Gadis itu menghela nafas, ada rasa takut yang cukup besar menyerangnya tiba-tiba
menundukkan kepalanya, dia mengusap kasar air matanya yang entah kapan sudah berada di sudut matanya
Perasaannya campur aduk, antara senang dan sedih, marah dan menyesal
Senang karena dia akhirnya bisa bertemu dengan Eommanya setelah lama dia memilih membatasi dirinya dengan wanita yang telah melahirkannya itu
Sedih karena kecewa pada takdir yang membiarkan ibunya itu mendekam di dalam bangunan besar di hadapannya setelah bertahun-tahun
"Eomma" gumamnya terus menangis sesegukan "hiks.. eomma maafkan aku" lanjutnya terbata-bata
Jisoo yang berada tak jauh dari Jennie, memandang sahabatnya itu dengan mata yang berkaca-kaca,
Hatinya turut sakit mendengar bagaimana gadis itu menyebut Eommanya di sela tangisnya"Jennie" itu suara Jung Hoseok yang melihat adiknya dengan raut prihatin seraya merangkul gadis itu bermaksud menguatkan "Kau sudah janji padaku untuk tak menangis, kau boleh menangis setelah bertemu dengannya" lanjutnya disertai peringatan
Gadis itu mengangkat kepalanya menatap oppanya seraya mengambil tangan laki-laki itu dari bahunya untuk dia genggam
"Maaf oppa" ucapnya rendah lalu mengajak Hoseok dan Jisoo untuk masuk ke dalam bangunan besar itu
"Selamat sore Tuan Jung, lama tidak melihatmu" sapa seorang wanita dewasa dengan setelan perawatnya setelah ketiganya sudah sampai di depan sebuah pintu besi dengan jendela kaca yang besar di samping kanannya
Hoseok tersenyum ramah menyapa balik perawat yang sudah sangat mengenalnya itu
"Senang melihatmu Yuri Noona" ucapnya singkat lalu membiarkan kedua matanya mencari sosok yang harusnya menghuni tempat itu, kosong, tak ada siapapun di balik kaca besar itu
"Dimana eomma?"
"Dia sedang bersantai di taman menunggu kalian datang"
"Menunggu kami?" Tanya Jennie bingung
Yuri tersenyum menatap ketiganya yang terlihat sangat bingung atas ucapannya
"Ya dia sangat merindukan kalian, aku sudah memberitahunya kemarin jika kedua anaknya akan datang menemuinya"
"Oppa! Ayo!" Ajak Jennie tak sabar setelah mendengar penjelasan perawat itu
"Ah iya, terima kasih noona" pamit Hoseok
"Aku juga ikut berterimakasih, Unnie" ucap Jisoo tulus membiarkan dirinya tertinggal oleh dua bersaudara itu
"Sama-sama"balas Yuri tak kalah tulusnya "kau juga keluarga Ny. Jung?" Tanyanya penasaran yang di balas Jisoo dengan senyuman
"Ya, mereka menganggapku begitu" ujarnya yang langsung dimengerti wanita cantik itu
"kau tahu? Kau sangat beruntung dipertemukan dengan mereka" Yuri mengutarakan pemikirannya yang disetujui oleh gadis mungil itu
"Ya, aku sangat beruntung, mereka sangat berharga" gumam Jisoo pelan masih dengan senyuman
*****
"Eomma!!"
Jisoo yang setengah berlari memanggil eomma dari sahabatnya, terkejut menemukan situasi yang di luar ekspetasinya
Jennie, gadis yang dia pikir akan tersenyum senang hari ini di rangkulan ibunya malah terlihat berdiri tertunduk dengan bahu yang bergetar dan Jisoo meyakini jika gadis itu sedang menangis sedang Hoseok, entah laki-laki itu kemana sekarang, wujudnya justru tak terlihat di saat seperti ini
"Memang kau siapa selain anak bajingan itu?! Lihat wajahmu! Sangat mirip dengan si manusia iblis itu!" Maki wanita yang sangat ingin Jennie temui itu padanya, anak kandungnya
"Eomma hiks--- eomma"gumam Jennie sesegukan di sela isakannya membuat Ny. Jung semakin naik pitam
"BERHENTI MEMANGGILKU!! KAU BUKAN ANAKKU!! KAU MAU KUPUKUL HAH?! KAU MAU AKU MEROBEK KEPALAMU?! KAU IB---"
"NY. JUNG!!!!" Jisoo yang sedari tadi berusaha mencerna kejadian yang terlalu mengejutkannya itu berteriak tak kalah kerasnya di balik punggung bergetar Jennie memotong ucapan ibu dari sahabatnya itu
"Hentikan, kumohon hiks-- hentikan Eomma hiks ---- kau sangat melukainya" lanjutnya dengan nafas yang naik turun
"Jisoo? Kaukah itu sayang?"
Jennie terkejut di sela tangisnya setelah mendengar ibunya berucap sangat lembut pada sahabatnya selayaknya ibu yang merindukan anak gadisnya
"Aigoo, anakku janganlah menangis, sini kemarilah, maafkan eomma mu ini" ucap Jung Heeji seraya berdiri dari duduknya merentangkan tangannya bermaksud memeluk gadis di belakang Jennie
Pandangan Jennie terpaku pada pemandangan itu
Matanya mengabur, air matanya kembali menggenang membentuk tangis pilu yang membuat perawat-perawat yang sedari tadi menyaksikan drama memilukan itu iba padanya
Gadis itu memukul dadanya keras, ini sangat menyesakkan dan dia harus melepas sesak itu walaupun dia akan merasakan perih setelah memukul dirinya sendiri
Jikapun Jennie belum merasakan sakitnya patah hati karena seorang lelaki yang dicintainya, percayalah patah hati seperti ini lebih menyesakkan
"Eomma" panggilnya sekali lagi sembari berharap ibunya itu tak akan berbicara kasar lagi padanya
Heeji menatap Jennie tajam
"Kau, pergilah dan jangan pernah menemuiku lagi"
Jennie tersenyum kecut, setidaknya harapan kecilnya terwujud, ibunya berbicara tanpa makian lagi padanya, malah terkesan halus, saking halusnya mampu menumbuhkan niatnya ingin melompat dari lantai teratas bangunan ini saja
Gadis itu akhirnya melangkahkan kakinya menjauh dari eksistensi ibu dan sahabatnya yang masih terlihat bingung harus bereaksi seperti apa
Menundukkan kepalanya, Jennie berusaha menguatkan kedua tungkainya untuk terus berjalan menjauh sesuai keinginan wanita yang paling disayanginya itu
Dia berniat berlari dari tempat sesak itu karena banyak pasang mata yang memandangnya iba sebelum akhirnya niatnya terhenti karena Hoseok tiba-tiba datang merangkulnya bermaksud menuntunnya ke pintu keluar
"Maafkan Oppamu ini, sweetheart, maaf karena meninggalkanmu tadi. Berhentilah menangis, kau sudah banyak mengeluarkan air matamu hari ini" bisik Hoseok mengeratkan rangkulannya
Hai readers 😁
Jgn lupa vote+comment nya ya 💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I ? /KSJ X KJN
Fanfictionkarena "sering" tidak selalu membuat kita "terbiasa" seperti luka, seberapa seringpun kita tidak akan pernah terbiasa karena luka akan terus berdarah bahkan jika dia terluka lagi di bekas yang sudah kering, dia akan tetap berdarah lagi dan itu akan...