Setelah kabar itu terdengar semua menjadi berbeda. Sikap Noval terhadapku berubah. Dia semakin menjadi orang yang dingin, terutama kepadaku.
Hubungan ku dengannya bahkan kini bisa dikatakan tidak baik baik saja. Kita saling menjauh satu sama lain. Menganggap salah satu diantara kita hanyalah debu kecil yang tak terlihat. Hanyalah angin yang berlalu.
Aku menjauhinya. Begitupun sebaliknya. Aku merasa dia juga menjauhi ku. Seperti ada tembok pembatas yang sangat sulit dihancurkan ditengah tengah kita. Aku dan Noval.
Jika kalian berfikir aku membenci dia dan dirinya maka kalian salah.
Aku bukan kakak kelas yang suka menglabrak adik kelas seenaknya saat doi ku direbut olehnya. Bagiku itu adalah hal paling menjijikan. Merasa tersaingi oleh orang lain lalu mengklaimnya sebagai musuh.
Aku juga tidak membenci dia yang telah menghancurkan hatiku. Dari awal aku sadar aku bukanlah siapa siapa. Dia berhak memilih untuk kebaikan hidupnya. Orang bilang "bahagialah jika melihat orang yang kau sayangi bahagia" ya aku akan melakukannya. Aku akan selalu menghargai keputusannya.
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Seminggu lagi Ujian Nasional diadakan. Dan inilah perang seorang pelajar sesungguhnya. Babak penentuan lulus atau tidaknya kita selama menuntut ilmu. Meninggalkan masa putih abu abu atau masih tetap setia dengan putih abu abu.
Semua orang pasti menginginkan hal yang baik. Lulus dengan nilai terbaik dan diterima di Universitas yang inginkan. Itu adalah impianku. Aku sudah memutuskan.
Aku mengambil air wudhu dan segera menggelar sajadah menghadap kiblat. Memohon ampunan dari-Nya dan berdoa kepada-Nya.
"Assalamualaikum warahmatullah"
"Assalamualaikum warahmatullah"
"Yaallah engkau adalah maha pemurah lagi maha penyayang. Hamba pasrah kepada-Mu Yaallah. Izinkan hamba untuk membahagiakan kedua orang tua hamba dan keluarga hamba"
"Bolehkan hamba mengatakan ini? Yaallah jika memang dia jodoh hamba maka dekatkanlah. Tapi jika memang Engkau telah mempunyai kehendak lain untuk hamba, maka hamba akan ikhlas menerimanya Yaallah. Hamba percaya Engkau maha adil. Aamiim"
---------------------------------------------------
Ting~~
Dengan malas aku membuka mata perlahan. Untuk melihat apa yang mengganggu tidur nyenyakku.
11 pesan diterima sungguh membuat rahangku mengeras. Bagaimana tidak? Gilak ini masih jam 5 subuh tapi satu manusia tiang sudah membuat darah ku mendidih.
Dafa AbiP
"Ana"
"Ana!!"
"Woyy"
"Bangun elah"
"Anak gadis jam segini masih molor aja"
"Ana Sheilla Ardiansyah putri tidur"
"-_- gilak ni cewek kebo juga"
"Bangun atau aku masuk kerumah kamu sekarang?!"
"Ana! Astaga naga setia amat ama bantal guling"
"Ana bangun!! Aku di depan rumah kamu ini"
"Aku di depan pagar rumah kamu. Gk mau bangun juga? Aku ketuk pintu rumah kamu."
"Oke kamu maksa aku ya na"Ana Ardiansyah
"Berani??! Tunggu disitu. Awas macem macem timpuk pake batu bata depan rumah. Diem gak usah gerak kalau bisa gk usah napas sekalian"Dafa AbiP
"Galak amat neng. Kalau gk napas mati ntar elah"Ana Ardiansyah
"Ngurus. Diem!!"Dafa AbiP
"Siap 45"Aku menghembuskan nafas kasar. Bisa mati aku kalau orang tua liat si Dafa. Lagian mau apa sih subuh subuh dateng kerumah? Mau subuhan bareng?
Aku berjalan dengan cepat. Pelan pelan memutar kunci dan membuka pintu. Begitu pun dengan membuka pagar. Jadi berasa kek maling kan.
Dafa terlihat sedang bersandar di motor kesayangan nya. Dia bilang sih motornya nama nya jalu. Iya jalu. Jalu ayam kampung.
Dia memakai hoodie putih celana training hitam dan sepatu kets berwarna serupa dengan atasan. Aku menatapnya tak percaya. Lah ni bocah jam segini subuh kerumah pake baju ginian mau ngapain sih?
"Kamu gk salah tujuan kan ya Daf?"
Dafa tersenyum "enggak. Ini bener rumahnya Ana sheilla Ardiansyah kan ya neng?"
Aku berdecak kesal. "Mau ngapain sih?"
"Mau ngajak jogging kamu lah" kata Dafa sambil menaikkan turunkan alisnya.
"Hah?? Gk gak apaan? Gak!!" Tolakku."Shttt" Dafa membekap mulutku. Mata ku terbelalak dengan sikapnya. "Bisa pelan gk sih kalau ngomong? Entar orang tua kamu bangun. Mampus kamu" lanjutnya.
Aku menggigit tangannya. Dafa meringis kesakitan.
"Lebih baik pulang deh Daf. Aku mau tidur ngantuk tau nggak?"Aku memutar tubuhku dan mulai melangkah. Namun langkahku terhenti ketika mendengar kata Dafa.
"Aku mau bicara serius sama kamu na"
Aku berputar. Dafa tidak bercanda kali ini. Nada bicara nya serius dan tatapan matanya menajam.
"Mau bicara apa sih? Yaudah bicara"
"Gk bisa disini. Kamu bisa kan pergi saat ini juga? Kita jogging sekalian"Aku menatapnya heran.
"Pliss kali ini aja Na" matanya penuh dengan permohonan.Aku menghembuskan nafas ku pelan. "Ya udah ayok"
"Ganti baju dulu. Yakin kamu gk malu sama baju kamu? Jogging mau pake piyama tidur? Hmmm? Kalau gk malu sih ayo" kata Dafa sambil mengambil helmnya.
Aku melihat pakaian ku. Benar. Aku akan menggantinya.
"Yaudah tunggu dulu. Aku mau ganti. Awas jangan macem macem" kata nya sambil mengepalkan tangan kearah wajahnya.
"Iya dah iya. Oh iya jangan lupa cuci muka sekalian. Mata masih ada beleknya itu"
Mampus. Dengan cepat aku berputar sambil menutup wajahku. Gilak malu banget. Anak cewek dikatain belekan ama cowok siapa yang gak malu coba?
Dan Dafa? Dia tertawa diatas penderitaan ku. Tragis memang.
"Daf" aku menepuk pundaknya.
"Udah?" Aku menggangguk. "Nah gini kan nice"
Aku memutar bola mataku malas.
Akhirnya aku dan Dafa pergi. Kita pergi ke alun alun Kota.Sekitar 30 menit kita sampai. Saat pagi begini alun alun akan ramai pengunjung. Mulai dari keluarga besar yang mau olahraga bersama, keluarga kecil yang mau bersepeda, dan juga para muda mudi yang sedang apel pagi.
Aku memakai jaket merah celana putih dan sepatu putih. Orang orang yang melihat ku seperti melihat bendera yang lagi jalan jalan di alun alun. But, aku tidak perduli. Aku nyaman dengan pakaianku.
"Ana. Kita beli minum dulu yuk"
Aku melihat kearahnya. Lalu menggangguk.
"Berapa pak?"
"7000 mas"
"Ini pak kembaliannya buat bapak aja"
"Makasih mas""Nih" Dafa menyodorkan minuman yang telah berkurang setengah. Aku mengambilnya.
"Setengah?" Tanya ku heran.
"Hmm"
"Bekas kamu??" Tanya ku.
"Bukan. Bekas shawn Mendes"Aku menatap nya tak percaya.
"Udah sih minum aja. Daripada kamu dehidrasi. Udah jangan malu malu gitu Na" katanya lalu tersenyum.
"Pelit" kataku sambil membuka minumannya.
Terpaksa aku meminumnya. Aku gk bisa nahan yang namanya haus.Dafa menepuk pelan kepalaku. Lalu duduk disebelah ku.
"Ana"
"Hmm"
"Aku mau nanya. Jawab jujur ya"
"Iya insyaallah kalau inget"
Dafa melirik ku tajam. Aku hanya nyegir kuda.
"Kamu.........
Suka sama Noval?"
Degg.
Aku menengok kearahnya.
"Aku tau Na kamu suka sama Noval. Udah jangan ditutupin lagi"
########################
Hay semua ini bukan cerita rohani kok 😂 beda ya?
Sengaja sih aku buat beda. Lama ya aku gk up? Wkwk maaf maaf.Oh ya
Jangan lupa vote dan komen sebelahan kok.
Maaf atas typo yang bertebaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DALAM DIAM
Teen FictionIni adalah kisah ku. Kisah cinta dalam diam ku. Diacuhkan? Sudah biasa untukku. Menunggu? Itu sudah menjadi kebiasaanku. Dia Nama yang kusebut dalam doa malamku. Dia. Yang tak pernah mengganggapku. Terlambat. Ya hanya kata itu yang bisa terucap ol...