Kemenangan tim Panca Bakti atas tim Nusantara menjadi kemenangan pertama sekaligus kunci. Karena di pertandingan-pertandingan selanjutnya mereka hanya mampu bermain imbang tanpa gol.
Sore itu mereka kembali bertanding menghadapi lawan yang sangat kuat, yaitu SMA Tadika Jaya. Mereka menjadi tuan rumah.
Menghadapi sekolah ini tidak boleh main-main karena hampir sebagian besar atlet nasional dihasilkan oleh sekolah ini. Namun, Panca Bakti memang tidak memasang target terlalu tinggi untuk menghadapi mereka. Cukup bermain imbang tanpa gol.
Masalah datang ketika di tengah pertandingan Neil mengalami cidera saat berebut bola dengan pemain belakang tim Tadika Jaya. Sementara mereka tidak punya pemain cadangan. Kalau mereka terus bermain dengan sepuluh pemain, akan sulit untuk bertahan apalagi menyerang.
"Pelatih, gimana ini?" ujar Selia panik saat Neil mulai dibopong ke pinggir lapangan.
"Terpaksa cuma tanding dengan sepuluh pemain," jawab pelatih membuat hati Selia mencelos. Wajah murung Selia itu pun terlihat oleh Savan. Pemuda itu pun langsung mencari seseorang yang duduk di tepi lapangan, yang sejak tadi sibuk merekam pertandingan itu dengan kameranya.
Setelah memberi isyarat dengan penuh permohonan, akhirnya Savan berhasil membuat orang itu meletakkan kemeranya dan berlari menghampiri Neil yang sedang ditangani oleh petugas medis. Pemuda itu tampak menukar kaos miliknya dengan seragam tim Panca Bakti.
"Kak Army?" tanya Selia tak percaya saat melihat kakaknya menghampiri Savan ke tengah lapangan dan melakukan tos ala mereka.
"Dia bilang pengen gantiin Neil," ujar pelatih yang melihat Selia keheranan.
Saat itu juga, rasanya Selia ingin berlari memeluk kakaknya itu dan bilang kalau ia begitu menyayanginya. Army telah menyelamatkan timnya.
Pertandingan dimulai kembali dan Panca Bakti langsung bermain menyerang. Kedatangan pemain baru membuat semangat mereka seperti terpompa.
Kebalikan dari tim Nusantara, Tadika Jaya justru lemah di bola-bola bawah. Beberapa kali mereka menyerang menggunakan teknik itu dan beberapa kali pula mereka berhasil merangsek ke daerah pinalti lawan.
Army benar kalau dirinya dan Savan itu pasangan striker hebat. Kerjasama mereka di kotak pinalti beberapa kali mampu menembus pertahanan lawan. Sampai pada akhirnya kesempatan itu datang. Savan yang mendapat umpan pendek dari Yoga langsung menggiringnya ke dekat kotak pinalti. Ada Army di sisi kiri dikawal dua pemain lawan.
Savan tidak memberi umpan langsung ke arah Army, tetapi menendang pelan ke arah lain sehingga bola seolah bergulir ke arah gawang. Army segera melepaskan diri dari kawalan dua pemain belakang lawan dan melesat menendang bola itu ke sudut gawang dan terciptalah sebuah gol keajaiban untuk tim Panca Bakti. Army berlari kegirangan ke arah Savan dan mereka berpelukan.
"Wah, mereka kompak banget, sih. Seolah bisa baca gerakan satu sama lain," gumam Selia takjub.
Dan kedudukan 1-0 terus bertahan hingga pertandingan usai.
⚽💜⚽
Selia menatap Army sambil menyipitkan matanya, memperhatikannya dari ujung kaki sampai ujung kepala."Apa? Hm?" tantang Army sambil mengangkat-angkat dagunya.
"Dari mana kakak dapet seragam tim Panca Bakti?" tuduh Selia.
"Punya Neil, kakak pinjem," jawab Army santai tapi masih mengangkat dagunya.
"Gak bisa dipercaya." Selia menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Eh, seharusnya kamu itu berterima kasih sama kakak karena udah mau ikut tanding. Kalau kakak gak masuk, mana bakalan ada gol kayak tadi." Army tersenyum bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Soccer Love
Teen FictionSavan Adinata jatuh cinta dengan Akselia Thihani yang membencinya karena ia murid Charlemagne. Untuk mendapatkan hati gadis itu, Savan rela pindah ke SMA Panca Bakti tempat Selia bersekolah dan membantunya membentuk tim sepak bola. Semua berjalan l...