Bab 16

19 2 0
                                    



Akhira pov

Aku berusaha membuka mataku yang terasa begitu berat. Seakan ada lem yang membuat mataku terasa lengket dan sulit dibuka. Ketika mataku berhasil terbuka, aku menyipitkan mataku karena sinar matahari langsung menerpa tepat menyilaukan mataku. Aku mengedarkan pandangan dan mendapati aku berada dikamar Aloish, lebih tepatnya diistana. Apa yang terjadi padaku?

Aku lalu menundukkan tubuhku dan menyenderkan tubuhku yang lemas pada kepala ranjang. Ah, aku ingat. Aku sudah 2 hari dikurung Rafael diruangan itu. Aku lemas bukan karena terluka, tapi karena aku terlalu lama berjauhan dengan Aloish. Aku pasti semakin lemah jika berada jauh dari mutiaraku yang ada didalam tubuh Aloish, tepat didadanya. Aloish! Aku mengedarkan pandanganku dan mendapati Aloish tengah memejamkan mata dengan posisi duduk dikursi dan kepala bersender pada ranjang.

Selalu saja, aku membuat Aloish cemas dan menderita. Aloish terlihat berantakan, wajahnya tampak kelelahan. Rambutnya yang biasanya rapi kini tampak acak-acakan. Pakaian kerajaannya yang berwarna hitam tampak kusut dan lengan panjangnya dijinjing hingga siku. Aku menatap wajahnya yang pucat, yah kulitnya memang pucat. Tapi fokusku beralih pada pipinya, pipi yang biasanya putih mulus itu terlihat lecet. Terdapat goresan yang darahnya sudah mengering. Goresan itu tidak begitu dalam, tapi sudah kupastikan rasanya cukup perih.

Aku yang masih lemas dengan perlahan menyentuh goresan luka itu dengan tanganku. Dengan begitu pelan, kuusap pipinya yang terasa dingin. Namun, secara tiba-tiba Aloish membuka matanya, membuatku menghentikan usapan tanganku. Tanpa kusadari Aloish bangkit begitu cepat dan langsung menubruk tubuhku.

Aku merasakan Aloish memelukku begitu erat sampai rasanya aku kesulitan bernapas.

"Akhira, kau sudah sadar. Syukurlah. Kalau kau tidak sadar juga nanti malam, aku berjanji akan menghancurkan isi istana ini karena tidak bisa menyembuhkanmu" ucap Aloish dengan suara parau.

"Apa yang kau katakan?" tanyaku kesal dengan ucapannya.

Menghancurkan istana? Apa Aloish kehilangan akalnya dan jadi gila?

"Ya, aku gila Akhira. Aku takut kehilanganmu. Jika sampai kita berpisah, aku lebih baik mati daripada hidup tanpamu" ujar Aloish begitu serius.

Aku melepaskan pelukannya dan menatapnya horor. Dia benar-benar berlebihan.

"Akhira. Aku tidak peduli. Bahkan jika tuhan berkehendak tidak, aku akan menentang tuhan jika perlu" ujar Aloish menyentuh kedua pipiku lembut.

Aloish apa kau akan tetap sama jika mengetahui yang sebenarnya?

"Akhira, jangan menatapku seperti itu! Kau harus percaya padaku. Aku... aku sangat mencintaimu. Kumohon, dengan segala yang tidak kumiliki sebagai kekuranganku, jangan pergi. Tetaplah bersamaku yang sendirian ini. Aku tidak akan sanggup ditinggalkan lagi. Berjanjilah, temani aku seumur hidupmu".

***

Aloish pov

"Dorong lebih kuat Yang Mulia" ujar Akhira begitu antusias diatas ayunan ditaman istana.

Aku mendorong ayunan yang diduduki Akhira lagi. Merasakan dirinya terbang dan turun diudara membuatnya tertawa senang. Mendengarnya tertawa dan bahagia saja sudah membuat hatiku menghangat.

ROSALVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang