11. Sama-sama Tahu

3.4K 192 22
                                    

Rachel tidak pernah membayangkan, kisah cintanya bersama Bryan akan sampai ke tahap ini. Ia bersyukur, tentu saja. Sebab, siapa sih yang tidak ingin mempunyai pendamping hidup sesempurna Bryan? Mungkin untuk beberapa waktu lalu, banyak hal yang menguji hubungan mereka.

Dan Rachel tidak menyesali itu semua, sebab ia yakin semua pasti punya sisi positifnya. Mungkin ini baru awal hubungan mereka, Rachel yakin masih banyak hal yang tidak terduga akan menimpah mereka. Gadis itu hanya berharap, semoga Bryan akan tetap seperti ini. Tidak akan berpaling meski banyak hal yang akan mereka lewati nantinya.

"Jadi kamu pengen jemput Zidan kapan?" tanya Bryan membuyarkan lamuman Rachel, saat ini mereka berada dalam mobil untuk pulang.

"Aku ngikut kamu aja, kapan kamu bisa dan punya waktu luang."

"Kamu beneran serius mau rawat Zidan yang? Itu gak akan membebani kamu kan?" tanya Bryan untuk kesekian kalinya, bukan Bryan tidak percaya terhadap Rachel untuk merawat Zidan. Hanya saja ia khawatir Gadis itu akan kewalahan.

"Ihh, kamu kok gitu sih?" dengus Rachel sebal, hanya membuat Bryan terkekeh kecil.

"Gini yah, aku kasi tahu kamu. Hari ini pertama kamu masuk ngampus, kamu belum terbiasa sama rutinitas di kampus. Dunia kampus dan sekolah itu beda banget yang, takutnya kamu gak bisa bagi waktu kamu, tapi kamu harus tau. Aku gak keberatan kamu rawat Zidan, aku cuma gak mau kamu capek. Itu aja" perkataan Bryan membuat Rachel kembali mempertimbangkan segalanya, mau bagaimanapun. Apa yang dikatakan Bryan ada benarnya, ia belum terbiasa dengan dunia kampus.

"Masa aku harus Nunda lagi sih mas By, aku udah srekk banget sama Zidan" ucap Rachel sambil memposisikan dirinya agar dapat melihat wajah Bryan yang sedang menyetir.

"Aku udah ngasih pendapat, semua keputusan ada di tangan kamu" ujar cowok itu sambil tersnyum dan mengelus rambut Rachel pelan.

"Hemm, yaudah deh. Jadi aku harus nunggu sampai kapan lagi?" tanya Rachel.

"Sampai semester 3, gimana?" Bryan bertanya balik.

"What the?! Lama banget, keburu Zidan diadopsi orang lain mas By"

"Gak akan, cuma itu waktu yang pas menurut aku"

"Yakin?" rasanya Rachel begitu berat menyetujui pendapat Bryan, tapi mau bagaimana lagi? Itu demi Kebaikannya.

"Iya, kamu percaya deh sama aku. Biar kita juga punya waktu berdua lebih lama lagi" kekeh Bryan sambil mengerling jahil ke arah Rachel yang masih setia memperhatikannya.

Mendengar penuturan Bryan membuat Rachel mendengus sebal, "Mesum dasar!" ketusnya.

Bryan yang kembali fokus menyetir tersentak kaget, "lohh? kok mesum sih yang?"

"Gak lupain, fokus nyetir aja sana" karena tidak ingin membuat mood Rachel makin hancur, alhasil Bryan diam saja sepanjang perjalanan pulang.

"Ahh iya? Kayaknya Syila bener-bener kepincut deh ama kamu" Rachel yang awalnya membuang pandangan kearah jendela seketika menoleh kearah Bryan. Penasaran dengan reaksi yang akan cowok itu perlihatkan. Menurut Rachel, Syila gadis yang sangat menarik, ia mampu membuat orang-orang disekitarnya terhipnotis dengan keluguannya.

Rachel saja merasa selalu terhibur dengan sikap gadis itu, tetapi justru Bryan tak bergeming di tempatnya, ia hanya mengangkat bahu acuh. Membuat Rachel gemas dan langsung menabok lengannya kuat, membuat Bryan yang fokus tersentak kaget untuk kesekian kalinya.

"Astaghfirullah, kamu kenapa sih?" cowok itu jadi ikutan sebal juga terhadap Rachel, tetapi hanya ditanggapi kekehan kecil dari gadis itu.

"Maaf, maaf. Aku cuma gemes aja sama kamu. Lempeng banget sih mukanya mas? Sok jual mahal banget, jatohnya malah geli litanya."Bryan hanya memutar bola mata malas.

Audy dan Byan [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang