Ratna, malam itu didepan rumah mu kau suguhkan secangkir kopi.
Nikmat aromanya beriring senyuman mu.
Agak gelap malam itu, tapi tawamu cukup mengganti kan rembulan.
Iya bagiku kau rembulan terang dan hangat memancarkan senyum kesemua sudut tanpa memilih.
Namun hari ini ratna kau agak redup.
Cahaya mu nampaknya telah dicuri perlahan, kau tahu itu ratna tapi kau tak punya kuasa untuk melarang atau tak memberi, bukan karena kau terlalu dermawan tapi memang kau tak punya hak untuk melakukan.
Untuk itu ratna aku katakan aku telah lama mencuri cahaya mu, telah lama kusimpan darimu, jika kau marah ratna silahkan tapi sekali lagi kau tak punya hak untuk melarang ku.
Akan ku pakai cahaya itu untuk menerangi setiap langkah, langkah untuk menujumu. Akan ku gunakan cahayamu untuk menerangi jiwaku yang hampir mati nengaharapmu ratna.
Untuk mu ratna tetaplah bersinar diatas keanggunanmu, aku tetap akan menujumu walau jembatan telah kau hancurkan meski rumah telah kau tinggalkan. Tapi kau takkan bisa menyamarkan cahaya mu cahaya yang ku pakai sebagai penuntun jalan kehapanmu RATNA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buah Kasih Dalam Renungan Senja
PuisiSetiap jejak langkah adalah pelajaran, semua kenangan(baik-buruk) akan berguna pada waktunya, untuk itu abadikan-lah dan simpan baik-baik agar mudah ditemukan saat dibutuhkan.