Bab 11

28 2 0
                                    





Author pov

Sore hari yang dihiasi cahaya matahari yang keemasan membuat suasana hangat mengitari bumi. Tampak   Aloish tengah berlatih pedang bersama salah satu panglima perang istana. Dengan tatapan tajam penuh intimidasi, Aloish berlatih begitu serius. Memasang kuda-kuda, lalu mengayunkan pedang menebas angin. Aloish dengan fokus memainkan pedangnya yang terlihat begitu pandai dan lihai.

"Seperti biasa, Yang Mulia petarung pedang yang baik" uji panglima perang menatap kagum Aloish.

"Panglima sangat berlebihan" ujar Aloish sambil memainkan pedangnya.

" Tidak, Yang Mulia. Hamba selalu mengatakan kebenaran daripada mengada-ada. Oh ya, bukankah Yang Mulia akan melakukan kunjungan ke kerajaan Fiskarl musim dingin kali ini?" tanya panglima perang membuat Aloish menghentikan kegiatannya.

"Benar. Ada yang anda inginkan sebagai oleh-oleh?" tanya Aloish.

"Ah, sebenarnya hamba tidak berani. Tapi, istri hamba yang tengah hamil muda dan tiba-tiba sangat menginginkan seekor ikan dari kerajaan Fiskarl yang memang memproduksi berbagai ikan langka dan aneh. Jika Yang Mulia berkenan, hamba memohon dengan merendah diri, bisakah Yang Mulia membantu hamba?" tanya panglima itu dengan sedikit khawatir.

"Ah, baiklah... apa nama ikannya?" tanya Aloish.

"Salkas, ikan berwarna merah dengan daging yang manis" ujar panglima perang.

"Menarik, aku jadi penasaran seperti apa ikan itu" ujar Aloish memainkan pedangnya kembali.

" Ahaha, Yang Mulia benar. Ikan itu salah satu ikan langka dengan harga yang juga lumayan mahal karena rasanya yang unik. Itulah yang dikatakan orang-orang yang sudah pernah memakannya" ujar panglima perang tersenyum.

"Yang Mulia... maaf mengganggu, tapi...." ujar seorang pelayan tergesa-gesa.

"Cari mati ya" ujar Aloish menodongkan pedangnya kearah pelayan yang mulai ketakutan. Pelayan itu sangat tau, saat Aloish sedang berlatih pedang tidak satupun orang yang boleh mengganggunya.

"Ampuni hamba Yang Mulia. Tapi ini keadaan terdesak" ujar pelayan itu menundukkan kepalanya.

" Kau harus belajar untuk menghargai peraturan lisan" ujar Aloish mengangkat pedangnya.

" Tunggu Yang Mulia, mungkin dia benar-benar terdesak, kenapa tidak dengar dulu alasannya" ujar panglima perang hati-hati.

Aloish menurunkan pedangnya kemudian memasukannya kembali kesarung pedang pada pinggangnya.

"Katakan" ujar Aloish dengan dingin.

"Nona... bukan, calon permaisuri Akhira... tidak ada dimana-mana. Beliau kabur dari istana tadi siang" ujar pelayan itu tersendat-sendat karena takut.

Ekspresi dingin Aloish langsung berubah terkejut dan gelisah.

"Apa? Kenapa bisa?!" ujar Aloish sedikit berteriak, terang saja membuat si pelayan terlonjak dan semakin bergetar ketakutan.

"Nona bilang dia ingin sendirian, tapi saat kami kembali membawa makan siang, dia sudah tidak ada" cicit sang pelayan.

"Tidak berguna!" teriak Aloish lalu berlalu pergi begitu saja membiarkan panglima perang yang tampak terheran-heran. Melihat Aloish sudah pergi, pelayan itu langsung terduduk diatas tanah dengan lemas. Panglima perang yang melihat itu menghela nafas lalu menggelengkan kepala perang.

"Tidak disangka, sekeras apapun sebuah batu, pasti akan retak juga. Yang mulia akhirnya mulai berubah karena perasaan dan hatinya. Dunia ini benar-benar adil dengan takdir yang berbalas. Bahkan untuk seorang iblis sekalipun" ujar panglima perang tersenyum kecil sambil menatap langit sore.

ROSALVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang