💞SISI BAIK💞

1.4K 93 59
                                    

Gladis nampak rapi dengan busana mini dress yang ia kenakan. Ia menunggu taksi online di depan kompleks rumahnya. Setelah agak lama menunggu taksi pesanan Gladis pun datang.

"Mbak Gladis?" tanya sopir taksi itu memastikan
  
"Iya, Pak." Gladis masuk kedalam taksi itu.
  
Jalanan macet parah. Maklum hari ini adalah hari minggu. Gladis melirik jam yang telah menunjukkan pukul setengah tujuh. Untung saja taman itu tak jauh dari kediaman Gladis. Gladis memberikan alasan ingin mengerjakan tugas pada Mamanya.

Akhirnya Gladis sampai di taman itu. Dan benar dugaannya, Ken ada di taman itu. Ken terlihat membenamkan wajah di pangkuannya.

Dengan langkah pasti Gladis menghampiri pria itu. Perlahan ia mengusap lembut bahu pria bertubuh atletis itu. Ken mendongak.

"Kenapa lo ada di sini, Dis?" tanya Ken terkejut.

"Lo kenapa pergi dari rumah sih, Ken? Keluarga lo cemas." Raut wajah Gladis menunjukkan kecemasan.

  "Kenapa lo peduli sama gue? Semua orang gak meduliin gue. Walau gue mati sekalipun. Mereka cuma sayang sama Kak Army yang berprestasi itu. ARMY, ARMY, DAN ARMY!! gue muak ndengerinnya! Gak ada orang yang sedikit aja meduliin gue." Mata Ken terlihat berkaca-kaca. Gladis bersimpuh di hadapan Ken yang duduk bersila.
 
"Gue percaya sama lo, Ken. Tatap mata gue! Apa lo liat ada kebohongan di sana?" Gladis menatap mata Ken. Ken mulai menatap mata Gladis. Dan benar saja Gladis terlihat tulus. Akhirnya mata mereka saling bertemu. Jantung Ken mulai berdetak cepat.
 
Gladis meremas jemari Ken. Ia prihatin mengetahui permasalahan Ken.
 
"Lo harus berubah, Ken. Lo harus buktiin  pada dunia bahwa lo bisa jauh lebih hebat dari Kak Army." Gladis meneteskan air matanya. "Gue akan bantu lo Ken. Gue janji." Gladis berbicara dengan ketulusan. Perlahan Ken mengusap air mata yang menggenanggi pipi Gladis. Ia sangat terharu dengan sikap yang ditunjukkan Gladis kepadanya.

"Dis," panggil Ken pelan.

"Ada apa, Ken?" Gladis  menatap Ken.

"Apa gue boleh peluk lo?" tanya Ken ragu. Untuk sesaat Gladis membisu. Dengan ragu ia mengganggukkan kepalanya. Perlahan Ken merengkuh dan memeluk tubuh Gladis. Ia tak mampu menahan isakan tangisnya. Tangisnya  pecah seketika . Gladis pun mengelus punggung Ken.

"Makasih Dis ... makasih  karena lo masih percaya ma gue." Ken kembali terisak.

"Nangis aja, Ken, Biar lo lega, gue siap menjadi tempat bersandar kesedihan lo," lirih Gladis.
 
Setelah puas menangis Ken melepas pelukannya.

  "Sekarang kita pulang ya. Keluarga lo udah nungguin," ajak Gladis.
    
       ******
  
Ken memarkirkan motor di garasi rumahnya. Ia ditemani oleh Gladis untuk pulang ke rumah. Dan benar saja di sana sudah ada Army, Santi, dan seorang wanita tua yang terlihat cemas.
 
Melihat kehadiran Ken, Army dengan cepat menghambur ke arah Ken dengan rasa sesak di dadanya. Ia pun mendekap tubuh adiknya dengan tangis yang pecah.
 
"Lo ke mana sih, Ken?  Kakak khawatir. Lo buat Kakak lo ini ngrasa bersalah," ungkap Army terisak.

"Maafin Ken, Kak. Nggak seharusnya Ken bertingkah kaya anak kecil gini." Ken membalas pelukan sang Kakak.
 
"Nggak usah lo dengerin apa kata orang Ken. Biarkan mereka ngomong apa. Karena bagi gue lo adalah adik terhebat yang gue miliki. Lo nggak akan
Pernah terkalahkan dengan apapun yang gue raih dan gue miliki saat ini. Lo berharga banget, Ken. Jangan dengerin apa kata orang lagi ya." Army menatap adiknya dengan nanar. Kakak beradik itu kembali berpelukan melepas kerinduan.

Gladis dan Santi berangkulan melihat eratnya hubungan persaudaraan Army dan Ken. Sesekali Santi menyeka air matanya yang hampir jatuh.
 
 Seorang wanita tua memeluk Ken dan Army lalu mencium kening mereka secara bergantian.
 
"Maafin Ken, Oma," lirih Ken memeluk wanita tua itu.
 
"Itu siapa, Kak?" tanya Gladis pada Santi.
 
"Oma mereka, Dis."
 
"Makasih Dis lo udah bawa adek gue pulang." Tatapan Army beralih pada Gladis.
 
"Iya, Kak sama-sama."
 
 "Makasih, Nak Gladis." Oma mengelus rambut Gladis

Mencintai Tanpa dicintai [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang