Mata Ken berbinar mengharap sang Mama bisa berjalan lagi. Ya, hari ini Ken, Gladis, Army, dan Santi mengantar Kinar untuk terapi tahap akhir.
Perlahan Kinar bangkit berdiri dibantu oleh dokter Dio yang selama ini membantu terapi.
"Hati-hati, Ma," lirih Ken berbinar.
Dengan pelan Kinar mulai menapakan kakinya di lantai.
"Coba jalan perlahan," intruksi dokter Dio. Kinar mulai melangkahkan kakinya yang terasa berat. Perlahan ia melangkahkan kaki demi satu langkah dengan hati-hati. Lama kelamaan kakinya mulai lemas. Ia mulai berjalan pelan.
Semua tampak gembira. Ken merentangkan tangan menyambut Kinar yang berjalan ke arahnya. Kinar pun berhasil bejalan ke arah Ken. Dengan bahagia Ken mendekap tubuh sang Mama dengan rasa haru. Army berlari kecil menghampiri Ken dan Mamanya. Ia memeluk Mama dan adiknya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Ma ... mama bisa ja ... jalan, Nak." Kinar membelai lembut kedua putranya.
Setelah semua selesai Ken dan Army menggandeng Kinar menuju mobil. Sementara Gladis dan santi berjalan di belakang mereka. Senyum terukir manis di bibir kedua gadis itu.
Akhirnya setelah dua tahun hanya bisa duduk di kursi roda kini Kinar bisa berjalan. Walau begitu dokter belum mengizinkan Kinar untuk berjalan dengan jarak yang jauh. Kinar masih membutuhkan kursi roda untuk itu.
"Alhamdulilah Kak, Tante Kinar bisa jalan." Gladis tersenyum pada Santi.
"Iya, Dis. Alhamdulilah," jawab santi.
Setelah lima belas menit akhirnya mereka sampai di kediaman keluarga Nadewa. Army membantu sang Mana turun dari mobil. Namun ketika Kinar baru berjalan satu langkah tiba-tiba saja Ken membopong tubuh sang Mama. Kinar yang tak siap tersentak.
"Ken, biarin Mama jalan," ucap Kinar memberontak. Namun Ken tak peduli dan terus berjalan menuju kamar mamanya.
"Nggak, Ma. Cukup untuk sekarang Mama gak boleh kecapean. Tadi Mama udah jalan."
Ken menurunkan Kinar di ranjang dengan pelan. Ken nampak khawatir melihat Kinar yang menangis.
"Mama kenapa? Masa Ken larang jalan aja Mama nangis." Ken merasa bersalah.
"Mama bahagia, Nak ... selama ini kamu selalu sabar ngerawat Mama." Kinar mengusap lembut pipi Ken. Ken ikut berkaca kaca.
"Sekarang giliran Rihan yang rawat Mama sebelum Rihan pergi ." Tiba-tiba Army memasuki kamar dan bersimpuh di hadapan Kinar.
"Me ... memangnya Rihan mau ke mana?" tanya Kinar pada Army. Ya, Rihan adalah panggilan sayang Kinar pada Army.
"Rihan diterima kuliah di London, Ma." Army menatap Mamanya.
"Alhamdulilah ...." Kinar memeluk putra sulungnya itu.
"Tapi siapa yang bakal jaga Rihan di sana?" Terdapat raut cemas di wajah Kinar.
"Tenang aja, Ma. Rihan bisa jaga diri di sana. Ada asrama di sana, Ma. Lagian ada Santi. Santi juga diterima di universitas yang sama dengan Rihan." Arny kembali memeluk Kinar.
Kinar bernapas lega. Ia beralih menatap Santi."Santi, Tante titip Army ya."
"Iya, Tante. Pasti." Santi memeluk Kinar.
Entah kenapa kali ini Gladis tidak merasa sedih atau takut kehilangan mengetahui Army yang akan ke luar negeri. Apa mungkin Army telah terhapus dari hatinya? Entahlah. Yang jelas Gladis bahagia mengetahui itu.
"Besok Rihan berangkat jam berapa?" tanya Kinar
"Sembilan, Ma. Rihan mau pamit sama Papa dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Tanpa dicintai [SEGERA TERBIT]
Teen Fiction[Harap follow dulu sebelum membaca!] Gladisa Nada Nadira gadis polos yg mengidolakan mantan ketua osis, Army Rihanka Nadewa. Ia sangat menyukai kakak kelasnya itu. Takdir membawa mereka semakin dekat. Hingga Gladis yakin bahwa Army mempunyai perasaa...