MONOLOG HATI

63 1 0
                                    

Sesak mulai merambat pelan dari dada lalu mulai mencekik leherku perlahan.

Aku mulai tak mengenal diriku sendiri
Tersesat teramat jauh dalam buaian cinta dan kata sayang.

Perlahan akal ku mati, desakkan dari dalam dada kian hari kian sakit
Prinsip bukan pilahan sirnah sudah, hanya tersisah pengharapan untuk belas kasih.

Lalu dimana kau berdiri?
Tetap berada diantara dua pilihan, tetap berdiri dan takut menentukan pilihan, kau sungguh egois menjadikan ku sebagai bayangan semu yang tak berarti, tidak aku akan menepis itu semua sejauh yang ku bisa.
Sejauh harapan dan do'a yang ku yakini.

Jika cinta ku padamu tak sanggup untuk menyingkirkan nya lalu dengan topeng seperti apa lagi yang harus ku pakai untuk mengemis simpati mu?

Sudah aku tak ingin aku tak sudih menjadi pengemis, harga diri ku tetap ku junjung tinggi sebagai lelaki aku tak akan bertahan pada kondisi yang tak mengutungkan ku.

Tidak aku tak sanggup harga diriku telah lama kubuang jauh oleh iming-iming cinta yang kau tanam dalam hatiku.

Aaakkkhhhh......
Dialog apa ini yang terus bertempur dikepalaku
Tolong berhenti aku tak sanggup mendengar kalian bertengkar
Aku telah memutuskan dan takkan kusesali apa yang telah kupilih, padanya seluruh hidupku akan ku pertaruhkan, tak perlu berdialektika begitu kejam aku telah memilih dan takkan mengulangnya
Jikalau rasa ku telah berbicara maka tak ada lagi kuasa yang lebih besar darinya.
Jikalau rasa ku telah menentukan dimana iya bermuara disitu pula makam ku akan ku gali. Maka hentikan perdebatan kalian kepala ku sudah tak sanggup menampungnya.

A.D.P

Buah Kasih Dalam Renungan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang