9. Suasana Baru

6.1K 237 26
                                    

Nyatanya, setelah Ospek pun. Rachel tidak merasa tenang, tatapan sinis dan juga cibiran selalu ia dapatkan. Lihat saja beberapa pasang mata yang menatapnya penuh permusuhan selama ia berjalan beriringan bersama Bryan.

Mungkin Rachel hanya perlu membiasakan diri lagi dengan tatapan-tatapan tersebut. Toh sejak jaman SMA ia memang selalu diperlakukan demikian.

"Sahabat-sahabat kamu di mana? Kok gak ada yang keliatan?" tanya Bryan sesaat setelah mereka sudah berada di kelas Rachel.

"Gak tau, mungkin bentar lagi"

"Mau aku temenin sampai mereka dateng atau aku ke kelas aja?"

"Kamu ke kelas aja. Aku gak papa kok, sana" dengan pelan Rachel mendorong punggung Bryan agar cowok itu lekas beranjak. Pasalnya Rachel mulai risih ditatap oleh teman-teman barunya yang berada dalam kelas.

"Yaudah, kalau butuh seusatu langsung talpon" tukas Bryan sambil mengusap pelan puncak kepala Rachel. Sedangkan gadis itu hanya mengangguk dan kembali mendorong punggung Bryan agar secepat mungkin pergi dari sini.

Setelah Bryan pergi, barulah Rachel sedikit bernapas lega. Menghela napas sebentar untuk menetralkan mimik wajahnya, akhirnya Rachel berjalan pelan masuk ke dalam kelasnya.

Seperti yang Rachel bayangkan, rata-rata teman sekelasnya terlihat begitu glamor. Tidak mencerminkan bahwa mereka siswa baru, mungkin karena jurusan kedokteran makanya mereka semua terlihat dari kalangan berada.

"Haii" sapa seorang gadis dengan senyum lugu dan polos menatap Rachel yang baru saja mendudukkan dirinya di kursi.

"Ehh? Hai, gue Rachel"

"Aku Syila" ucapnya juga sambil memperkenalkan namanya. Dan hanya dijawab anggukan kepala oleh Rachel.

"Kamu kenal kak Bryan?" tanya Syila tanpak malu-malu.

"Kenapa nanya gitu?" bukannya menjawab, Rachel malah balik bertanya. Sambil menatap gadis di hadapannya ini, Rachel juga agak canggung. Pasalnya Syila berbicara terlalu sopan padanya.

"Ahh? Anu, itu. Aduh gimana jawabnya?" Syila nampak salah tingkah di tanya seperti itu oleh Rachel. Membuat Rachel terkekeh geli, ia yakin. Syila salah satu penggemar Bryan.

"Mau gue kenalin sama Mas Byan?" tanya Rachel dengan senyum menggoda, membuat Syila makin salah tingkah.

"Emang kamu bisa?" ucap Syila polos.

"Bisalah, lo mau?"

"Iya, iya mau banget" ucap Syila tampak antusias.

"Bentar yah" Rachel hanya terkekeh kecil sambil mengirimkan Bryan pesan. Entahlah mengapa Rachel ingin Syila kenal dengan Bryan, hanya saja menurut Rachel. Syila gadis yang baik dan juga lucu.

"Emang beneran bisa?" tanya Syila kurang yakin.

"Lo tunggu aja, bentar lagi dia bakalan dateng"

Baru saja Syila ingin mempertanyakan kembali apa hubungan Rachel dengan Bryan. Tiba-tiba, ketiga sahabat Rachel datang sambil duduk di dekat Rachel. Membuat gadis itu bingung.

"Ki, Cin, Rel kenalin. Ini Syila" ucap Rachel sambil memperkenalkan mereka.

Lumayan lama mereka bertukar cerita sampai akhirnya. Pekikan kecil mahasiswi dari arah pintu mengalihkan perhatian Rachel, di sana. Di depan pintu, Bryan berjalan ke arahnya.

"Kenapa? Kamu sakit? Atau giamana?" tanya Bryan bertubi-tubi. Pasalnya Rachel hanya mengirimkan pesan bahwa ia butuh Bryan. Membuat cowok itu khawatir bukan main.

Lain halnya dengan Rachel dan ketiga sahabatnya yang memutar bola mata jengah mendengar ke khawatiran Bryan. Syila sendiri hanya membelalakkan matanya tidak percaya, bisa melihat Bryan dari jarak sedekat ini.

Sumpah demi apapun, Bryan tampan sekali. Juga aroma parfumnya menyeruak sampai kepenciuman Syila. Membuat gadis itu ingin meleleh di tempat.

"Aku gak papa, cuma ini temen baru aku mau kenalan. Ini, Syila" ujar Rachel sambil mengambil tangan Bryan dan menyodorkannya ke gadis itu. Membuat Bryan menggeram kecil dan Syila yang tampak makin salah tingkah.

"Syila kak," Syila tampak malu-malu menjabat tangan Bryan. Sedangkan Bryan hanya membalas dengan senyuman, membuat pipi Syila makin merona.

Setelah itu, Bryan menatap Rachel penuh peringatan. Hanya di balas kekehan manja dari gadis itu, sumpah. Bryan lemah jika Rachel berperilaku seperti itu.

Dengan pelan, masih di tatap oleh beberapa orang yang berada di kelas Rachel. Bryan jongkok di sisi tubuh Rachel, Syila sendiri masih menatap Bryan. Penasaran apa yang akan di lalukan cowok itu.

"Yang, plis. Jangan kayak gini lagi. Kamu tau gimana paniknya aku pas liat pesan yang kamu kirim? Aku kira kamu sakit" peringat Bryan sambil mengelus punggung tangan Rachel lembut. Syila sendiri syok mendengar panggilan Bryan ke Rachel.

"Maaf, gak lagi-lagi deh. Janji" Rachel hanya nyengir ke arah Bryan. Membuat cowok itu mendengus kecil.

Nazkia, Cinta, dan Aurel hanya menatap bosan adegan drama dua orang itu.

"Dy, aku-" ucapan Bryan terpotong saat mendengar deringan ponselnya. Dengan kesal, ia merogoh saku celana jeans yang ia kenakan dan menjawab telpon tersebut.

"Halo!" ucap Bryan ketus saat sambungan telpon terhubung.

"............."

"Iya, tunggu bentar. Bawel banget sih lo" setelah mengatakan seperti itu, Bryan langsung mematikan sambungan teleponnya.

"Siapa?" tanya Rachel penasaran.

"Teman aku" jawab Bryan sambil berdiri.

"Temen yang mana?" mendengar Rachel terus bertanya, Bryan terkekeh seketika.

"Temen cowok sayang, temen sekelas." ujar Bryan sambil mengelus rambut Rachel.

"Emang kalian mau ngapain?" nah kan, jiwa kepo Rachel seketika memberontak.

"Ngerjain tugas dari dosen, tugas kelompok. Yaudah aku ke kelas dulu, kalau kamu laper atau butuh sesuatu langsung telpon aku" Bryan kembali mengelus puncak kepala Rachel, setelah itu ia berjalan dan berhenti di dekat Syila. Membuat gadis itu menegang seketika.

"Oh iya, salam kenal Syila" Ucap Bryan sambil tersenyum kemudian melenggang keluar kelas. Sedangkan Syila langsung menghirup udara dalam-dalam, ia butuh oksigen. Sebab tanpa ia sadari, sewaktu Bryan berdiri di sebelahnya ia menahan napas.

"Demi apa? Kak Bryan ajak aku ngomong, Sumpah. Dia ganteng banget" Rachel yang mendengar penuturan Syila hanya terkekeh kecil. Begitu juga ketiga sahabatnya.

"Ihh, kamu pacaran sama kak Bryan? Beruntung banget sih" ucap Syila, diam-diam ia begitu iri terhadap Rachel. Apa lagi melihat bagaimana tadi Bryan memperlakukan teman sekelasnya ini. Masih adakah harapan untuk Syila? Bisakah ia berharap suatu saat ia yang berada di posisi Rachel?

Sedangkan Rachel hanya membalas perkataan Syila dengan senyum tipis. Yah, dirinya memang sangat beruntung memiliki Bryan.

Uhhhh~~~ maap gaes. Baru bisa UP, maap banget udah buat kalian nunggu lama. Apapaun alasannya kenapa UP lama gak membenarkan perbuatan aku yang udah buat kalian nunggu.

Pokoknya aku cuma mau bilang maaf karena UP lama dan Terima kasih untuk support kalian selama ini. Voted dan komentarnya jangan di lupa, maaf lagi kalau ada typo.

Sampai jumpa di part selanjutnya gaes. Muachhh💋💋

Audy dan Byan [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang