~Distance #4~

687 42 4
                                    

"Jadi elo mau ikut gak?" tanya Ardit yang membuat Saera terlonjak kaget.

Saera terdiam memikirkan caranya untuk kabur dari sana, namun belum sempat mulutnya terbuka, seseorang sudah menjawab. Yang membuat Saera geram, ingin memakannya hidup-hidup jika saja dia bukan orang yang terpenting dalam hidupnya—siapalagi kalo bukan Satga.

"Biasanya kalo Saera diem itu tandanya mau Dit!"

Ardit mengangguk, "yaudah yuk, nanti takut kesiangan" ucap Ardit seraya menatap Saera yang masih badmood.

"Udah sana dek, gak usah malu-malu" kata Beni dengan nada menggoda.

"Tenang... Ardit udah jinak kok!" timpal Miko. Ingin sekali Saera menoyor satu-satu kepala kakak kelasnya yang kurbel itu, hehehe...

"Dit, nanti pulangnya anterin juga ya. Kasian kan kalo Ade gue pulang sendirian" Ardit mengangguk samar.

Dan dia berjalan duluan meninggalkan Saera yang masih diam ditempatnya.

"Udah sana Sey, kesempatan loh. Jalan sama orang ganteng plus pinter!" seru Ratu semakin membuat Saera badmood.

Dan mau tak mau Saera berjalan mengikuti Ardit.

"Hati-hati ya dek!!" teriak Satga dengan nada meledek.

✏✏✏

Ardit, menyuruh Saera untuk turun dari motornya ketika sudah sampai ditempat tujuan. Toko Buku!.

Saera masih malas dan menuruti Ardit dengan terpaksa. Ardit berjalan terlebih dulu masuk kedalam toko, disusul Saera dibelakangnya. Bau buku seketika menyeruak di indra penciumannya, membuatnya pusing seketika.

Mungkin kalau ditanya apa pobia Saera, dan jawabannya adalah BUKU!!.

Ya, Saera sangat pobia dengan buku, apalagi yang berbau rumus-rumus dan angka-angka yang membuat kepala pusing tujuh keliling.

Saera masih setia membuntuti Ardit yang sekarang berjalan kearah rak berisi buku-buku Sains yang tak Saera mengerti.

"Dari pada elo buntutin gue, mending elo cari buku-buku tuh. Disini banyak juga kok buku Novel" ucapnya tiba-tiba, dan masih tetap mencari buku yang ia tuju tanpa menoleh kearah Saera yang seperti orang bego dibelakangnya

"Jadi elo ngusir gue?" tanya Saera kesal.

Ardit menghentikan aktifitasnya dan beralih membalikkan tubuhnya menghadap Saera.

"Gue gak ngusir, gue cuma gak suka diliatin orang-orang karena bawa cewek yang keliatan kaya orang bego. Padahal ini ditoko buku!!" sarkasnya penuh penekanan.

Emang jurang ajar tuh orang! Dasar mulut seblak, jutek, tukang ngomel. Ingin sekali Saera berteriak sekencang-kencangnya didepan cowok sok pinter ini. Walau kenyataannya emang pintar.

Dan apa maksudnya dia bilang gitu? Mau mempermalukan Saera didepan orang banyak? Atau cara mengusir dengan nada nyelekit!.

Dan akhirnya Saera pergi keluar dari tempat itu. Seperti yang dibilang tadi, Saera itu baperan, dan mudah tersentuh. Dia akan berani kalau ada orang menyakiti perasaan sahabatnya atau orang terdekatnya. Tapi ia akan lemah, jika disinggung tentang kekurangannya, atau IQ nya.

Setelah berjalan cukup jauh dari toko buku itu, Saera berhenti disebuah kedai yang membuat senyumnya merekah. Kedai Es Krim! Ya, Saera adalah pecinta Es Krim, apalagi disaat mood buruk seperti ini. Yang pertama ia cari ya Es Krim. Karena dengan Es Krim ia bisa mencairkan api amarah atau mengalirkan kesedihan didalam hatinya.

✏✏✏

14: 09, Siang.

Sudah hampir 2 Jam Saera dikedai ini. Biasalah kalau anak kaya Saera ini sudah dapet Wifi gratis, pasti bakal betah berjam-jam ditempat itu. Dan ia juga sudah menghabiskan 3 mangkuk Es Krim sendirian.

DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang