“Lee Taeyong, kamu dimana?”
“Maaf, Jennie. Aku tidak bisa menjemputmu. Sungkyung Noona tiba-tiba saja memaksa diriku untuk menemani dirinya menjalani sesi pemotretan. Apakah kamu bisa meminta tolong kepada Joshua atau Moon Bin untuk mengantarkanmu ke rumah? Atau…mungkin kamu bisa meminta tolong kepada kakakmu.”
Jennie menghela napas. “Aku mengerti. Kalau begitu, segera lah pulang setelah pemotretan Sungkyung Unnie selesai.”
“Baiklah. Aku––“
KLIK!
Taeyong belum selesai bicara. Namun, Jennie sudah memutuskan panggilan secara sepihak. Gadis itu tahu bahwa sikapnya kekanak-kanakan. Meski begitu, Jennie memiliki alasan yang jelas dibalik dirinya yang saat ini sedang mati-matian meredam amarahnya terhadap Taeyong.
Sebenarnya, Jennie dan Taeyong sudah berencana hendak pergi kencan bersama hari ini. Akan tetapi, Taeyong ternyata dimintai tolong oleh salah satu kakaknya untuk menemani gadis itu dalam sesi pemotretannya. Jennie tidak bisa menyalahkan Sungkyung. Gadis itu tidak tahu-menahu mengenai hubungan Jennie dan Taeyong. Jika Sungkyung tahu bahwa keduanya akan berkencan hari ini, ia tentu tidak akan mengganggu sang adik.
Kejadian seperti ini tidak hanya terjadi sekali saja. Berulang kali, Taeyong harus membatalkan acara kencannya dengan Jennie karena kesibukan pemuda itu. Berulang kali, Taeyong menjadikan Jennie sebagai si nomor dua. Berulang kali, hingga membuat Jennie merasa jenuh dan Taeyong mendadak lupa bagaimana caranya meminta maaf kepada Jennie.
Jennie juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Taeyong. Bukankah ini merupakan risiko atas hubungannya dengan Taeyong yang dijalani secara diam-diam? Dan bukankah Jennie merupakan pihak yang bersikeras untuk terus merahasiakan hubungannya dengan Taeyong?
Jennie terdiam di tempatnya. Ia memandangi layar ponselnya. Ia tidak bisa meminta kakaknya untuk mengantarkannya pulang. Sehyoon saat ini sedang sibuk bersama beberapa mahasiswa bimbingannya. Jennie juga tidak mungkin merepotkan Joshua yang sedang gencar-gencarnya mendekati Shuhua. Moon Bin? Well, pemuda itu saat ini sedang sibuk bersama Eunbi.
“Jika aku datang ke tempat pemotretan Sungkyung Unnie…apakah dia akan mencurigai diriku? Apakah Taeyong akan merasa terganggu?”
Jennie saat ini sedang menimang-nimang mengenai keinginannya untuk datang berkunjung ke studio pemotretan Sungkyung, sekedar memberi kejutan kepada Taeyong.
Jennie memutuskan untuk pergi ke toko kue sebentar. Ia membeli seloyang cake dan juga sebotol wine yang hendak ia berikan kepada Sungkyung. Ia kemudian berangkat menuju studio pemotretan Sungkyung menggunakan jasa angkutan umum.
Beberapa kali, sebuah senyuman tipis terlukis di bibir Jennie. Meski masih merasa kesal, Jennie tidak dapat memungkiri bahwa dirinya pun merasa bersemangat untuk bertemu dengan kekasihnya.
Ini aneh. Jatuh cinta benar-benar terasa aneh. Bagaimana mungkin ia dapat merasa senang bertemu dengan seseorang yang sudah merusak suasana hatinya?
Perjalanan menuju studio pemotretan Sungkyung hanya memakan waktu selama empat puluh lima menit. Jennie berjalan mengendap-endap memasuki ruang studio.
Kedua mata kucing Jennie membulat kala dirinya menemukan Taeyong yang sedang dikerubungi oleh banyak gadis. Sepertinya, gadis-gadis tersebut merupakan rekan kerja Sungkyung karena mereka mengetahui status Taeyong sebagai adik kandung Sungkyung.
“Taeyong-ah, ayo beritahu kami. Siapa yang paling cantik di antara kami?”
Diberi pertanyaan seperti itu, Taeyong hanya mampu tersenyum kaku. Sementara Jennie sudah menggertakkan gerahamnya. Ia malas dengan berurusan dengan segerombolan gadis genit yang tidak bisa tinggal diam jika sudah melihat pemuda tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kissing Booth (Jenyong)
Short StoryRule Number 9: never date your bestfriend's sibling.