💞KESALAHAN💞

1.6K 120 95
                                    

Bel istirahat telah berbunyi. Semua siswa berhamburan kelas untuk pergi ke kantin.

"Dis, ke kantin yuk!" ajak Chaca.

"Gue bawa bekal, Cha. Lo sendiri aja ya"

"Ya udah. Gue ke kantin dulu."

Hari ini Gladis memang dibawakan bekal oleh sang Mama. Gladis tidak bisa menolak. Gadis itu memakan nasi goreng buatan Mamanya. Setelah habis, Gladis memasukkan kotak makan ke dalam tasnya. Ia kembali membaca Novel.

"Gladis," sapa sebuah suara.

Gladis menengok dan tersrnyum ramah pada teman sekelasnya itu, Nira.

"Ada apa, Nir?"

"Sekarang kamu makin deket aja sama Kak Army," seloroh Nira tiba-tiba. Gladis menanggapi dengan senyuman samar. Ia tetap fokus pada novel di genggamannya.

"By the way, kalian udah pacaran ya?" tanya Nira lagi. Gladis melempar senyum getirnya ke arah Nira.

"Belum, Nir ... aku nggak tau perasaan Kak Army ke aku gimana. Yang jelas kami hanya berteman."

"Aku doain biar kalian cepet jadian, Dis. Kamu cewek yang baik dan tepat untuk kak Army."

Tatapan Nira nampak nanar. Gladis mengamininya dalam hati

"Makasih, Nira." Gladis memeluk
Nira dengan perasaan haru. Gladis memang gadis yang rendah hati.

     ******

"Dis ... ditungguin Army di taman tuh!" teriak Yogi di depan pintu kelas X IPA 1. Sontak saja seisi kelas menatap Gladis. Gladis sangat malu. Ia menunduk karena wajahnya telah memerah.

"Sana samperin! Nanti ngambek." Chaca berkedip manja.

"Apaan sih, Cha." Gladis tersipu malu. Ia berlari menuju taman . Di sepanjang jalan ia tersenyum sendiri macam orang gila. Ternyata Army telah menunggunya. Ada Yogi pula disana.

"Kak," sapa Gladis tersenyum ramah.

"Eh kamu Dis, sini duduk." Army tersenyum menatap Gladis. Gladis kembali gugup saat duduk di samping Army. Ia tak mampu mengontrol detak jantungnya.

"Kamu udah makan, Dis?" tanya Army menatap Gladis.

"Udah, Kak."

"Ehem!!" Yogi berusaha mencari perhatian karena tidak di gubris.

"Ada apa, Gi?" tanya Army mengerutkan dahi.

"Keselek obat nyamuk!!" sindir Yogi menohok. Army hanya menggangguk. Ia tahu sohibnya itu mencari perhatian. Ia sangat kenal dengan Yogi karena mereka berkawan sejak SMP. Untuk sejenak suasana hening. Mereka bertiga sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Kalian cocok banget deh. Kamu gimana sih, Ar? Tembak Gladis dong kasian dia lo gatungin kaya jemuran gitu," seloroh Yogi memecah keheningan.

Deg!

Pertanyaan Yogi sukses membuat Gladis mematung. Jantungnya terpacu cepat. Sementara Army menatap Yogi dengan dahi yang di kerutkan. Tiba-tiba Army tertawa. Lagi-lagi itu membuat darah Gladis berdesir. Yogi dan Gladis saling menatap.

"Lo apaan sih, Gi? Gladis itu udah gue anggep kaya adek gue sendiri tau," ungkap Army masih tertawa. "Gak mungkinlah gue pacaran sama Gladis. Selama ini gue menyayangi Gladis sebagai seorang Kakak."

Mata Gladis mulai memanas, keseimbangannya mulai terganggu, bibirnya juga terkatup. Hatinya terlalu perih untuk bisa dirasakan. Bagai luka yang ditetesi air garam. Sangat perih. Ia terus menahan air mata di pelupuk matanya agar tidak jatuh. Sama halnya dengan Gladis Yogi pun tertegun tak percaya.

Mencintai Tanpa dicintai [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang