Kelas masih sama seperti biasa, suasana Ribut mendominasi seluruh sudut ruangan tanpa kehadiran seorang guru yang mengajar.
Audy duduk diam di bangkunya, setelah semalaman menangis dan sampai tertidur di balkon kamarnya selama beberapa jam, ia terbangun lalu menyadari bahwa dirinya salah besar jika harus menangisi orang yang tak pernah ia perjuangkan
Dengan kata lain, biarkan saja Levin bersama Syane. Cewek itu tampaknya sangat bahagia ketika bersama Levin. Sedangkan Levin, ia asyik-asyik saja dengan kehadiran Syane sekarang.
Audy bertekad, mari hilangkan rasa suka yang timbul sementara ini. Masih banyak cowok diluar sana yang lebih baik dari Levin, yang mungkin tak akan meninggalkan bekas luka kepada hati kecil tak bersalah Audy.
Disamping Audy, Fifi seperti biasanya sedang membaca Novel yang sepertinya baru ia beli. Menangis, tertawa, Emosi, yang Fifi keluarkan ketika baper dengan novel tersebut tidak membuat Audy bergeming.
Cewek itu meraih Earphone-nya, membuka sebuah lagu yang mungkin bisa membuat suasana lebih tenang.
Sambil menutup mata, audy menikmati lagu yang mengalir pelan kedalam kedua telinganya. Suasana ribut sudah tak terdengar lagi, bahkan Audy sudah tak tahu bahwa kelas sekarang lagi hening-heningnya.
Fifi berhenti membaca, ia menoel Sari yang tertidur pulas didepannya. Sari terbangun, mengucek matanya lalu melirik kebelakang seolah bertanya 'Ada apa?'
Fifi memberi sebuah jelingan mata dan mulutnya maju kedepan seolah menunjuk sesuatu. Sari menoleh kesana, Levin bersama genk-nya berdiri seperti patung didepan kelas mereka.
Sari menarik kursinya kebelakang, berdiri lalu duduk kembali disamping Fifi, berbagi kursi. "Fi, gue rasa nih bocah lagi ngelakuin sebuah challenge deh"
Fifi menoleh dengan heran, "challenge apaan? Challenge jadi patung sampai bu Ros datang?"
"Yah, mana aing tau" jawab Sari malah acuh tak acuh
"Nyari Syane mungkin kali yah? Tapi kan Syane nggak masuk hari ini. Tuh surat ada dengan Nadia", mungkin saja tebakan Sari benar, Levin mencari Syane karena cewek itu sedang berhalangan masuk
"Kalo gitu gue nggak duli deh. Lagian nih kelas, kok jadi senyap gini ada tuh genk somplak", Cibir Fifi sambil terus memandang kearah depan
Merasa mendapatkan perhatian penuh, Levin maju dengan santainya
"Gue cari Audy"Kini semua mata berada disatu titik yang sedang memejamkan matanya dengan mengalunkan sedikit kepalanya, tak merasa diperhatikan.
Sari dan Fifi menoleh kearah Audy yang masih diam. Haruskah mereka menyadarkan Audy bahwa ia telah menjadi pusat kelas saat ini?
"Bangunin Audy, kita udah nggak ada waktu", Ucap Riki hampir berkata dingin.
Sari menaikan sebelah alisnya, merasa aneh dengan sikap Riki yang sangat dingin kepada mereka. Hey, mereka nggak tahu apa-apa jadi kenapa harus berkata seperti itu kepada mereka?
"Dy, Audy"
Fifi menggoncang bahu Audy pelan, cewek itu membuka matanya kemudian melepas earphone yang masih berada di telinganya.
"Kenapa? Eh lo semua kenapa? Kok diem? Tadi kan ribut?" tanyanya heran tanpa melihat dengan teliti
"Gimana mau ribut, tuh ada genk somplak datang kemari. Gangguin free classnya orang aja bisanya", ucap Sari ketus.
Semua orang tahu, hanya Sari yang tak pernah takut dengan Genk-nya Levin. Pernah sekali Sari menjambak rambut Jeremy dan Riko karena mereka terus-terusan menggangu Sari dikantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
AULEV
Teen FictionAudy, anak biasa tanpa talenta spesial yang tampak, mungkin hanya suara emas yang ia punya namun hanya segelintir orang yang tahu akan hal itu. Tak menyukai hujan, tak menyukai GreenTea, Tak Menyukai asap Rokok, dan yang paling penting Audy harus se...