Titik-titik hujan mulai turun di malam hari. Namun, tidak menghalangi rencana awal Kina dan mamanya untuk pergi menikmati secangkir teh hijau hangat sambil makan semangkuk ramen panas di kedai makan khusus makanan Jepang.
Mereka pergi ke sebuah kedai makanan Jepang berjarak sekitar dua halte busway dari halte dekat rumah mereka karena ibunya bersikeras ingin makan di rumah makan itu. Katanya ingin mengenang momen saat dirinya dan papa Kina berkencan untuk pertama kali.
Begitu mereka sampai di rumah makan itu, mereka disambut oleh pemilik toko yang memakai pakaian koki. "Selamat datang," ucapnya ramah seraya membungkuk. Salam khas yang selalu dilakukan oleh orang Jepang ketika bertemu orang atau ketika mengucapkan terima kasih.
Kina membalas sambutan itu dengan ikut membungkukkan badannya, sementara ibunya hanya membungkuk sekilas dan langsung menyelonong masuk untuk mengamati kondisi kedai itu.
"Hm, masih belum berubah," gumam mamanya Kina sambil menatap ke sekeliling.
Kedai itu lumayan ramai, mengingat letaknya yang tidak strategis. Meski di tengah-tengah areal pertokoan, untuk sampai ke kedai itu harus melewati lorong-lorong sempit. Mungkin kalau tidak diajak oleh mamanya, Kina tidak akan tahu ada tempat makan di ujung lorong sempit itu.
Kina segera menyusul ibunya yang sudah melesat mencari meja di dekat jendela. Mereka harus menunggu sebentar karena pelayan kedai itu sedang menanyakan pesanan tamu yang lebih dulu datang.
Sejenak Kina melayangkan pandangannya ke luar jendela sambil menatap titik-titik hujan yang mulai turun.
"Kamu enggak mau lepas jaket? Di dalem sini lumayan hangat!" ujar ibunya membuyarkan lamunan Kina. Gadis itu langsung mengalihkan tatapannya dari jendela dan segera melepaskan jaket yang sejak masuk kedai lupa ia lepas.
Setelahnya Kina mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kedai itu. Mulai banyak pengunjung yang berdatangan. Lalu, perhatiannya terhenti pada seseorang yang sedang menanyakan pesanan seorang tamu yang duduk di dekat pintu masuk. Wajah pemuda itu tidak terlalu jelas karena ia mengenakan topi. Namun, Kina merasa familier dengan sosok pria itu.
Tiba-tiba orang itu berbalik ke arah meja Kina dan ibunya. Kina membeliakkan matanya melihat wajah pemuda itu dengan jelas.
"Galang?" gumam Kina tak percaya.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya ramah dengan senyum terbaik yang dimilikinya.
Sungguh berbeda dengan Galang di sekolah yang biasanya terlihat cuek dan menyebalkan. Kina menatap Galang yang sedang tersenyum ke arahnya dan ia langsung mengalihkan tatapannya ke daftar menu yang ada di atas meja. Tiba-tiba saja darahnya berdesir dan jantungnya berjumpalitan di dalam sana usai melihat senyum itu.
"Saya pesan ramen. Minumnya teh hijau hangat," jawab ibunya Kina. Sementara Kina sedang berusaha mati-matian menetralkan perasaannya yang tak menentu setelah melihat Galang.
"Kina, kau mau pesan apa? Bukannya tadi kamu mau makan ramen?"
"Iya," ujar Kina seadanya.
Ia benar-benar tidak bisa berkata banyak. Sejak tragedi terkurung di gudang untuk kedua kalinya, setiap kali berpapasan dengan Galang ia akan merasa canggung.
"Tambah satu porsi ramen dan teh hijau hangatnya satu lagi," ujar Ibunya Kina kepada Galang yang langsung mencatat pesanan itu.
"Silakan tunggu beberapa menit. Pesanannya akan segera datang," ujarnya sambil merunduk hormat. Kina bisa menghela napas lega saat Galang pergi.
Beberapa menit kemudian pesanan mereka pun datang. Diawali dengan dua cangkir teh hijau hangat yang asapnya masih mengepul kemudian disusul oleh dua mangkuk besar ramen yang tampak menggoda selera. Alih-alih langsung menyantap makanan itu, mata Kina malah lebih fokus memperhatikan gerak-gerik Galang mondar-mandir mencatat dan mengantarkan pesanan para pengunjung. Ia terlihat sangat bekerja keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy Crush
Fiksi RemajaGalang Adyatma dan Akina Caramelia telah menjadi musuh besar sejak pertama kali mereka duduk di bangku SMA. Semuanya berubah ketika muncul murid baru pindahan dari Jepang bernama Kenzie. Kedekatan Akina dan Kenzie yang sama-sama memiliki darah camp...