chapter 9

140 11 9
                                    

Lima menit kemudian, aku naik ke mobil Mutiara. Di jalan, tiba-tiba saja macet. Sopir pribadi Mutiara bertanya kepada orang yang lewat.

"Oh ya, Mas. Barusan ada kecelakaan" jawab orang yang ditanya.

Aku terkejut. Entah mengapa, pikiranku membayangkan Mimi

"Mut, aku mau lihat, ya" ujarku seraya membuka pintu mobil. Di pinggir jalan, banyak orang berkerumun. Aku langsung menyela orang-orang itu.

"Astaghfirullahal'azhim!" teriakku kaget. "Mi... Mimi...."

Mutiara yang ikut turun langsung menghampiriku. "Ra.. Rahmi...!" pekik Mutiara terkejut.

Beberapa orang segera membawa Mimi ke rumah sakit yang tidak jauh dari situ. Aku dan Mutiara mengikuti orang-orang itu.

Di rumah sakit, aku hanya bolak-balik enggak jelas. Pengemudi ojek yang ditumpangi Mimi juga terluka. Tapi, aku tidak tahu keadaannya. Aku lebih mementingkan Mimi.

Akhirnya, dokter keluar dari ruangan.

"Bagaimana dok?" tanyaku buru-buru.

"Alhamdulillah, keadaan anak perempuan itu baik-baik saja," jawab dokter. "Silahkan masuk," tambah dokter.

Aku segera menarik tangan Mutiara masuk ke ruangan. Aku menatap Mimi sedih.

"Ma... Mama," igau Mimi.

Aku tersenyum melihat Mimi. "Mi, ini aku, Rara" ucapku pelan.

"Rara, aku dimana?" tanya Mimi.

"Kamu di rumah sakit, Mi" jawabku. Tak terasa, aku menitikkan air mata. Satu persatu, air mataku menetes.

"Kok kamu nangis Ra?" tanya Mimi lagi.

"Oh, enggak! Aku senang kamu baik-baik aja," jawabku sambil menghapus air mataku.

Kulihat Mutiara sibuk mengotak-atik handphone. Dia sedang mengirim kabar bahwa Mimi ada di rumah sakit.

Beberapa saat kemudian, Bu Khodijah dan sekitar 16 teman kami datang ke rumah sakit. Lalu, disusul oleh orang tuanya Mimi, orang tuaku, dan dua orang saudara jauhnya Mimi.

Sambil menunggu yang lain datang, aku memainkan handphone di luar ruangan. Di dalam ruangan, hanya ada mama dan papa Mimi.

Lima menit kemudian, seorang dokter dan tiga orang suster berlari menuju ruangan Mimi. Aku pun bingung. Ada apa dengan Mimi?

Mama Mimi keluar ruangan dengan bercucuran air mata. Papa Mimi membuntutinya.

"Tante, Om, Rahmi kenapa?" tanyaku cemas.

"Kondisi Mimi tiba-tiba saja drop" jawab papa Mimi.

Mendengar jawaban papa Mimi, aku melemah. Tidak lama kemudian, dokter keluar dari ruangan.

Next...
hope u like it and don't forget to read the rest :) :)

My Best Friend Forever [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang