"Semoga kamu tetaplah menjadi kamu yang aku cintai dan mencintaiku dengan sepenuh hati".•••••••••••
Rachel hanya menghela nafas kecil memikirkan OSPEK yang akan berlangsung beberapa menit mendatang.
Entah kejadian seperti apa lagi yang akan menimpanya, lima hari kemarin adalah hal penuh ujian dan menahan kesabaran untuk Rachel. Sejak kejadian dia terlihat berangkat bersama Bryan, hidup Rachel berubah seratus delapan puluh derajat.
Ada-ada saja hal-hal aneh yang dia dapatkan dari seniornya. Tatapan sinis dan nada suara yang syarat akan permusuhan ia dapatkan, ingin melawan tetapi ia masih banyak pertimbangan lain, ingatkan jika ia adalah MABA disini.
Yang masih aman-aman saja itu Cinta. Tidak didekati atau sedang dekat dengan senior kampus ini. Jadi ia tidak begitu dikerjai oleh mahasiswi, beda lagi dengan Rachel, Aurel dan juga Nazkia.
"Heii bengong aja" Bryan menjentikkan jarinya didepan wajah Rachel yang sedang duduk sambil melamun.
"Ngagetin. Rese!" kesal Rachel.
"Hahaha kamu sih ngelamun. Mikiran apa si mbak?" Rachel memutar tubuhnya agar bisa melihat wajah cowok itu dengan seksama.
Rachel sadar, amat sangat sadar. Bahwa cowok yang berada didepannya itu memang kelewat tampan. Wajar saja memiliki fans yang tidak sedikit, tetapi ketampanan Bryan sangat menyebalkan untuk Rachel.
Tetapi jika duduk dengan Bryan ia tidak pernah merasa kecil atau tidak pantas. Sebab untuk yang satu itu, Rachel akan berteriak dengan percaya diri bahwa ia pantas, pantas berada di sisi Bryan. Ia cantik tentu saja, hanya orang buta dan tidak waras yang bilang Rachel jelek.
"Santai aja liatnya. Tatapan kamu kek udah mau nerkam aku aja" desis Bryan, entah mengapa akhir-akhir ini jika melihat Rachel sesuatu dalam dirinya ingin meledak saja.
"Kamu ganteng" bisik Rachel ditelinga Bryan dengan jujur disertai kekehan kecil.
Bryan yang mendengar bisikan Rachel menjadi tegang sendiri. Gadis ini memang tidak bisa melihat Sikonnya bahwa mereka masih di kampus dan ini juga masih pagi. Tetapi gadis ini dengan polosnya malah menggodanya.
"HA. HA. baru nyadar?" Bryan hanya bisa mengeluarkan tawa falesnya sambil menatap Rachel tajam, memperingati gadis itu untuk segera berhenti menggodanya.
"Mukanya biasa aja kali mas. Baru digituin udah goyah aja, cemen dasar" ejek Rachel.
"Bukan cuma digituin aja lantas aku goyah Dy. Tapi tinggal seatap sama lawan jenis dan itu juga udah sah. Gak lakuin yang lebih dalam kurun waktu yang gak bisa di bilang sedikit itu menyakitkan loh Dy. Asal kamu tau" Bryan juga balas membisiki Rachel kegundahan hatinya. Berucap demikian agar Rachel peka apa yang ia inginkan bisa segera terlaksana.
Rachel hanya tertengun saja mendengar penuturan Bryan. Merasa bersalah juga, tapi rasa kagum mendominasi. Bryan cowok yang hebat menurutnya, tidak bersikap egois dan menuntut dirinya lebih, adakah cowok seperti Bryan yang bisa tinggal seatap dengan lawan jenis dalam waktu yang cukup lama tanpa melakukan apapun seperti Bryan.
'Apakah ini saatnya?' batin Rachel sambil menatap Bryan yang kini terkekeh kecil kearahnya. Lihat cowok itu masih bisa bersikap biasa saja seperti dia baik-baik saja selama ini. Rachel sadar bagaimana kerasnya Bryan menahan segalanya.
"Curhat?" sinis Rachel
"Ya ampun, getok juga tuh pala, gak enak banget Loh Dy nahan mulu. Sakit" melas Bryan kearah Rachel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Audy dan Byan [PROSES REVISI]
Romance**Sakuel dari Rachel & Bryan** Kata orang-orang, hubungan Rachel dan Bryan bukan mempertahankan, tetapi hanya menunda adanya perpisahan saja. Mereka berdua memang telah mengerti satu sama lainnya, tetapi semua itu tidak bisa menjadi tolak ukur hubun...