Bab 15

33 2 0
                                    


Aloish pov

Hari sudah malam ketika kami sampai dikerajaan Fishkarl.

"Selamat datang Yang Mulia Aloish, dan...." ujar walikota Fishkarl menatap Akhira lekat.

Setiap kerajaan yang berada atas naunganku memiliki satu wali kota dan satu raja yaitu aku sendiri.

"Perkenalkan ini permaisuri Akhira, istriku" ujarku lalu meraih pinggang ramping Akhira dengan posesif.

"Ah, hamba sudah dengar tentang pernikahan Yang Mulia. Selamat atas pernikahan anda dan maaf hamba tidak dapat hadir" ujarnya menunduk hormat.

"Tidak masalah" jawabku masa bodo.

"Ah, mari anda pasti sangat lelah. Hamba antarkan ke mension" ujarnya mempersilahkan kami.

"Yang Mulia" panggil Akhira disebelahku.

Aku menoleh dan sedikit menunduk untuk menatap gadis cantik yang tingginya bahkan tidak sampai bahuku itu. Ia terlihat tidak nyaman dengan tanganku yang merangkul pinggangnya posesif. Ini karena banyak sekali pria disini yang menatap Akhira lapar. Ergh, ingin rasanya aku congkel mata mereka satu-satu.

"Tolong tangan anda Yang Mulia" ujar Akhira berusaha melepaskan tanganku dipinggangnya.

"Diam dan menurutlah Akhira. Atau...." ujarku menatap lekat wajahnya yang memasang wajah khawatir.

"Aku akan menggendongmu ke mension" ujarku sukses membuatnya melebarkan mata biru langitnya.

Lihat! Betapa menggemaskannya ekspresi Akhira ini.

"B-baik Yang Mulia" ujarnya menundukkan wajah cantiknya.

Kami terdiam beberapa saat dan terus berjalan mengikuti wali kota yang tidak kutahu namanya. Terlalu banyak walikota membuatku tidak bisa mengingat nama mereka satu-satu.

"Yang Mulia.... apa yang akan kita lakukan disini?" tanya Akhira sambil mengedarkan pandangannya.

"Aku punya beberapa urusan disini. Sekaligus, kita akan bulan madu disini" ujarku sedikit kaku, ah bahkan mengatakannya saja membuatku gugup.

" B-bulan madu?" tanya Akhira menatapku dengan ekspresi lucunya.

Aku dengan gemas mencubit hidung kecilnya membuat ia meringis dan memegang hidungnya yang kini memerah.

Brukkkk....

Makhluk kecil, maksudku bocah kecil laki-laki tiba-tiba menabrakku, dengan sigap aku menahan tubuh kecilnya agar tidak terpental dan jatuh.

"Ah ya ampun, kau tak apa?" tanya Akhira mengambil tangan kecil bocah laki-laki itu.

"Tidak, aku minta maaf" ujar bocah kecil itu menatapku dengan tatapan polosnya.

"Kau seharusnya menggunakan matamu dengan baik" ujarku dingin.

Aku tidak perlu repot-repot berekspresi padanya.

Lagipula, dia hanya bocah ke....

"Huaaaaa...." bocah kecil itu tiba-tiba menjerit.

"Hei, kenapa menangis?" tanya Akhira mengusap kepala bocah kecil itu.

"Paman itu menyeramkan sekali kalau marah. Huuaaaa...." ujar bocah kecil itu mengeraskan tangisnya.

ROSALVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang