"Kalian tuh ya kalo disuruh bawa apa-apa pake niat! Saya nyuruh bawa alat yang bisa ngeluarin bunyi bukan bawanya gelas doang, sendok doang, emang bisa ngeluarin bunyi? Kalo nggak ada temennya, mau sampe kiamat juga nggak bakalan bunyi!"
"Haduhhhhh! Hani! Ini adek kelas lo begimana sihh?! Sebenernya kalian masuk sastra tuh niat nggak?!"
"Pusing gue!"
"Perasaan jaman gue kuliah, kalo disuruh bawa alat-alat ada niatnya. Ada yang bawa galon, bambu-bambu potong, gitar, apalah yang niat. Lah ini? Tutup gelas, sumpit, apaan tuh?!"
"Gue nggak mau tau ye, minggu depan gue mau liat semuanya bawa alat-alat yang bisa ngeluarin bunyi! Pake niat! Jangan bawa barang yang menurut lo muat dalem tas! Kalo sampe ada yang nggak bawa, liat aja nilai ujian lo semua nggak ada yang gue lulusin."
**
Aduh pusing kepala Taemin. Suara dosen kelas akting dasarnya terus terngiang-ngiang di kepala, bahkan sudah lebih dua hari ia bertemu dengan pengajar mematikan itu suaranya masih menancap di otaknya.
Baru di semester ini Taemin mendapat mata kuliah Basic Acting and Stage Production. Ia tidak menyangka bahwa jurusan Sastra Inggris mendapat kelas akting. Yang Taemin pikir saat memilih untuk masuk ke jurusan ini hanyalah ia akan belajar mengenai bahasa Inggris yang bersangkutan dengan sastra, seperti novel dan puisi. Taemin lupa kalau drama juga termasuk dalam karya sastra.
"Bengong mulu Taem." Seseorang membuyarkan pikiran Taemin. Ia mengerjap, lalu menyadari Minho telah duduk di sebelahnya, ikut menonton TV. "Gue baru tau lo demen sinetron azab."
Ucapan Minho membuat Taemin menoleh ke depan, tempat satu-satunya televisi di kosan ini.
"Eh? Kok jadi ini? Perasaan yang gue tonton tadi berita," bingungnya.
"Bengong sih," kekeh Minho. "Emang ada apaan sih? Kok kayaknya nyawa lo ilang-ilangan mulu dari kemaren?"
"Stres dia gara-gara kelas akting," belum Taemin menjawab sudah keburu dipotong oleh Jonghyun yang baru saja muncul dari arah dapur. "Dosennya galak."
"Yaelah gara-gara dosen galak," tawa Minho meledek.
"Lo nggak tau sih Bang, segalak apa dia," dengkus Taemin kesal. "Dia tuh ya..."
Dan Taemin pun menjelaskan panjang lebar penyebab suramnya hati dia selama dua hari belakangan ini. Segala keluh kesah ketika ia berada di kelas akting dan menghadapai Kim Heechul, dosen akting dasarnya.
"Nggak pernah puas, Bang. Udah ngikutin nih maunya apa, tetep aja salah di mata dia."
"Ya tinggal lo balikin aja, Taem. Bilang, 'pak sebenernya maunya apa sih?' gitu! Kalo lo ngerasa bener tapi dia banyak maunya, lo bilang. Jangan diem aja. Ya dia juga nggak bakalan ngerti dan bakalan begitu terus sampe mau UAS nanti."
Mendengar masukkan Minho hanya membuat Taemin menghela napas keras. Semua orang yang mendengar curahan hatinya tentang kelas akting memberi saran yang hampir sama.
"Lawan dosennya. Jangan mau ditindas!"
Mereka hanya bisa ngomong. Tidak tahu bagaimana rasanya saat menghadapi beliau secara langsung. Seperti puluhan orang bersenjata api mengitarimu yang siap menembakmu secara bersama-sama.
Itu rasanya jika kamu berhadapan dengan Kim Heechul si pengajar kelas akting. Dia selalu siap mematahkan usahamu, yang menurutmu akan memuaskannya, dengan tembakan kalimat pedas nan keras hingga memenuhi seluruh ruangan teater.
Tiap jam mata kuliah itu akan dimulai, Taemin dan teman-temannya selalu merasakan jantung mereka merosot hingga mata kaki. Berbagai keluhan dari teman-temannya selalu menyertai, entah itu pusing, mual, hingga sakit perut ketika mereka akan memasuki ruang teater, tempat pelajaran itu berlangsung.

KAMU SEDANG MEMBACA
SHINee STORIES
FanfictionKumpulan cerita SHINee "Out Of Character", dengan genre comedy garing yang gak mungkin bisa bikin kamu tertawa sampai nangis Jinki as babeh Kibum as enyak Jonghyun as putra sulung yang ternistakan Minho as anak ke 2 yang kadang terlupakan Taemin as...