Ada yang harus di mengerti tanpa harus di jelaskan.
***
Caca
Kriteria cowok yang gue inginkan, gue sudah mendapatkan semua itu dari seorang Gery Ardandian Erlangga.
Baik, perhatian, selalu ngalah, dan gak pernah marah.
Gery punya semuanya. Tapi memang benar, semua manusia tidak pernah bisa merasa puas dengan apa yang dia dapatkan. Dia akan selalu merasa ingin mendapatkan yang lebih.
Sama halnya dengan gue.
Dengan Gery yang selalu jadi si serba sempurna, kadang gue selalu merasa jadi si buruk rupa.
Dengan Gery yang selalu jadi si penyabar, kadang gue selalu merasa jadi si egois.
Dengan Gery yang selalu jadi si protagonis yang baik hati, kadang gue selalu merasa jadi si antagonis yang memiliki hati iblis.
Katakan lah gue gak bersyukur. Ya.
Tapi pernah gak sih lo berpikir ketika lo udah jadi prioritas tapi justru malah membuat lo merasa jadi yang terbelakang?
Satu yang gak pernah bisa Gery kasih buat gue.
Gery gak bisa cerita sama gue.
Gery gak pernah mengungkapkan kecewanya sama gue.
Gery gak pernah marah sama gue walaupun gue tau alasannya karena dia sayang sama gue, tapi kadang marah sama pasangan itu perlu.
Bahkan hanya untuk sekedar koreksi saja.
Hari ini, gue tau Gery bete sama gue gara-gara dia liat video-call gue sama Kristian dua hari yang lalu, tapi gak maksud buat bete-in dia balik.
Karena ini yang gue takuti. Gue gak tau harus berbuat apa disaat dia gak pernah sekalipun bete sama gue.
Ini yang gue takuti. Gue gak terbiasa dengan Gery yang tiba-tiba bete karena sanking gak pernahnya dia bete.
Sekarang kalian mungkin mengerti kenapa gue sering meminta Gery buat marah sama gue. Ya ini. Supaya gue bisa tau apa yang harus gue lakuin.
Tapi sekarang? Dia malah ngediemin gue dan bawa motor ngebut dengan kecepatan 120km/jam.
Lo gak tau apa yang gue rasain saat itu.
Kesel.
Mau nangis.
Dan ngerasa bersalah.
Tapi satu. Gue bingung harus apa?
Hingga akhirnya pikiran gue sudah buntu dan berakhir memukul bahunya dengan cukup keras.
"Kalo kaya gini, turunin gue disini!" Suara gue mungkin terdengar sangat frustasi saat itu.
Ya memang, gue frustasi.
Hingga sampai dirumah, gue gak berniat untuk mengajaknya masuk atau sekedar ngobrol basa-basi.
Gue justru langsung pergi berjalan menuju rumah tanpa sepatah katapun.
Masuk dan sedikit membanting pintu.
Gue melirik kearah jendela dan mendapati Gery yang sedang duduk diatas motornya sambil menundukan kepalanya seolah-olah sedang merenungkan sesuatu.
Entahlah. Apa itu.
Hingga akhirnya gue memilih untuk naik ke kamar dan tanpa sadar air mata gue jatuh.
Tak lama setelah itu tiba-tiba hp gue berdering.