Di dalam sebuah ruangan yang temaram, nampak seorang gadis meringkuk di balik selimutnya. Hawa dingin tak membuat air matanya yang sedari tadi mengalir membeku
Jennie, gadis itu seakan tak memiliki kegiatan lain selain menangisi betapa mirisnya takdir yang sekarang dia jalani. Dia terlalu rapuh untuk merasakan kebencian dari wanita yang telah melahirkannya itu. Dia tak tahu harus melakukan apa lagi agar takdir yang seperti ini menjauh darinya. Ini begitu menyakitinya. Ibu kandungnya seakan mencoba membunuh anak gadisnya dengan perlahan. Akan tetapi, kenyataanya memanglah begitu, bukankah kemarin wanita itu mengancam ingin merobek kepalanya?
Jennie akui memang dia adalah gadis dengan predikat buruk di mata semua orang yang tak mengenal baik dirinya tapi sungguh, dia sangat menyayangi ibunya, sangat. Selama ini dia merasa tak pernah berbuat kesalahan apapun pada orang tuanya, lalu kenapa?
Setelah berjam-jam dirinya meringkuk menyedihkan di balik selimut tebalnya, Jennie memilih menyingkap kain berbusa lembut itu lalu bangun dan berdiri untuk pergi ke dapur
Raga dan jiwanya sangat lelah karena terlalu lama menangis dan berteriak tak jelas jadi dia butuh asupan untuk mengisi energinya agar dia bisa kembali pada aktivitasnya itu, sesungguhnya Jennie belum puas melampiaskan semuanya pada udara kosong yang seharian menemani dirinya
Membuka pintu kamar yang sudah lama terkunci, dia menemukan sesuatu yang dibutuhkannya saat ini di atas ubin lantai tepat di hadapan kakinya
"Hampir saja" gumamnya lega karena sedikit saja dia mengambil langkah, maka salah satu telapak kakinya akan mendarat mulus di nampan berisi roti dan susu kemasan itu
Selanjutnya, tanpa berpikir untuk membawa masuk nampan tersebut. Dia memilih mendaratkan bokongnya tepat di ambang pintu, menyilangkan kedua kakinya, dia meletakkan nampan itu ke atas pahanya. Membuka tutup susu kemasan terlebih dahulu dan diapun memulai santap sorenya dengan lahap
"YYAK Hoseok oppa memang yang terbaik" ujarnya setengah berteriak dengan mulut penuh roti yang dia yakini adalah pemberian Hoseok
Hoseok yang merasa terpanggil dari dalam kamarnya, keluar dengan segera dari ruangan itu dan menemukan adiknya yang dari kemarin mengurung dirinya dalam kamar memakan semua santapan yang dia sediakan dengan begitu lahapnya
Hatinya menghangat, tentu saja. Kekhawatirannya sedikit hilang karena melihat gadisnya itu mulai mengisi kembali perutnya setelah lama dibiarkan kosong
"Oppa!!!" Pemuda itu tersentak dari lamunann tentang adiknya karena Jennie yang tiba-tiba menyerukan panggilannya dengan keras, mungkin cukup memekakan telinga orang yang berada di sekitar daerahnya
"Astaga, kau membuatku terkejut" Hoseok mengelus dadanya sebagai respon lalu menghampiri Jennie dengan nampan kosong di pahanya "Kau sudah selesai?" Tanyanya setelah mengambil alih nampan itu lalu memerintahkan adiknya meminum susunya yang masih tersisa
Jennie yang sedang melaksanakan perintah oppanya itu menggeleng untuk membalas pertanyaan Hoseok yang dibalas helaan nafas singkat pemuda itu. Gadis ini akan makan banyak sampai kantuk kembali menyerangnya
"Oppa, aku ingin ramen" pinta Jennie setelah menghabisi minumannya lalu memberikan kemasan kosong itu pada oppanya yang di respon anggukan kecil Hoseok
"Baiklah, ikut aku ke ruang makan. Jangan coba-coba kau kembali ke kamarmu sampai aku yang memerintahkanmu" Peringat lelaki itu yang langsung disetujui Jennie
Mungkin ini sudah waktunya dia berhenti mengurung diri lagi, pikir gadis itu membuang nafas kasar dan membiarkan senyum kecil menghiasi wajahnya
Oppanya akan masak banyak makanan malam ini dan itu karena perintahnya
*****
Di lain tempat, tepatnya di sebuah kafe. Jisoo nampak memakai pakaian serupa layaknya seorang pekerja di sana, bedanya dia memakai celemek dan topi koki yang biasa digunakan oleh tukang masak
Dia sebenarnya tak enak badan hari ini karena hampir dua hari ini dia hanya mengisi perutnya beberapa suap makanan yang hoseok sediakan padanya saja di tambah lagi tubuhnya yang memang gampang lelah, dia bahkan tak lagi meminum pil penambah darah dari seorang yang merupakan dokter pribadi keluarga Jennie
Jisoo saat ini hanya lebih mementingkan kondisi sahabatnya, bagaimana Jennie, sekarang? Apa gadis nakal itu sudah keluar kamar dan memakan semuanya?
Tapi, seakan ingin menjawab pertanyaan di benaknya. Ponsel pintarnya berdering dan nama flower oppa terpampang di layar itu. Dengan segera, dia menekan bagian bulat berwarna hijau untuk menerima panggilan tersebut
"Ya, ini aku"
"..."
"Benarkah? Baiklah, aku akan ke sana setelah bekerja"
"..."
"Tak usah repot-repot, aku akan ke rumah kalian sendiri"
"..."
"Ya baiklah, kau memang tak akan mau mendengarku"
Panggilan terhenti, Jisoo menatap ponselnya sebentar lalu menaruh benda persegi panjang tersebut ke dalam saku celemeknya
Akhirnya setelah berjam-jam, nyawanya yang sempat hilang kembali merasuki dirinya hanya karena panggilan singkat tadi
"Hai Jisoo, senang bertemu denganmu di sini" gadis yang disapa itu hanya mengalihkan tatapannya pada teman kerjanya sesaat, sebelum akhirnya dia kembali melanjutkan kegiatan mengaduk adonan dengan kedua tangannya
Seokjin yang sudah lengkap dengan pakaian kokinya itu merasa terabaikan, tak biasanya Jisoo seperti ini padanya. Dia sebenarnya ingin bertanya pada perempuan itu tentang kenapa dia dan Jennie yang tak bersekolah hari ini namun diurungkannya karena melihat gadis itu seperti enggan berbicara padanya
tapi tunggu,
Wajah gadis itu memucat, apa Jisoo sakit? Laki-laki itu ingin bertanya tapi diurungkannya lagi karena takut gadis itu terganggu dengan dirinya yang terlalu mencampuri urusannya apalagi setelah melihat bagaimana gadis mungil itu mengabaikannya tadi, dia semakin mengurungkan niatnya itu dan memilih mengurus perkerjaannya
"JIN OPPA!" Tiba-tiba tanpa terduga, Jisoo menyerukan namanya dengan kencang hingga membuatnya terkejut setengah mati, hampir saja dia menjatuhkan gelas-gelas yang sedang dia bawa sekarang
"Astaga, kau ingin membunuhku ya?!" Serunya balik tak kalah keras yang hanya membuat Jisoo tertawa kecil karena wajah terkejut pemuda yang selalu menyebut dirinya tampan itu
"Apa Ny. Kim datang hari ini?" Tanyanya kala melihat Jin sudah memindahkan gelas-gelas tersebut ke meja khusus pembuatan Kopi
Pemuda itu menggeleng pelan sebagai jawaban "Kurasa tidak, Namjoon bilang dia yang akan mengawasi kita semua hari ini jadi mungkin saja ibunya sedang berhalangan datang " lanjutnya yang mampu membuat wajah yang sedari tadi nampak pucat dan lesu gadis di hadapannya jadi bersemu dan terlihat antusias
"Aigoo benarkah !?" Seru Jisoo lagi menatap Seokjin yang hanya berdecak melihat tingkahnya
"Kenapa kau suka sekali berteriak?"
Hai readers 😁
Jgn lupa vote+comment nya ya 💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I ? /KSJ X KJN
Fanfictionkarena "sering" tidak selalu membuat kita "terbiasa" seperti luka, seberapa seringpun kita tidak akan pernah terbiasa karena luka akan terus berdarah bahkan jika dia terluka lagi di bekas yang sudah kering, dia akan tetap berdarah lagi dan itu akan...