Gladis menatap foto-foto Army yang ia tempel di cover diarynya. Di sana tertera pula profil Army terlengkap. Tiba-tiba pintu kamar Gladis diketuk. Gladis tersentak dan menyembunyikan diarynya di bawah bantal. Ia segera membuka pintu kamarnya. Ternyata sang mama yang mengantar makan malam untuknya.
"Mama, aduh repot-repot bawain makan buat aku. Aku bisa ambil sendiri, Ma." Gladis mengambil alih nampan dari tangan sang mama.
"Nggak pa-pa, Sayang. Tadi kamu tidur, Mama nggak tega buat bangunin." Amira mengelus rambut putri semata wayangnya itu.
"Ya udah, Mama ke kamar dulu," pamitnya.
"Iya, Ma. Makasih."
Gladis mengunci pintu kamar dan kembali mengambil buku diarynya. Untung tidak ketahuan.
Ia makan dengan masih menatap buku diary dipangkuannya. Setelah selesai makan ia mengembalikan piring dan belajar sebentar. Gladis menguap. Ia membaringkan badan di ranjang. Selang beberapa menit ia tertidur dengan buku diary yang masih ada di pelukannya.******
Chaca memasukkan sebuah amplop berwarna merah hati ke dalam tasnya. Ia terkikik mengingat isi amplop itu.
Ya, amplop itu berisi sebuh surat. Surat yang dibuat khusus untuk Army. Chaca mengatasnamakan nama Gladis sebagai pengirimnya. Ia gemas melihat Gladis yang tidak melakukan usaha apapun untuk menarik hati Army dan hanya menunggu sebuah keajaiban yang hanya sebuah angan. Bagi Chaca cinta harus diperjuangkan. Dan Chaca yakin dengan surat itu Gladis akan semakin dekat dengan Army. Gue mau cinta pertama lo terwujud, Dis. Dan hanya ini yang bisa gue lakuin buat lo, batin Chaca.
******
Chaca datang lebih pagi hari ini. Ia akan melakukan semuanya untuk Gladis. Ia langsung mengendap endap masuk kelas XII IPA 2, kelas Army. Kebetulan kelas itu belum berpenghuni. Chaca menaruh amplop di atas meja tempat duduk Army. Setelah urusannya selesai ia keluar dan kembali menutup pintu kelas itu. Di sepanjang jalan Chaca tersenyum. Ia tidak sabar untuk mengetahui reaksi Army.Army memasuki kelasnya. Baru beberapa orang yang berangkat. Ia menghampiri tempat duduknya. Ia pun meletakkan tas di meja. Namun tiba-tiba sebuah amplop merah hati jatuh ke lantai. Army tertegun dan langsung mengambilnya. Di ujung amplop tertera sebuah tulisan Gladisa Nada Nadira X IPA 1. Army menyergitkan dahi membaca tulisan itu.
"Gladisa? Siapa ya?" gumamnya pelan. Perlahan Army membuka amplop yang berisi surat. Army mulai membacanya.
Untuk: Kak Army Rihanka Nadewa.
Hai kak ... aku Gladis. Itu lhoh yang kenalan di taman. Sebenarnya aku ngefans sama kakak. Sejak pertama aku kenal Kak Army aku udah kagum sama kakak sebagai ketua osis yang bijaksana.
Kakak bisa menempatkan posisi sebagai ketua osis yang ramah tapi tegas dan tentunya tampan. Hehehe ... jujur aku mati kutu kalo berhadapan ma kakak. Rasanya pengen mati berdiri. Aku harap kakak nggak jauhin aku cuma karena aku ngefans kakak. Aku akan selalu jadi fans setia kak Army.
Gladis
Army terkikik membaca surat itu. Sejak pertama kenal muka babyface Gladis selalu melekat dalam ingatan Army. Ia merasa penasaran dengan gadis itu."Gi, temenin gue yuk," ajak Army pada sohibnya, Yogi.
"Kemana, Ar?" tanya Yogi masih sibuk dengan ponselnya.
"Ke kelas sepuluh."
"Wokeee, bentar bentar gue mau rapiin rambut siapa tau ada adek kelas yang kepincut." Yogi menyisir rambut dengan sisir keramatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Tanpa dicintai [SEGERA TERBIT]
أدب المراهقين[Harap follow dulu sebelum membaca!] Gladisa Nada Nadira gadis polos yg mengidolakan mantan ketua osis, Army Rihanka Nadewa. Ia sangat menyukai kakak kelasnya itu. Takdir membawa mereka semakin dekat. Hingga Gladis yakin bahwa Army mempunyai perasaa...