💞SEBUAH HARAPAN💞

1.9K 131 93
                                    

Bel pulang telah berbunyi nyaring di seantero SMA MERAH PUTIH. Semua siswa berhamburan keluar dari kelas.

Di halaman terlihat Chaca dan Gladis yang berjalan beriringin menuju tempat parkir. Hari ini Gladis memang sengaja ingin pulang bersama Chaca.

"Gladis!!" panggil seseorang dari belakang. Sontak saja Gladis dan Chaca menengok ke belakang. Raut wajah Gladis kembali memerah melihat orang yang memanggilnya itu. Pria itu pun menyusul Gladis dan Chaca. Ya pria itu adalah Army.

"Ada apa, Kak?" tanya Gladis tak berani mengangkat wajahnya.

"Gue minta nomor lo donk biar kita gampang komunikasi," ungkap Army menyodorkan ponselnya ke arah Gladis. Perkataan Army sukses membuat Gladis mematung. Untuk sesaat Gladis masih menatap ponsel Army. Namun dengan cepat Chaca menyenggol lengan Gladis. Dengan ragu ia mengambil ponsel Army dan menuliskan nomornya.

"Ini, Kak." Gladis menyerahkan ponsel pada Army.

"Oke terima kasih." Army tersenyum puas dan itu membat Darah Gladis berdesir.

"Ya udah saya duluan, Kak," pamitnya menarik Chaca.

"Bye, Kakak." Chaca melambaikan tangannya.

             ******

Gladis menaiki tangga kamarnya. Ia baru saja selesai makan siang bersama Mamanya. Ia memasuki kamarnya. Hari ini Gladis merasa lelah. Ia ingin segera tidur siang melepas kepenatan. Gladis mengambil ponsel dan membukanya. Ada satu pesan.
📩
From: Kak Army
Dis nanti ba'da ashar temenin gue ke toko buku. Gue mau beli buku persiapan UN. bisakan?

Membaca pesan dari Army itu Gladis sampai berjingkrak-jingkrak.

"Horee!" serunya girang bak anak kecil

To: Kak Army
Bisa kak.

From: kak Army
Ya udah nanti gue jemput ke rumah lo.

To: kak Army
Jangan kak jemput aku di depan kompleks aja.

From: Kak Army
Ok. Makasih Dis buat waktunya.

Gladis tersenyum riang. Ia memeluk ponsel di dekapannya. Akhirnya yang diinginkan selama ini satu persatu mulai tercapai.

      ******

Seusai sholat ashar, Gladis bersiap-siap. Ia mencuci muka dengan facial foam. Setelah itu, Gladis menyisir rambutnya. Ia terlihat cantik walau tanpa goresan make up di wajahnya. Gladis memang tidak suka berdandan.

Gladis nampak casual dengan sweater hijau muda dan celana jeans panjang. Setelah semua dirasa cukup Gladis berjalan menuju depan kompleks rumahnya. Ia menunggu Army di sana. Setelah beberapa menit Army datang dengan motor sport hitamnya. Army tersenyum pada Gladis. Army menyerahkan helm pada Gladis. Gladis menaiki motor Army.

"Hati-hati, Dis," Army memperingatkan Gladis. Lagi lagi itu sukses membuat Gladis baper. Dalam perjalanan hanya sepi yang menemani. Gladis tidak membuka suara sedikitpun.

Setelah lama akhirnya mereka sampai di toko buku langganan Army. Kebetulan sekali Gladis juga berlangganan di toko buku tersebut.

"Kamu suka baca novel, Dis?" tanya Army.

"Suka, Kak."

"Ya udah kamu pilih kesukaan kamu. Nanti biar gue yang bayarin." Army tersenyum simpul.

"Beneran nih, Kak?"

"Iya, ya udah, Aku kesana dulu."
Gladis menghampiri rak yang berisi banyak Novel. Ia memilih dua Novel incarannya. Setelah selesai ia menghampiri Army yang fokus di rak ilmu pengetahuan

Mencintai Tanpa dicintai [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang