#14: Pengakuan

982 155 7
                                    

Kina menatap kesal pada Galang yang sudah duduk manis di bangkunya. Beberapa hari setelah tahun baru, Kina tidak pergi ke sekolah karena terserang demam. Hari itu saja ia pergi ke sekolah dengan jaket yang super tebal.

Gadis itu membanting tasnya di atas meja lalu duduk di kursinya masih dengan wajah kesal.

"Akina," panggil Galang pelan.

Sebenarnya Kina mendengar kalau Galang memanggil namanya. Namun, rasa kesal seolah membuat telinganya tuli. "Untuk malam itu, gue minta maaf," bisik Galang lagi sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Kina. Seolah tidak ingin permintaan maafnya itu didengar oleh orang lain.

"Bercandaan lo enggak lucu!" tukas Kina kesal dan ia sama sekali tidak mau menoleh ke arah Galang.

"Gue enggak pernah bercanda buat malem itu. Gue serius ngajak lo pergi, Akina." Galang membela dirinya.

"Terus, kenapa lo enggak dateng?!" Kali ini Kina sudah nyaris berteriak lebih kesal dari sebelumnya kalau saja suaranya tidak serak. Setelahnya ia jadi batuk-batuk karena terlalu memaksakan diri untuk berteriak.

"Gue bisa jelasin. Tapi, bisa enggak lo jelasin kenapa orang Jepang itu bisa ada di sana?" Galang menatap Kina penasaran, menanti jawaban.

"Apa maksud lo sama kata 'orang Jepang'? Lo lupa kalau di badan gue juga mengalir darah Jepang?" Kina menatap Galang dengan sinis karena merasa tersinggung dengan perkataannya barusan.

"Mak-maksud gue, orang yang namanya Kenzie itu. Kenapa dia bisa ada di sana malem itu?" Galang segera meralat perkataannya.

"Bukan urusan lo!"

Akina terdiam setelahnya. Dari mana Galang tahu kalau Kenzie berada di sana malam itu? Apa ia melihat mereka? Apa ia benar-benar datang ke taman malam itu? Pertanyaan-pertanyaan itu hampir saja terlontar dari mulut Akina kalau saja Galang tidak angkat bicara lagi.

"Kenapa lo harus marah kalau pada akhirnya lo kencan sama anak baru itu? Bukannya lo seneng bisa tahun baruan sama dia?" ujar Galang lagi membuat Kina semakin kesal.

Sebenarnya makhluk menyebalkan itu ingin minta maaf atau mencari masalah, sih? Apa ia tidak tahu betapa takutnya Kina saat duduk sendirian menunggunya? Apa ia tidak tahu kalau trauma itu hampir dialaminya lagi? Trauma merasa kehilangan orang yang disayanginya untuk selamanya di malam tahun baru.

Apa ia tidak tahu bagaimana rasanya Kina berusaha keras untuk tidak membayangkan sesuatu yang buruk terjadi pada Galang karena ia terlambat datang? Apa ia tidak tahu Kina terserang demam setelah malam itu karena menunggu terlalu lama di udara yang dingin? Kalimat Galang baru saja itu terasa sangat menusuk hatinya.

"Van, aku boleh pinjem catetan pelajaran yang kemaren, gak? Aku banyak ketinggalan," ujar Kina membuang wajah dari Galang. Semakin lama melihat wajahnya, hatinya bertambah sakit.

Baru saja Devan ingin mengeluarkan buku catatannya, tiba-tiba Arvin sudah ada di sebelah Kina sambil menyodorkan beberapa buku catatan padanya.

"Ini catetan pelajaran untuk kamu. Kamu enggak perlu nyatet lagi," ujar Arvin. Dengan wajah girang Kina menerima buku catatan dari Arvin itu lalu membukanya.

"Catetan dari minggu kemaren juga?" tanya Kina terkejut karena catatannya lengkap sekali. Catatan pelajaran sejak Kina tidak masuk sekolah karena menunggui ibunya di rumah sakit dan juga catatan saat ia tidak masuk sekolah karena sakit.

"Kamu emang sahabatku yang paling baik," puji Kina pada Arvin kemudian.

Arvin menoleh ke arah Galang yang langsung memberi isyarat dengan jempolnya sambil mengedipkan mata. Untung saja Kina tidak melihat komunikasi tersembunyi mereka itu dan tidak menyadari perbedaan tulisannya.

Enemy CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang