#3: Pangeran Salah Alamat

1.1K 187 25
                                    

Pagi itu, Selia kembali melanjutkan gerilyanya tanpa kenal lelah. Ia sudah berjuang sejauh ini dan tak mungkin ia berhenti tanpa hasil. Hanya tinggal mencari sisanya. Ia tak boleh menyia-nyiakan waktu lagi.

"Hai!" sapa seseorang yang tiba-tiba sudah berdiri di sebelah Selia.

Saat Selia menoleh, ia dikejutkan oleh kemunculan Savan di gedung sekolahnya dengan memakai seragam SMA Panca Bakti, bukan seragam Charlemagne seperti yang dikenakannya saat pertama kali mereka bertemu.

Saat Selia menoleh, ia dikejutkan oleh kemunculan Savan di gedung sekolahnya dengan memakai seragam SMA Panca Bakti, bukan seragam Charlemagne seperti yang dikenakannya saat pertama kali mereka bertemu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu ngapain, di sini?" tanya Selia keheranan.

"Kayak yang kamu lihat. Aku mau bantu kamu cari anggota tambahan untuk klub sepak bola yang lagi kamu bentuk." Savan merebut brosur yang ada di tangan Selia, kemudian mulai membagikannya kepada beberapa murid laki-laki yang lewat di dekat mereka.

"Aku masih gak ngerti. Kamu pakai seragam Panca Bakti cuma karena pengen nyusup ke sekolah ini di jam pelajaran? Apa Army yang minjemin seragamnya sama kamu?" tanya Selia tak sabar.

"Ini bukan seragam Army. Ini seragamku. Mulai hari ini, aku resmi jadi murid Panca Bakti. Jadi, kamu gak punya alasan lagi untuk benci sama aku karena aku murid Charlemagne. Aku pengen gabung dalam klub sepak bola bentukan kamu. Terus, sisanya kita cari bareng-bareng," ujar Savan dengan ekspresi wajah ramah dan senyum menawan seperti biasanya.

Selia masih terdiam sambil menatapnya sinis.

"Kamu bilang kita gak punya banyak waktu lagi, kan? Kita harus berusaha lebih keras supaya klub sepak bola kita punya anggota yang sesuai dengan syarat kepala sekolah. Ayo, kenapa diem aja? Kita sebarin brosur lagi."

Savan memberikan separuh brosur yang sebelumnya ia rebut dari tangan Selia. Gadis itu masih menatapnya penuh kebencian. Namun, Savan tak terlalu ambil pusing. Ia mencoba untuk mengalihkan perhatiannya dengan berbicara kepada beberapa murid laki-laki yang kebetulan lewat.

Selia tak tahan lagi dengan sikap itu. Ia menarik tangan Savan dan menatapnya tajam.

"Kamu lagi bercanda, ya?" tanya Selia kesal.

Savan hanya menjawab dengan senyuman khas di wajahnya. Senyum berkarisma yang sebenarnya bisa merontokkan hati para gadis kebanyakan. Namun, senyum itu sama sekali tidak berpengaruh untuk Selia.

"Menurutku, lelucon kamu ini sama sekali gak lucu!"

Selia melangkah pergi meninggalkan Savan yang kembali hanya bisa berusaha untuk tersenyum.


⚽💜⚽


"Ayo, cepet ikut aku!"

Selia menarik paksa Army yang sedang asyik mengobrol dengan teman-temannya di depan markas klub Taekwondo. Selain menyukai sepak bola, Army juga menyukai olahraga beladiri dari Korea itu dan cukup aktif menyumbangkan beberapa medali untuk klub sekolah.

"Woy, bisa gak sih, kamu itu sopan sedikit sama kakak sendiri?" protes Army yang merasa malu diseret-seret seperti itu di depan teman-temannya. Bisa jatuh pamornya nanti.

[END] Soccer LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang