VIEW 9 (EPILOG)

162 13 7
                                    

"SELAMAT ULANG TAHUN SNOW!"

Ramai.

Satu kata yang menggambarkan keadaan di dalam mobil itu.

"Ini kalo kita nyusruk masuk ke jurang, gue nggak tanggung jawab ya!" Snow meninggikan suaranya demi di dengar ketiga temannya.

"Mati berempat dong," Sky malah menanggapinya dengan candaan.

"Kalo gue mati, gue mau gentayangin lo ah. Gara-gara lo nyetir nggak bener gue jadi mati," Cloudy menambahi.

"Bego!" dengan seenak jidat Sky menoyor kepala Cloudy yang duduk di sebelahnya. "Kan kita matinya berempat."

"Bodo amat, gue tetep mau gentayangin Snow," Cloudy memeletkan lidahnya tidak peduli lalu menyandarkan punggungnya di kursi. "Oh iya, kado dari gue nih Snow," lanjutnya kemudian. Merogoh tas punggung miliknya yang ia letakkan di dekat kakinya. Cloudy mengeluarkan sebuah kotak berukuran sedang dari sana.

"Wuidiiiih sampe nyiapin kado. Niat sekali Anda," seru Sky heboh.

Cloudy hendak memberikan pada Snow yang tengah menyetir tapi langsung direbut oleh Sky.

"Apaan nih isinya?" tanyanya sambil menggoyang-goyangkan kotak itu.

"Bra," cengir Cloudy.

"Najis," otomatis Sky langsung melempar balik kotak itu ke arah Cloudy.

"Dari pada lo nggak ngasih apa-apa," sahut Rain dari depan. Ia duduk di kursi penumpang samping Snow. Perempuan itu sibuk melihat GPS setelah heboh mengucapkan selamat ulang tahun pada Snow tadi.

Mereka berempat tengah dalam perjalanan untuk liburan. Setelah berbulan-bulan lamanya dikelilingi oleh tugas kantor yang tiada habisnya, akhirnya Snow dan kawan-kawan nekat untuk mengambil cuti bersama. Itu pun juga dengan penuh perjuangan, karena bos mereka terkenal pelit akan jatah libur pekerjanya.

"Emang lo ngasih?"

"Ngasih," jawab Snow menjawab pertanyaan Sky.

"Berarti gue doang dong," lanjut Sky sambil menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal.

"Tau lo! Jangan bilang lo cuma ngasih doa," dengkus Cloudy.

"Eh doa itu penting tau!" balas Sky tidak mau kalah. "Oh iya, by the way, gimana kabar lo sama Sungjin? Beneran putus?" tanya Sky mengganti topik pembicaraan.

Rain yang merasa ditanyai mengangkat bahu tidak peduli. "Nggak tau."

"Udahlah putusin aja, sibuk kerja mulu sampe lo dianggurin terus. Mending pepet tuh si bule tiang," sambar Cloudy. "Jaehyung nggak kalah ganteng kok. Mana dia lebih tinggi, jago bahasa Inggris pula. Mungkin ngobrolnya bakal lebih nyambung sama lo, sama kita-kita."

"Bener bener!" seru Sky. "Ya lo taulah, kita berempat udah 3 tahun di Korea tapi masih aja kesulitan bahasa. Bisa jadi kalo lo jadian sama Jae, bisa menbantu kita-kita juga."

"Fasih sih fasih, tapi dia juga masih belepotan bahasa Korea tau," sahut Rain yang benar-benar kurang tertarik sama obrolan kedua temannya. "Terlalu lama di LA sampe lupa bahasa ibu sendiri."

"Ya kan kita butuhnya yang sama-sama bisa bahasa Inggris Rain," ujar Cloudy mencebik.

"Tapi kalo sama-sama nggak lancar bahasa Korea, itu artinya Jae juga nggak bisa bantu kehidupan kita di sini Cloudy," balas Rain.

"Eh tapi kalau dilihat dari kadar kegantengan, Sungjin nggak kalah ganteng kok. Dia juga baik, pemikirannya dewasa," gumam Sky.

"Ambil Sky, ambil," sahut Cloudy yang mendengar.

SHINee STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang