6.Penulis berani membubuh arah

34 5 0
                                    

Sebuah makna terlintas memetik dengan ikhlas
Seiring nama terikat jua
Apa tau mu tentang tinta dan pendampingnya
Kegeloraan menggebu-gebu yang kini telah tumpah di sandaran nya
Jangankan untuk hidup merana
Ingatan pun diabadikan selamanya

Wahai jiwa-jiwa yang kotor lebih debu nan resah
bak asa di liang ujung tepian
Bersemayam lah membentuk secuil kata
Meminta perwakilan pangkuan-pangkuan padamu

Seraya putih sucimu dicemar dengan keindahan
Menjadi kejaran peng-haus alam sajak
Musuh-musuh bukan keinginan ku
Hinggapan debu bukanlah dalang ku menelantarkanmu

Sungguh...

Percayalah dengan hujatan
Yakinlah keajaiban keluh dan mengalah
Jujurlah pilu dalam kalbu
Mencelah-celah menutupi tiap kekurangan yang hinggap
Bak tubuhmu mengaung dicangkang berat dan besar
Diberi terpaan ombak hingga memabukkan
Menghempasnya kian kesana kemari
Tak puas sebatas itu pasir kerap tak mau bersahabat

Akankah lidahmu bergerilya meminta kebebasan?
Apakah bibirmu menjerit peruntukan lepas?

Katakan!

Jika ya, jangan mencari kebodohan, mundurlah.
Dan jika tidak, aku bersaksi di selimut kesederhanaan dan berteriak

"Lanjutkan Perjuangan..!!"

Ada kalanya kau memperoleh mutiara
Bila asa terpaut panjang tanpa pernah terlintas mengalah
Ada pula kau memperoleh binasa
Bila nafasmu tak kau genggam dalam mimpi
Perolehlah bau dari busukmu

Maka, raih mimpi pada bubuhan tinta hitam melesat cepat terus mengarung arah pada
kertas kesucian..

#Khai

AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang