1. I Won't be a Malin Kundang

14.2K 743 8
                                    

REVISED

"Kamu pulang kapan Ndre? Mama, Papa, Bian kangen banget lho sama kamu."

Seorang yang di panggil Andre hanya mendesah mendengar suara di seberang sana. Mungkin pertanyaan tersebut wajar terucap pada seorang ibu untuk anaknya yang sedang merantau jauh disana. Namun akan jadi menjengkelkan apabila pertanyaan tersebut terus saja diulang setiap waktu. Demi Tuhan Andre ingin mengumpat tapi dia masih waras untuk mengingat dengan siapa dia berbicara. Dia sudah dibekali norma kesopanan sedari kecil, bahwasanya ada peraturan tersirat, tidak diperbolehkan berkata kasar pada orang yang lebih tua. Tentu saja norma itu masih tetap di pegang teguh olehnya meski dia sedang tidak berada di lingkungannya. Kalau bukan karna kisah ibu yang bisa mengutuk anaknya─yang sewaktu kecil sering dibacakan neneknya─kesempatan untuk memaki mungkin sudah dari tadi dilakukannya. Tapi sayangnya keinginan itu kalah besar dengan rasa sayang Andre untuk perempuan yang tengah melakukan roaming di seberang sana.

"Nanti ya Ma, Andre masih sibuk disini." Jawabnya asal hanya untuk menghentikan rengekan sang Ibunda di seberang negara sana. Biasanya kalau sudah seperti itu ibunya akan mengerti dan pembicaraan soal pulang akan terhenti.

"Sudah hampir empat tahun lho kamu disana. Ngapain aja kamu huh?"

"Ma, Andre lagi bangun karir disini. Ini aja masih susah Ma." Andre yakin stok sabarnya kini sudah terupgrade. Dia terus-terusan menahan diri untuk tidak mengumpat saat ini.

"Kamu kan bisa berkarir disini ngurus cabang toko material Papa. Oh... jangan cari jodoh orang sana. Mama nggak suka. Orang Indonesia saja."

Sungguh Andre tidak habis pikir apa pula pembicaraannya bisa dikaitkan dengan asmara. Ibunya mungkin sudah seperti ibu-ibu pada umumnya yang mempunyai anak laki-laki berumur 28 tahun yang tak kunjung menikah. Maka hal yang paling baik yang harus dilakukannya adalah menghindar. Dengan skenario bahwa dirinya di panggil orang, Andre─Andrean Mahesa Køhler─mematikan sambungan antar negara yang sudah berlangsung beberapa menit yang lalu.

Pulang. Setiap perantau selalu menantikan momen ini. Ada yang bahkan sengaja mengambil cuti panjang untuk dihabiskan di kampung halaman ketimbang pergi berlibur ke luar kota. Momen pulang selalu identik dengan perayaan besar seperti hari raya, chrismast eve, tahun baru, imlek, dan hari besar lainnya yang ada di kalender masehi. Andre sudah melewatkan momen itu selama 4 tahun dan masih belum ada keinginan untuk pulang. Dia hanya berpikir disini lebih baik daripada pulang ke Indonesia. Hatinya belum mampu untuk diajak pulang ke Indonesia. Dia belum siap untuk berhadapan dengan sumber permasalahannya.

Dirinya pertama kali datang ke sebuah negara yang terkenal akan kejayaan sepak bola serta pemain peraih baloon d'OrLionel Messi─di pertengahan tahun, dimana gelombang musim panas sedang menyinggahi negara ini. Ia datang dengan keadaan kacau, membawa sebuah koper dan segepok uang hasil dari penukaran mata uang euro. Tidak terlalu banyak karna dia tak ada persiapan apapun untuk tinggal di negara ini. Dia hanya melarikan diri dari masalahnya di Indonesia. Berikan saja julukan pecundang untuk Andre, maka dia tak akan menyangkal. Dia tinggalkan semua yang dia punya di Indonesia─kenangan buruk, teman-teman, keluarga, pendidikan─dan mencoba memulai yang baik di negara ini.

Hidupnya di Indonesia jauh dari kata baik, bahkan amat-sangat-buruk. Dia seorang pendosa yang tak pernah jera kala itu. Hingga tangan Tuhan menamparnya, kemudian memberinya uluran untuk bertaubat. Jadilah dirinya yang sekarang. Dahulu dia mempunyai segala yang didambakan oleh lelaki. Tampan, pintar, tinggi, penuh pesona, ditambah dengan kekayaan orang tuanya yang melimpah. Dia punya material untuk menjadi future-boyfriend. Tapi disini dia hanyalah seorang upik abu. Dia hanya mampu menyewa studio kecil di bagian terdalam dari jalan raya, dia tidak punya kendaraan pribadi, hari-harinya hanya diantar oleh metro. Dia bukan pula seorang owner toko material seperti ayahnya, dia hanya seorang buruh yang merangkak untuk bisa seperti Cinderella.

Di tengah pikirannya membayangkan masa lalu, tiba-tiba Andre teringat VISA tinggalnya akan segera berakhir bulan depan. Inikah saat yang tepat untuk menuruti kehendak sang ibunda? Mungkin kali ini memang dia harus menurut pada ibunya untuk pulang sebentar. Hanya sebentar saja, karna tempatnya lebih cocok disini. Dia belum siap jika harus bertahan lebih lama di Indonesia kemudian bertemu sumber kecil pembuat dosa. Lagi pula menuruti ibumu sama dengan mengurangi kemungkinan kau jadi Malin Kudang.

Abnormal-Blow: Hello KiddoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang