kim itu "hei apa kau tidak mendengarku?"

"eh, ya?" Hanbin menggaruk tengkuk, tidak terlalu yakin mengapa ia tiba-tiba bertingkah seperti pria yang habis kepergok selingkuh.

"...aku mengantar sekretarisku"

Jennie bungkam, malas menyahut. Lebih memilih memperhatikan Mina 'cantik' gumamnya.

"Apa kau hendak pulang?"

Jennie lagi-lagi tidak berniat menanggapi, hanya berbalik dan melirik Joy "Cepatlah Joy!"

"Kau bisa pulang denganku, mengapa repot-repot mengajak Joy?" Hanbin mengernyit.

"Apa urusannya denganmu!" sahut Jennie sarkas lalu menuju mobil putih yang terparkir didepan.

Hanbin mengernyit lagi "Apa-apaan gadis itu?"

Sementara Mina yang sadar kondisi berdehem "Tuan, maaf sepertinya kekasih anda sedang marah. Ada baiknya anda segera menyusul dan meluruskan kesalahpahaman ini. Aku permisi" Mina menunduk sopan, lalu melangkah cepat menuju rumahnya.

Hanbin terpatung, masih tidak mengerti. Kekasih? Mengapa harus dijelaskan? Pria itu terus bergumam ditempat sampai beberapa detik kemudian ia memutuskan kembali kedalam mobil dan menuju apartement.

••

Jennie melempar tubuhnya tepat ditengah ranjang, seperkian detik kemudian ia mencoba merileks'kan pikiran. Namun na'as, kejadian dimana Hanbin mengantar asistennya itu terus berputar dikepalanya.

Wajah Jennie berubah murung, beberapa hari ini ia memang tengah disibukkan dengan berbahagi kegiatan dan tugas penelitian, hingga tidak mengetahui bahwa Hanbin mulai dekat seorang wanita (read;"asistentnya). Melihat bagaimana Hanbin mengantarnya sampai kedepan rumah Jennie mulai berprasangka, ini aneh bukankah itu sesuatu yang berlebihan antara atasan dan bawahan? seorang Kim Hanbin pria yang tidak terlalu ingin terlibat hubungan asmara dengan gadis manapun tiba-tiba mengantar seorang wanita dewasa.

Jennie mempoutkan bibir sedih "Apa Hanbin tidak akan memperdulikanku lagi setelah ini?"

"Apa Hanbin akan sibuk bersama kekasihnya?"

"Atau- ah tidak mungkin'kan?" gadis itu lantas berbaring, menutupi sebagian wajahnya dengan selimut "...aku tidak mungkin cemburu!"

"Cemburu? apa maksudmu?"

Jennie membulatkan mata, lantas kembali ke posisi duduk. Memperhatikan pria yang kini melangkah mendekat.

"Me- mengapa kau masuk tanpa mengetuk pintu!?" Lidah gadis itu mendadak kaku, tunggu! Hanbin tidak mendengar ucapannya tadi bukan?

"Aku biasa masuk tanpa mengetuk'kan?"

"Ya! bagaimana jika aku sedang berganti pakaian!" Jennie mulai bergerak canggung.

"hei ada apa? mengapa kau terus bergerak?"

"ah terserah, kau pulang sana!"

Hanbin mengernyit "mengapa kau mengusirku, apa aku berbuat salah?"

Jennie terdiam beberapa detik, lalu dengan brengseknya ingatan dimana Hanbin mengatakan ia mengantar sekretarisnya berputar dipikiran gadis itu. Jennie lantas berdiri dan menarik paksa Hanbin untuk keluar dari kamar dan apartementnya.

"Aku tidak mau bicara denganmu! keluar!"

"hei Jen, apa kau sedang datang bulan?"

"Kubilang keluar!"

te quiero | jenbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang