12. Maafkan dan Terimalah

46 5 0
                                    









Kepompong tampak malang diperaduan
pada sekelenting gantungan tanpa pangkuan
Tetap tersenyum dalam resah
Hingga terbit kepulan serbuk begitu indah
Kupu-kupu begitu menyebutnya.

Lalu bagaimana dengan iGO yang berjuang
Namun patah nahkoda sia-sia
Mati cuma-cuma
Menerawang hidup sakit mati pun pilu
Lalu untuk apa ia tersenyum?
Angin menjawabnya dengan memporak-porandakan pertahanan yang ia miliki
Membawa lari cangkang hangatnya
Hingga tak tersisa, sungguh

Malang.

Tanpa pernah merasakan bebas nikmatnya hirupan udara
Manisnya cairan kepulan embun kian saling terikat di pucuk mawar

Sepertimu
Ku tak tau dirimu hanya sekejap bayang meraba hidupmu
Yang ternyata rindu kehangatan di setiap malam
Rindu kasih di sayang setiap paginya
Memberimu pundak perhatian
Mengharap dekapan barang sekali
Pikirmu.
Merangkul mu saat jerit tangis tak mampu engkau elak
Tetap menanti menenangkan resah dijiwa
Namun...
Kau tau aku pun tau

Beranjak sampai bila pun nihil terkabul.

Bentangan tanganku terbuka memelukmu
Rasakan energi jiwa-jiwa pengobat rindumu
Ku berjanji tak akan melarang mu menangis

Menangis lah...

Jangan tanyakan apakah sama ukiran
Dariku dengan orangtuamu
Setidaknya biar aku asing
Perlahan hadir membawa sandaran
Kelam nan suram yang melingkarimu
bersatu mengoyak
Bersama merajut

Dan

Kau akan mengerti
Kau terlahir taklah sendiri
Walau tanpa belaian kasih ibu
Tanpa aliran energi senyum semangat ayah
Kau tetap pahami
Disisimu bentangan selimut kehangatan
Kan kuadahkan, dan...

Terimalah.










#Khai



AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang