9

1K 54 3
                                    

Malam-malam sendiri, hanya berteman dengan sedikit nyamuk yang ngerecok di telinga dan menggigit kaki Levin tak membuatnya ingin berpindah tempat dari balkon rumahnya itu

Padahal waktu telah menunjukkan waktu malam, jika ayahnya tahu pasti Levin sudah dimarahi sejak tadi

Sayang, Ayahnya itu sedang dinas keluar kota. Mengecek salah satu perusahaannya yang ada disana bersama bunda tercintanya selama 4 hari kedepan, membuat Levin merasa bebas sementara waktu

Levin berpikir, jika ia hanya duduk sambil memandang bintang seperti ini rasanya akan bosan, ia mengambil gitar yang berada disampingnya sejak tadi

Dengan pelan ia memetik sebuah lagu, hanya lagu itu yang mengisi malam tenang dikomplek sepinya ini

.

Aku tak mengerti apa yang kurasa~~

Rindu yang tak pernah begitu hebatnya~~

Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu, meski kau tak kan pernah tahu~~

~~

Aku persembahkan hidupku untukmu~~

Telah ku rela kan hatiku padamu~~

Namun kau masih bisu diam seribu bahasa dan hati kecil ku bicara~~

Baru ku sadari cinta ku bertepuk sebelah tangan~~

Kau buat remuk s'luruh hatiku~~

~~

Semoga waktu akan mengilhami sisi hatimu yang beku~~

Semoga akan datang keajaiban hingga akhirnya kau pun tahu~~

Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu~~

Meski kau tak kan pernah tahu~~

Ya meski Gadis itu tak kan pernah tahu seberapa besar cinta Levin untuknya, Dulu.

***

"Den," Pintu kamar Levin terketuk beberapa kali diselingi dengan panggilan itu

Mata coklat itu mengenal perlahan, beradaptasi dengan cahaya baru yang masuk kedalam matanya

"Den, Ada temannya dibawah"

"Iya,"

Levin merabakan tangannya kebawah bantal, mengambil benda pipih itu lalu menghidupkannya

Terpampang jelas sebuah Foto diWallpaper hp Levin, tak seorangpun tahu tentang itu walaupun Dewa, Riki, Jeremy, Riko ataupun yang lain dekat dengan Levin

Baginya cukup ia yang mengetahui siapa Gadis yang ada didalam Handphone miliknya itu

Dan karena foto itu pula, Levin tak pernah membawa handphone-nya kemana-mana selain didalam kamar

"Kapan kamu ingat aku?" Sepenggal kalimat terucap didalam diam Levin

"Cukup Dia yang pergi dari hidup aku, meninggalkan beberapa bekas yang hampir kamu sembuhkan. Kamu jangan pergi juga seperti dia"

Memang perasaan tak bisa dibohongi walaupun Otak sudah memutar segala cara agar bisa melicikinya

Levin kembali mematikan Benda tersebut, lalu menyimpannya ditempat lain, tempat yang tak akan terjangkau oleh orang lain.

AULEVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang