Sudah seharian ini, gadis itu belum keluar dari kamarnya dan itu sangat cukup untuk membuat Hoseok khawatir
Bagaimana tidak, adiknya itu belum makan apapun dari kemarin dan jangan lupakan suara tangis yang kelewat keras dari dalam kamarnya yang tak hanya menganggu telinganya tapi juga hatinya
"Eomma hiks.. eomma berhenti membenciku"
"Hiks kenapa kau seperti itu padaku?!"
"Aku menyayangimu hiks.. eomma!!"
Seperti itu, dia bermonolog terus hingga dia kelelahan sendiri dan akhirnya berhenti lalu tak lama kemudian kembali melanjutkan rengekannya itu
"Eomma kenapa kau tak bisa bersikap seperti kau bersikap pada Jisoo denganku? aku anakmu hiks"
"Kau sangat melukaiku hiks.. kau membuatku menangis"
"Kau ibu yang jahat"
"Anakmu merindukanmu tapi kau malah hiks.. ingin merobek kepalaku"
Jisoo yang sedari tadi juga turut menangis dalam diam mendengar segala teriakan sahabatnya di ruang tamu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, isakannya bertambah keras, bahunya bergetar hebat
"Mianhae jennie, " gumamnya masih terisak
Melihat Jisoo yang duduk menangis di sebelahnya, Hoseok bertambah frustasi karena dua anak gadis itu sungguh menyiksa batinnya sebagai yang tertua di rumah ini
"Aigoo kau tak usah menangis, kau tak salah apapun dan aku yakin Jennie tahu itu. Dia hanya butuh melampiaskan kekecewaannya sekarang jadi kau tak usah memasukkan dalam hati semua ucapannya" ujarnya mengelus puncak kepala gadis itu bermaksud menenangkan
Jisoo menghentikan tangisnya, menghapus sisa air mata di wajahnya dengan kasar, dia mendongak menatap wajah lelah oppa dari sahabatnya itu
Pagi hari, saat dirinya datang ke rumah ini menggunakan seragam sekolahnya, rumah ini seperti tak berpenghuni, tak ada penerangan sedikitpun baik itu di bagian teras dan alangkah terkejutnya dia saat melihat pagar dan pintu rumah ini tidak terkunci. Jadi, dengan perasaan takut dia masuk ke rumah itu dengan mudah dan bermodalkan cahaya matahari yang masuk dari jendela, dia berhasil menemukan Hoseok yang tertidur di sofa ruang tamu yang sangat berantakan, bukan tipe Hoseok sekali
Dia panik, tentu saja. Pola pikir remajanya mengira jika laki-laki jangkung itu sedang mabuk berat dan mungkin pingsan karena overdosis
Jadi dia segera berlari ke arah Hoseok dan membangunkan laki-laki itu
Aneh, sama sekali tak tercium bau menyengat alkohol di situ
Alih-alih menemukan minuman keras itu, justru yang dia temukan malah sebungkus roti, susu coklat kemasan besar yang belum tersentuh dan juga berapa kemasan camilan yang isinya terburai kemana-mana
Hoseok yang menyadari rumahnya kedatangan seseorang, membuka kedua kelopak matanya lebar-lebar dan terkejut menemukan Jisoo yang terlihat sibuk membersihkan meja di hadapannya
"Kau?" Ucapnya kala itu dan membangunkan dirinya "Kau masuk lewat mana?" Tanyanya penasaran yang dijawab Jisoo dengan santai
"memang di mana lagi aku bisa masuk ke rumahmu jika bukan dari pintu?" Hoseok terkejut yang kedua kalinya mendengar itu
"Jadi, pintuku tak terkunci?" Tanyanya lagi yang di balas anggukan oleh Jisoo yang terlihat masih sibuk dengan acara bersih-bersihnya
"Bagaimana dengan pagarnya?"
"Itu juga"
"Aigoo!!!" Teriak laki-laki itu lalu segera berdiri dan segera berlari ke lantai dua kamar adiknya dan pintunya masih terkunci dari dalam seperti kemarin
Hoseok menghela nafas lega. adiknya aman semalaman di dalam kamar yang dimana dirinya sempat berniat untuk merusak kuncinya saja agar gadis itu tak bisa mengunci dirinya lagi di sini, tidak membatasi dirinya dan kakaknya lagi
Syukurlah, niat yang memang kebiasaannya itu tidak dia lakukan karena dia mengerti, lebih tepatnya berusaha mengerti jika Jennie sudah beranjak dewasa dan anak itu butuh waktu untuk memahami apa yang akan terjadi pada dirinya di masa ini
"Oppa"
Jisoo yang melihat Hoseok yang nampak berantakan, menghampiri laki-laki itu lebih dekat
"Dia belum makan juga?" Tanyanya pelan
Hoseok mengangguk "Sore kemarin, saat kami pulang dari sana, dia sudah menangis dengan kencang ketika masuk ke dalam kamarnya, berulang kali aku mengetuk pintunya sampai aku mengancam akan merusak pintu ini lagi, tapi tetap saja dia terus menangis dan berteriak di dalam sana seakan melampiaskan semuanya pada udara kosong"
"Maafkan aku oppa, ini semua karena aku, Jennie seperti ini karena kehadiranku kemarin, jika saja aku hanya memandang keduanya dari jauh dan tak berlari ke arah Eomma mungkin Jennie tak akan merasa seburuk ini"
"Hei hei tak usah seperti ini, kau tak salah, tidak ada yang salah di sini bahkan Eomma, dia juga tak bersalah, jiwanya hanya sedang tak sehat sekarang, kau tahu sendiri kan, mengapa dia seperti itu pada anak yang dahulu sangat dia sayangi?"
Gadis berseragam sekolah itu mengangguk pelan, tentu saja dia tahu, dirinya sudah sangat mengenal keluarga ini. Bagi keluarga Jung, sahabat Jennie yang bermarga kim itu bukanlah orang asing yang tak perlu tahu semua rahasia mereka, mereka menyayangi Jisoo layaknya gadis kesepian yang membutuhkan kasih sayang sebuah keluarga
Perempuan itu tak bisa mengelak, dia memang hanyalah gadis sebatang kara yang akan terus menderita selama hidupnya, jika saja dia tidak bertemu dengan keluarga ini
"Mengapa kau menatapku seperti itu?" Gadis itu tersentak setelah objek yang menjadi bahan lamunannya menegur dan menatap dirinya aneh
"Kau lapar?" Tanya Hoseok lagi yang dibalas anggukan cepat oleh Jisoo yang merasa dirinya tak bisa membalas apa-apa lagi selain mengangguk
Dia sebenarnya sama sekali tak merasa lapar, perutnya bahkan terasa penuh sama seperti pikirannya tentang keluarga ini walaupun perempuan itu belum makan dari tadi malam sama seperti Jennie
"Baiklah, Aku ingin menyediakan sarapan dulu. Oh ya, apa kau tak berangkat sekolah? Jika ingin pergi, pergilah setelah sarapan tapi sayang, Jennie harus libur dulu hari ini atau bahkan hari berikutnya"
"Tidak Oppa, aku ingin libur juga, aku akan sekolah jika Jennie juga ikut bersamaku" balas Jisoo santai yang dibalas decakan oleh Hoseok
"Dasar kalian berdua gadis nakal" desisnya dengan seringaian kecil "kalau begitu, kau ke kamarnya lagi dan bujuk dia kembali, aku akan ke dapur dulu" lanjutnya berdiri dari duduknya dan melangkah pelan ke arah dapur
Jisoo yang menyaksikan Hoseok berjalan, merasa prihatin sekaligus takjub pada anak tertua di keluarga ini, sungguh dia sangat mengidolakan sosok jangkung itu karena sifat bertanggung jawabnya yang luar biasa besar terhadap adik dan ibunya, bisa dibilang juga Jisoo bahkan sering menerima uang saku dari oppa sahabatnya itu
Benar-benar lelaki idaman semua gadis termasuk Jisoo jika saja sosok lelaki lain bernama Kim Namjoon tidak hadir ke dalam hidupnya
Hai readers 😁
Jgn lupa vote+comment nya ya 💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I ? /KSJ X KJN
Fanfictionkarena "sering" tidak selalu membuat kita "terbiasa" seperti luka, seberapa seringpun kita tidak akan pernah terbiasa karena luka akan terus berdarah bahkan jika dia terluka lagi di bekas yang sudah kering, dia akan tetap berdarah lagi dan itu akan...