"Formasi ini kupikir adalah yang terbaik," ujar pelatih siang itu seusai latihan ketiga mereka sebelum liburan semester. Setelah ujian semester ganjil beberapa hari lalu, mereka menjadwalkan latihan dulu sebelum liburan.
"Neil dan Savan akan jadi duo striker yang hebat," komentar Danish seraya membasuh keringatnya dengan handuk kecil.
"Duo maut si jangkung tampan," canda Bimo lalu tertawa terpingkal-pingkal bersama Juna.
Sebuah pukulan mendarat di kepala Bimo selang beberapa saat kemudian.
"Berisik!" gertak Yoga sok galak. Meskipun wajahnya terlihat datar, tetapi pembawaannya memang galak.
"Maaf, Kak." Bimo meringis sambil mengelus-elus kepalanya.
"Nanti tolong hubungi saya ya, kalau kalian sudah tentukan tanggal berapa kalian siap latihan setelah liburan semester. Dan bersiaplah, setelah liburan kemungkinan besar kita akan masuk liga antar SMA se-Jakarta untuk uji coba setengah putaran. Kalau dinilai kinerja tim kita bagus, kita bisa masuk dalam liga musim depan." Pelatih mengakhiri pengarahannya.
Sementara Selia masih sibuk mencatat sana sini. Mencatat perkataan pelatih, juga mencatat formasi tim yang baru saja terbentuk.
Setelah pelatih pergi meninggalkan tempat latihan, semua anggota tim duduk-duduk di pinggir lapangan untuk membahas kapan mereka akan siap untuk latihan lagi.
"Udah selesai belum?" tanya Army yang tiba-tiba muncul di sana.
Selia mempercepat aktivitas menulisnya. Ia lupa kalau hari itu mereka akan berangkat ke Malang untuk menghabiskan liburan mereka. Keretanya akan berangkat pukul dua sementara saat itu sudah hampir pukul sebelas.
"Sebentar lagi," sahut Selia tanpa menoleh. Kakaknya itu adalah orang yang paling tidak sabar menunggu.
"Tumben lo jemput Selia." Savan menghampiri sahabatnya itu.
"Kami mau pergi liburan," jawab Army.
"Liburan?" tanya Savan melongo.
"Ke Kota Batu, gak jauh dari pusat kota Malang. Kami mau jengukin Mama," jawab Army seolah tahu kalau Savan akan bertanya mereka akan pergi ke mana.
"Berapa lama kalian pergi?" tanya Savan yang entah kenapa jadi terlihat tidak bersemangat.
"Sampai liburan berakhir, mungkin. Kayaknya ngabisin liburan semester di sana asyik juga. Bakar-bakar jagung apa ikan gurame gitu halaman rumah sambil mandangin bintang-bintang dan menghirup udara perkebunan. Wah, surga dunia." Amry bergumam sembari memejamkan matanya dan sedikit mendongakkan kepala seolah sedang benar-benar menikmati udara segar perkebunan.
"Kakak bilang kita cuma mau ziarah ke makam mama terus nginap beberapa hari sampai Om Surya balik dari Bali," sahut Selia yang datang menghampiri mereka. Rupanya ia sudah menyelesaikan tugasnya dan sedari tadi menguping pembicaraan dua pemuda itu.
Army mencondongkan tubuhnya ke arah Selia dan berbisik kepada adiknya itu.
"Sst, diem. Kakak lagi ngerjain Savan. Cuma mau tahu reaksinya kalau bakalan gak ketemu kamu berminggu-minggu lamanya." Army menegakkan kembali tubuhnya kemudian menatap Selia dengan senyum nakalnya.
"Apaaan, sih?" Selia memukul lengan kakaknya itu sambil mendelik kesal.
"Tapi, kamu juga penasaran, kan?" goda Army.
Refleks Selia melirik ke arah Savan yang masih memperhatikan mereka.
"Nah, kan barusan kamu curi-curi pandang karena penasaran!" pekik Army kegirangan.
Menyesal Selia sudah melirik tadi. Setelahnya ia tak berani menatap ke arah Savan lagi.
"Ayo pergi! Nanti ketinggalan kereta!" Selia melangkah mendahului Army tanpa tahu kalau kakaknya itu mendekati Savan kemudian berkata.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Soccer Love
Teen FictionSavan Adinata jatuh cinta dengan Akselia Thihani yang membencinya karena ia murid Charlemagne. Untuk mendapatkan hati gadis itu, Savan rela pindah ke SMA Panca Bakti tempat Selia bersekolah dan membantunya membentuk tim sepak bola. Semua berjalan l...