nueve

502 73 12
                                    

Hanbin mengakhiri sambungan telepon dengan lekaki tua berumur lebih dari setengah abad diseberang, sekitar empat puluh lima menit keduanya saling bertukar cerita hingga pada akhir telepon Hanbin memastikan bahwa kakek Jung tidak terpukul mendengar kabar buruk yang ia sampaikan itu. Sejujurnya Hanbin tidak tega, namun bagaimanapun juga kakek Jung adalah orang tua satu-satunya dari Jiyong, ayahnya. Hanbin pikir kakek Jung harus tahu kenyataan ini, meski pahit.

Hanbin melangkah gusar menuju tepi ranjang, beberapa detik kemudian seorang gadis menyentuh lengan pria itu dan mengusapnya lembut.

"Tidak apa-apa kakek pasti tegar"

Hanbin menatap mata teduh Jennie. Jennie sedikit terkesiap, kumohon Tuhan tatapan Hanbin mterasa pilu saat ini. Tatapan yang tidak pernah Hanbin tunjukan padanya.

"Jen" Hanbin memecah keheningan yang terjadi beberapa saat. Pria itu memeluk gadis dihadapannya erat, seolah sedang ingin meluapkan semua perasaan sedihnya.

Jennie cukup mengerti apa yang dirasakan pria itu, meski sangat jarang menunjukan kasih sayang terhadap sang Ayah, Jennie tahu betul bahwa Hanbin sangat menyanyangi dan mengagumi sosok ayahnya, Jiyong.

'Seperti dahulu, saat libur panjang tiba Hanbin akan senang hati menghabiskan waktu berliburnya dengan hal-hal yang mungkin menurut orang lain sangat membosankan jika dilakukan bersama seorang Ayah. eits, Hanbin tak peduli! Sesegera mungkin pria itu akan merengek, memohon agar kakek Jung mengijinkannya kembali ke Seoul'

Baiklah, mari kita skip cerita diatas.

Dengan dan tanpa aba-aba Jennie mendorong Hanbin menjauhinya, padahal baru beberapa menit yang lalu Hanbin menyamanankan diri berada dalam pelukan gadis itu.

Hanbin mendelik bingung, ia menatap Jennie heran.

"... kau ini, aku jadi ikut sedih karenamu!" Butir panas yang coba ia tahan akhirnya tak dapat ia bendung lagi.

Sungguh setelah kejadian beberapa hari yang lalu Hanbin menjadi sangat pendiam, tentu hal itu membuat Jennie bingung harus seperti apa dalam bertindak. Gadis itu bahkan terpaksa ke universitas sendiri, ke minimarket sendiri, segala sesuatu ia lakukan sendiri tanpa Hanbin.

"Kau membuatku melakukan semuanya sendiri, apa kita baru saja ditinggal selamanya oleh seseorang?"

"Aku tidak mau kau berlarut-larut, apa kau tidak tahu ayahmu adalah ayah terhebat didunia ini. Dia akan segera sembuh!" Jennie kembali banyak bicara, ia lantas berdiri dan memunggungi Hanbin.

Hanbin tersenyum sangat tipis, lihatlah bagaimana Jennie sangat frustasi tanpa dirinya. Hanbin lantas berpikir dan menimbang-nimbang apa yang telah ia perbuat 'mengapa aku ini? Jennie sangat membutuhkanku. Jika bukan Hanbin siapa lagi yang bisa ia andalkan disini? Ah, apa aku ini pantas disebut lelaki?'

Pria itu meraih pergelangan tangan gadis yang masih setia memunggunginya itu "Mian, aku tidak memikirkanmu"

Jennie menghapus butiran demi butiran dipipinya, ia lantas berbalik dan mempoutkan bibirnya.

"Berjanjilah kau tidak akan bertingkah seperti ini lagi" ucapnya lalu menunjukan jari kelingkingnya.

Hanbin tak merespon, pria itu sengaja menatap Jennie datar.

"YA! apa kau tidak mau melakukannya!?" Jennie berteriak kesal. Pria itu akhirnya tersenyum dan mengaitkan kelingkingny pada jari Jennie.

"Kau sangat imut, aku menunggumu meneriakiku lagi bodoh!"

Jennie yang merasa dikerjai itu lantas menarik telinga Hanbin. Dan berakhir dengan keduanya yang saling kejar mengejar. Ah lucunya.

••

te quiero | jenbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang