Bab 5

36 10 0
                                    


Bab 5


Akhira pov

Aku masih bingung dengan apa yang terjadi. Tapi...ya, yang jelas disinilah aku duduk diatas kuda bersama pria asing yang mengaku sebagai bawahan Aloish. Dia bilang kalau dia datang untuk menjemputku atas perintah Aloish. Karena terlalu senang, aku malah mengiyakan ucapannya tanpa berfikir. Dan sekarang, setelah berfikir cukup lama diatas kuda aku baru sadar. Seharusnya aku tidak mengiyakan ucapannya semudah itu. Bagaimana jika dia bukan orang baik?

"....na, Nona" pria itu memanggilku, membuatku tersadar dari lamunanku.

"Ya?" sahutku pelan apa adanya.

"Siapa nama anda?" tanyanya lagi.

"Aku...Akhira" kami bahkan baru berkenalan.

Ah, apa yang sudah kulakukan?

"Nama yang cantik. Namaku Rafael. Aku adalah tangan kanan Yang Mulia Aloish" ujarnya menoleh sedikit.

Kalau dipikir-pikir Rafael punya wajah yang cukup tampan, ya walaupun tidak setampan Aloish.

"Anda pasti bingung. Tapi tenang saja, ketika sudah sampai diistana, semuanya akan menjadi jelas" ucapnya seakan tahu apa yang aku pikirkan.

Ya, semoga saja. Aku menatap jubah biru miliknya yang bersimbol kepala elang, hmmm mungkin ini lambang kerajaan Aloish. Aku mengedarkan pandanganku berusaha menikmati suasana sore yang dihiasi cahaya kuning keemasan yang sangat indah.

"Uh...kalian cukup berat. Bagaimana bisa aku berlari dengan membawa kalian tanpa istirahat" suara kuda yang kududuki mengusikku.

"Berapa hari perjalananmu kemari?" tanyaku pada Rafael.

" Hmm... 3 hari 2 jam nona" ucapnya masih fokus memacu kuda.

Wah... kuda ini pasti sangat lelah. Pantas saja dia mengeluh. Aku mulai memutar otak, memikirkan tindakan apa yang akan kulakukan.

" Rafa, bolehkah aku meminta sesuatu?" tanyaku setelah beberapa waktu terdiam.

" Apapun nona" sahutnya cepat tanpa berfikir terlebih dahulu.

" Bisakah kita beristirahat sebentar?" tanyaku padanya hati-hati.

"Ya, tentu saja nona" ucapnya lalu menghentikan kudanya.

Akupun turun dari punggung kuda malang itu diikuti Rafael yang ikut turun.

" Apa yang anda butuhkan nona? Akan saya carikan" ucapnya penuh hormat membuatku merasa sedikit canggung.

" Bisakah kau carikan daging, aku lapar" ucapku sedikit memohon.

Dia mengangguk lalu pergi begitu saja. Aku menghela napas, berbohong itu sungguh tidak enak. Aku sengaja meyuruhnya pergi, agar aku bisa dengan luluasa bicara pada kuda berbulu coklat ini. Aku lalu mengelus tubuh besarnya sambil tersenyum tulus.

" Beristirahatlah, kau lelah bukan?" ucapku yang dibalas anggukan kepalanya.

Aku mulai berjalan, mencari sumber mata air disekitar sini. Ketika sudah berjalan beberapa menit, akhirnya kutemukan sungai dengan air jernih dan pemandangan yang indah.

ROSALVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang