~Distance #3~

821 42 5
                                    

Sabtu ini anak-anak SMA Khatulistiwa diwajibkan eskul. Memang sebenarnya jadwal eskul disekolah ini adalah setiap hari Sabtu. Sejujunya Saera sangat malas olahraga, apalagi Volly. Kenapa? Karena Saera takut sama bola, hanya itu.

Namun, Ratu memaksa sampai datang kerumah Saera untuk membangunkan Saera dan mengajak Saera eskul hari ini. Sialnya, rayuan Ratu berhasil membuat Saera bangun dipagi hari yang menjadi waktu tidurnya jika hari Sabtu—dulu.

Mau tau Ratu rayu apa!?.

"Nanti gue traktir makan dikanti deh, sepuas yang lo mau. Tapi janji bakal ikut eskul bareng gue"

Ya, you know lah, Saera kalo soal makanan paling pertama. Biarpun tubuhnya terbilang kurus, mungil dan imut-imut, tapi soal makanan Saera kaya ema-ema rebutan barang-barang sale di mall. Wkwk

Dan disinilah mereka berdua berada, berlari mengelilingi lapangan, sebagai pemanasan awal dalam melakukan permainan Volly.

"Gilak ya Kak Devan, ganteng-ganteng, kejaaam!!" bisik salah satu dari mereka ditengah berlarinya, dan masih bisa Saera dengar.

"Kalo gak niat mending pulang, gue gak suka ada anak mami disini!" teriak Devan seperti tahu pembicaraan cewek berkuncir kuda dihadapan Saera dan Ratu.

Seketika cewek itu menunduk, dan berekspresi seperti maling ketahuan mencuri.

Setelah itu, mereka beristirahat 5 menit dan lanjut memulai permainan Volly—diawali dengan menserven bola, agar melambung tinggi dengan kepalan tangan.

Ratu pemain pertama—karena ia berbaris dibarisan pertama.

Ratu memegang bola Volly ditangan kirinya, dan mulai memukul, namun bukannya melambung lurus kedepan, malah melenceng kesamping.

Devan diam, memaklumi. Karena ia tahu baru-baru masa-masa awal.

Dan setelah Ratu kini gikiran Saera. Saera mengambil bola Volly itu dengan malas dari tangan Ratu, dan memegangnya asal. Namun, Saera dibuat terkejut saat sepasang tangan membenarkan posisi bola Volly-nya ditangan Saera, Saera menoleh dan tepat wajah tampan Devan berada disamping wajahnya. Seketika terasa sengatan seperti kesetrum listrik ditubuhnya, jantungnya tak berdetak dengan normal, oksigennya seperti habis ditelan kegugupan.

"Khem!!" suara dekhaman itu membuyarkan lamunan Saera.

Devan melepaskan tangannya dari kepalan tangan Saera dan memundurkan tubuhnya selangkah dari tempatnya semula.

Ternyata Ratu yang berdeham tadi. Ia melipat tangan didepan dada, dan memutar bola matanya malas. Saera tak terlalu peduli dengan tatapan itu.

Tapi ia tahu, jika tatapan itu adalah tatapan tak suka dari Ratu.

"Maaf...

Bisik Devan tepat dibelakangnya Saera, namun Saera masih dapat mendengarnya dengan jelas dan membatu ditempatnya. Masih shok dengan yang barusan terjadi.

Saera itu orangnya emang gampang baperan, dan gampang suka sama orang. Tapi semua itu hanya sebatas suka, karena cinta sejatinya hanya untuk pangeran yang berada jauh disana—Hanya Sadam, titik!!.

Jadi sekarang pipi Saera memerah seperti tomat, lututnya pun tak kuasa lagi menahan beban tubuhnya. Saat Saera memukul Bola Volly-nya pun, sangat pelan. Bahkan terlihat seperti menyentuh saja, bukan memukul.

✏✏✏

Permainan sudah selesai. Sesuai dengan perjanjian, Saera pergi kekantin bersama Ratu. Saera memesan beberapa makanan dan minuman, tak tahu diri kalau semua itu nanti Ratu yang bayar. Ratu hanya bisa menghela nafas pasrah dan tak berniat untuk memarahi, toh! Semisal Ratu beli sama gerobaknya pun, tak menguras harta keluarganya.

DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang