14

107 6 22
                                    

Malam ini kita sedang berkumpul dirumah Renata. Sekali kali kemah bareng. Gitu sih kata Airin. Hitung hitung ini adalah terakhir kali nya kita bersama sebelum besok acara kelulusan. Ya besok adalah wisuda kelulusan. Besok kita akan lulus dari SMA NUSANTARA. Dan lusa kita akan menjadi mahasiswa. Dan ini adalah yang terakhir untuk kita. Berkumpul bersama sebelum kita terpisah satu sama lain. Melanjutkan kehidupan masing masing. Aku, Riska, Renata, dan Airin kita akan melanjutkan ke Universitas yang berbeda. Dan sekarang kita memutuskan mengadakan kemah di rumah Renata.

Saat perkemahan biasanya diadakan di ruangan terbuka seperti hutan atau lapangan lain hal nya dengan kita, kita mengadakannya di ruangan tertutup di dalam kamar Renata.

Pasti kalian pada tau lah ya gimana jadinya kalau cewek cewek digabungin jadi satu. Tau lah gimana cerewet nya cewek kalau udah ketemu temen temennya. Mulut rasa nya gk bisa buat berhenti ngomong. Nyerocos terus kek kereta api gak ada rem nya. Bisa bisa rumah Renata runtuh ni kalau ada kita.

"Eh eh itu lipstik punya aku bukan sih?" Tanya ku pada Airin yang sedang make lipstik berwarna pink.

Airin hanya nyegir kuda "pinjem wkwk"

"Eh sisir mana sisir" Riska kembali heboh mondar mandir dengan catokan yang masih nempel di rambutnya.

"Eh awas kebakar bege" kata Renata sambil mengipas ngipas rambut Riska yang masih tertempel catokan.

"Ngapain sih? Belum aku colokin Ta" jawab Riska sambil menunjukan kabel yang belum ter tancap di stop kontak. Setelah nya Riska tertawa keras karena perlakuan konyol Renata.

"Eh masker aku retak. Gimana ini?" Kata ku kebingungan saat melihat masker yang aku pake retak hati Renata saat ini.

"Weh ada tikus item!!" jerit Airin sambil berdiri menaiki kursi. Sontak kita semua berhamburan seperti cacing kepanasan. Aku yang mulai mencari sapu. Renata yang sudah naik ke meja. Riska yang sedang berlari mencari guling. Dan jangan lupakan Airin yang menutup wajah nya dengan tangan karna ketakutan tanpa peduli lipstik telah menggambar wajah nya.

"Mati kau mati kau. Tikus kurang ajar" usir ku sambil memukul mukul kan sapu kearah tikus hitam itu.

"Tikus dari mana kamu. Main nyelonong masuk aja tanpa permisi dulu. Mau ngintipin kita iya?" Imbuh Riska yang juga memukul mukul kan gulingnya. Aku dan Riska terus memukul tikus itu dengan alat kita masing masing.

Tak tahan kita usik akhirnya tikus hitam itu keluar dari kamar menuju dapur.

Kita bernapas lega. Tapi tidak dengan Airin dia masih setia berdiri di atas kursi sambil menutup wajahnya.

"Rin udah turun. Tikusnya udah pergi woy. Cengeng amat sih" Airin perlahan membuka tangannya dari wajahnya.

"Hahahahaha" gelak tawa menghiasi ruangan. Bagaimana tidak? Wajah Airin sekarang sudah seperti lukisan tak jadi. Wajahnya tercoret coret lipstik yang ada di tangannya.

"Lucu banget sih muka kamu rin wkwk" tawa Renata sambil guling guling di kasur.

"Ketawa aja terus. Sampe mules. Terus" Airin dengan nada marah nya berjalan menuju ranjang lalu duduk di pinggirnya.

"Aahh Airin tinggi jangan marah dong. Kita cuman bercanda" ucap ku sambil memeluk Airin. Lalu menggoyang goyangkannya.

"Kecekek An. Kecekek. Gak bisa napas" kata Airin yang mulai tersiksa karna pelukanku. Akhirnya aku melepas pelukanku. Kita tertawa bersama. Ruangan ini seperti pasar malam sekarang.

10 detik.

Setelah nya sepi. Hening. Semua terdiam. Entah kenapa aku merasa ada yang tidak beres disini. Airin berjalan mendekatiku.

"Ana kita punya salah apa sama kamu?" Aku menatap Airin bingung.

"Sampai kamu gak pernah sekalipun bicara sama kita kalau kamu selama ini punya rasa sama Noval" mata ku terbelalak. Mereka mengetahui nya. Dari siapa.

"Ana kamu tau kan sepintar pintar nya orang menyembunyikan bangkai tetap saja akan tercium baunya" imbuh Riska.

"Kamu anggap kita apa an?" Tanya Renata. Tatapan kecewa jelas terpancar dari sorotan matanya.

"Aku..."

"Apa? Aku apa An? Aku pikir kita sahabat An. Aku pikir kamu menganggap kita sahabat bahkan lebih dari itu. Tapi apa? Ternyata aku salah An. Kita bukan siapa siapa dimata kamu"

"Bukan gitu Ta...

"Lalu apa? Kamu anggap kita apa?!" Bentak Renata padaku. Aku mulai menitihkan air mata. Renata perempuan yang lembut dan pendiam dia membentak ku sekarang.

"Maaf"

"Sejak kapan?" Aku mendongak. Menatap Airin yang sejak tadi berdiri di depan ku.

"Kelas 10" jawab ku lemah.

"3 tahun? Dan selama itu kamu gak cerita apapun sama kita? Yaallah Ana kita itu sahabat kamu. Kita akan dengerin semuanya. Kita akan selalu disamping kamu. Segitu gk percaya nya kamu sama kita An?"

Aku menggeleng. "Gak ta. Gak gitu"

"Terus gimana An? Gimana? Bilang sama kita"

"Renata!! Udah. Kamu keterlaluan"

"Kamu lebih belain dia daripada aku Ris? Dia salah Ris. Dia gak pernah nganggep kita!"

"Renata nggak gitu. Kalian sahabat aku. Saudara aku. Kamu salah kalau aku nggak pernah nganggep kalian. Kalian itu sahabat aku dan akan selamanya seperti itu. Bukannya aku nggak percaya sama kalian. Aku percaya kok sama kalian. Kalian yang selalu nemenin aku dalam keadaan apapun. Aku percaya sama kalian. Aku sayang sama kalian" air mata ku sudah meluncur deras. Aku menunduk terisak.
"Maaf udah nggak beritahu kalian tentang ini semua. Bukan karna aku gk percaya sama kalian, tapi karna aku nggak bisa ngasih tau kalian tentang perasaan ku. Aku nggak siap. Aku malu sama perasaanku, aku bukan siapa siapa. Aku nggak pantes mencintai seseorang seperti dia"

"An...."

"Kalian tau gimana rasa nya suka sama orang yang nggak pernah liat kita dikit aja? Sakit. Sakit banget. Gimana sakit nya saat lihat orang yang kita cintai senyum sama orang lain selain kita. Perih. Aku malu sama kalian"

"Ana sstt. Sudah" Airin memelukku dan menenangkan ku. Ia mengelus pundak ku lembut. Aku terisak hebat di pelukannya.

"Ana kita emang nggak tau apa yang kamu rasain. Tapi An, kita di sini disamping kamu. Kita akan mendengarkan mu" Riska melangkah mendekatiku dan Airin. Tak lama setelah itu ia ikut memeluk ku. "Maaf" katanya tulus. Aku menangis di pelukan Airin dan Riska.

Aku mendongak.

"Renata" aku menatap Renata. Ia masih diam tak mau menatap ku. Aku tau dia sangat kecewa padaku.

"Aku minta maaf. Aku tau kamu kecewa sama aku. Aku..."

"Ini untuk terakhir kalinya kamu nyembunyiin sesuatu sama kita" potong Renata. Aku terseyum lalu menggangguk.

"Janji. Aku janji ini terakhir kali nya aku nyembunyiin dari kalian. Maaf"

Senyuman manis tercetak di wajah Renata. Ia melangkah menghampiriku, lalu ikut memelukku. Kita berempat berpelukan erat. Saling menyalurkan kasih sayang satu sama lain. Aku salah. Aku memang egois. Mereka teman teman ku dan akan selamanya begitu. Aku janji ini untuk yang terakhir kalinya aku membuat mereka kecewa.

"Jangan pernah sungkan sama kita An. Kita ini sahabat. Kita akan mendengarkan semua keluh kesahmu" ucap Airin.

Aku mengangguk. Aku sangat bahagia. Sahabat, mereka adalah salah satu sosok peyemangat yang aku sayangi. Bagaimana bisa aku menyia nyiakan mereka Tuhan.

############################

Jadilah pembaca yang baik

Vote dan komen sebelahan kok wkwk

Mohon maaf atas typo yang berterbaran

CINTA DALAM DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang