"Ada banyak rasa cinta maupun rasa bahagia yang di ekspresikan dengan cara berbeda. Tak melulu dengan tatapan penuh cinta maupun mata berbinar".---------
"Pagi" sapa Bryan saat melihat Rachel turun dari lantai atas dengan wajah memerah dan langkah yang terlihat enggan.
"Hmm" Rachel hanya berdeham sebagai jawaban. Ia benar-benar canggung rasanya bertemu dengan Bryan. Mengingat hal yang telah terjadi malam tadi membuat wajahnya terasa panas.
"Kamu sakit? Kok mukanya merah banget?" tanya Bryan cemas, pasalnya wajah Rachel terlihat begitu memerah.
Tak kunjung dapat respon dari Rachel, Bryan menyentuh kening Rachel yang telah duduk di sebelahnya sambil nonton tv.
"Apaan sih?" sebal Rachel malu sambil menjauhkan tangan Bryan yang berada di keningnya.
Sedangkan Bryan hanya menatap Rachel aneh dan mengerutkan alis bingung. "Kamu kenapa sih?" aneh Bryan melihat gelagat Rachel, sedangkan yang di tanya hanya menggeleng sambil memindahkan channel tv. Pura-pura acuh, padahal udah canggung setengah mampus duduk didekat Bryan.
"Dy?" Bryan berucap dengan suara penuh ketegasan, suara-suara yang terdengar tidak ingin di bantah.
"Kenapa? Malu nih aku, canggung juga. Emang kamu enggak canggung gara-gara apa yang udah terjadi malam tadi?" ujar Rachel menggebu-gebu, pasalnya Bryan amat sangat terlihat santai beda dengan dirinya yang canggung dan kikuk sendiri.
Bryan yang mendengar penuturan Rachel hanya terkekeh geli sambil mengacak rambut Rachel gemas. "Ya ampun, demi apa? Dari tadi kamu keliatan kikuk dan aneh itu karena keingat hal semalam?" goda Bryan sambil menaik turunkan alisnya.
"Nyebelin!" ketus Rachel komplit dengan pipi yang bersemu merah menahan kesal dan malu secara bersamaan.
"Hahaha, kamu lucu banget sih? Gak papa malu sekarang, nanti juga bakalan terbiasa kok. Gimana? Mau coba lagi? Supaya kamu terbiasa dan gak malu-malu kek gini."
Mendengar penuturan Bryan membuat Rachel semakin kesal saja. Ditambah tawa Bryan yang tidak kian mereda membuatnya tambah keki. "Diem gak? Aku ambil pisau dapur terus sunatin kamu lagi nih" ancam Rachel sambil memelototi Bryan.
"Haha okok, ampun. Jangan di potong Dy, nanti gak ada yang buat kamu teriakin nama aku sambil mendesah" ucap Bryan vulgar membuat Rachel makin salah tingkah sambil menutup wajahnya dengan bantal sofa.
------
Setelah kejadian beberapa hari yang lalu. Rachel berusaha biasa saja, berusaha tenang walaupun pipinya terkadang langsung terasa panas jika mengingat malam itu.
Hari ini merupakan hari pertama Rachel menjadi mahasiswi, lega rasanya. Setelah bertempur dengan buku-buku yang meletihkan. Berjuang untuk bersaing dalam pendaftaran SNMPTN. Akhirnya berujung bahagia, pasalnya ia lolos dalam seleksi itu.
Sudah melewati yang namanya masa orientasi mahasiswa baru. Setelah di kerjai mati-matian terhadap seniornya, dan banyak kesialan lain yang sudah Rachel lewati.
"Heii, bengong aja" Bryan menjentikkan jari didepan wajah Rachel, kebiasaan emang Rachel ini. Bengong terus, untung cantik.
"Ehh? Kamu sih kelamaan" gerutu Rachel sebal.
"Sorry sayang, oke kita berangkat sekarang" ujar Bryan sambil menarik pelan tangan Rachel untuk berdiri dari sofa.
Rachel berjalan keluar rumah mendahului Bryan. Langkah Bryan melamban saat melihat baju apa yang dikenakan Rachel, sebuah dress yang masih dikatakan sopan tentu saja. Tetapi Bryan mengerutkan alis tidak suka, Rachel terlalu menarik jika berpakaian seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Audy dan Byan [PROSES REVISI]
Romance**Sakuel dari Rachel & Bryan** Kata orang-orang, hubungan Rachel dan Bryan bukan mempertahankan, tetapi hanya menunda adanya perpisahan saja. Mereka berdua memang telah mengerti satu sama lainnya, tetapi semua itu tidak bisa menjadi tolak ukur hubun...