Sepentin: Dia Datang

5.1K 342 24
                                    

Jiyura Pov

"Oh kau mau berangkat kerja?" Dia mengangguk. Dia mendekatiku dan mengecup keningku seperti biasanya.

"Aku pergi ya, hati-hati dirumah" ia mengacak rambutku lalu berjalan keluar.

Aku menutup pintu lalu berjalan kearah dapur. Aku akan memasak makanan yang banyak, karena hari ini orangtua Daniel dan orangtuaku akan datang. Daehwi pun kabarnya juga akan datang.

Mereka bilang akan makan malam dirumah kami. Jadi kemarin malam, aku dan Daniel sudah berbelanja bahan makanan. Jadi aku tidak perlu lagi berbelanja pagi ini.

Setelah apa yang kami lakukan 2 hari yang lalu, hubungan kami kembali membaik. Aku berharap sudah tidak ada lagi penghalang diantara kami. Ya semoga saja.

Kring! Kring!

Aku meraih ponselku yang ada diatas meja makan. Kulihat ID Caller tersebut.

Taeyongie><

Dengan cepat aku langsung memencet tombol hijau disana.

"Halo"
"Hei! Bagaimana kabarmu?"
"Seperti yang kau dengar, aku baik. Kalau kau?"
"Tentu saja aku baik! Kau dirumah?"

Aku mengiyakan "Wah beda sekali yang sudah berumah tangga. Aku iri haha, doakan aku dapat perempuan cantik disini ya?"

"Tidak juga. Memang kau sekarang ada dimana?"

"Aku sekarang sedang berada di Amerika. Ya kau tahulah jadi ceo sepertiku ini sibuknya seperti apa" balasnya angkuh.

"Ya, aku tahu. Ceo sepertimu itu sibuk sekali. Yasudah, selamat bekerja. Aku doakan kau menemukan perempuan cantik disana. Kudengar perempuan disana sedikit 'agresif'. Kau mengerti kan maksudku?" Tanyaku sedikit berbisik. Aku hanya ingin sedikit menggodanya.

"Ya, ya, aku tahu. Aku tutup ya, bye!"

Tut!

Sambungan telepon ditutup secara sepihak. Seperti yang dilihat, ia kesal. Seorang Lee Taeyong memang sedikit anti dengan perempuan-perempuan seperti itu. Aku malah senang kalau dia tidak menyukai perempuan yang seperti itu. Karena takutnya ia juga akan jadi 'liar' seperti perempuan-perempuan itu.

Aku menaruh ponsel itu kembali dan mulai memasak makanan untuk makan malam nanti.

...

Semua sudah siap. Hanya tinggal menunggu mereka datang dan juga menunggu Daniel pulang.

Aku sudah tidak sabar. Karena sudah lama sekali kami tidak makan malam bersama. Apalagi dengan ocehan Daehwi yang lucu itu. Aku benar-benar merindukannya.

Terutama ibu dan ayah. Aku benar-benar ingin bertemu mereka, karena selama ini kami hanya saling berkomunikasi lewat telepon saja.

"Sudah jam setengah 8 tapi kenapa mereka belum datang ya?" Aku melirik kearah jam dinding berwarna abu-abu itu.

Suara password apartemen yang dibuka itu membuatku mendekat kearah pintu. Daniel masuk dengan senyumnya.

"Aku pulang" ia mendekat dan mengecup keningku. Aku dengan segera mengambil tas yang ada ditangannya.

"Mereka belum datang ya?" Aku mengangguk. "Mereka belum menelepon daritadi. Oh kau mau mandi air hangat tidak?"

"Tidak usah. Aku mandi air biasa saja. Siapkan aku segelas teh saja ya" ia masuk kedalam kamar. Aku menyusulnya dan menaruh tas kerjanya diatas meja. Lalu aku kembali kedapur.

Setelah membuatkan teh untuk Daniel, aku pun menunggunya disofa depan tv. Tiba-tiba suara dering telepon dari ponselku. Aku langsung mengangkat ketika tahu siapa yang menelepon.

"Halo?"

"Maaf Jiyura. Kami semua tidak bisa datang. Ayahmu dan ayah mertuamu sedang ada perjalanan bisnis di jepang. Terpaksa ibumu dan aku juga ikut. Kalau Daehwi sedang ada tugas kuliah jadi dia tidak bisa datang. Kau tidak apa-apa kan?"

Aku menghela napas pelan "Iya, tidak apa-apa bu. Hati-hati ya. Aku tutup dulu, ya bu" aku menutup panggilan secara sepihak.

Aku menatap nanar meja makan yang sudah dipenuhi makanan. Padahal aku sudah masak banyak. Bagaimana kami berdua menghabiskan makanan sebanyak ini?

Daniel keluar dengan kaos lengan panjang dan celana selututnya. "Kenapa? Mereka tidak datang?" Tanyanya ketika melihat aku menatap makanan-makanan dimeja makan dengan kecewa.

"Ya, orangtua kita ada perjalanan bisnis. Daehwi sedang ada tugas kuliah. Jadi kita harus apakan makanan ini? Kau bisa menghabiskannya?"

"Masukkan setengah ke lemari es, dan sisanya kita makan berdua"

"Tapi aku sedang diet, Kang Daniel" balasku tak setuju. Dia menarikku ke meja makan dan menyuruhku duduk dikursi. Ia mengambilkanku nasi dengan beberapa lauk yang sudah kumasak.

"Aku tidak makan sebanyak ini, Kang Daniel. Aku sedang diet"

"Diet apa katamu? Badanmu sudah kurus seperti sehelai kertas seperti ini kau masih mau diet? Aku tidak perduli, ayo makan" jawabnya santai. Ia duduk didepanku dan mengambil nasi dan lauk pauknya. Ia makan dengan tenang.

"Tapi menurutku aku ini gendut. Kau tak lihat pipiku ini tambah melebar? Hidungku mulai pesek. Aku harus diet"

Dia berhenti makan lalu menatapku "Dengar aku. Aku tidak perduli kau gendut atau kurus. Yang penting aku mencintaimu apa adanya. Aku malah tidak suka melihatmu kurus, aku malah kau senang jika kau gendut. Sudahlah, jangan membantahku Jiyura. Makan saja dengan banyak. Habis ini kau harus minum susu biar badanmu meninggi" ucapnya lalu diakhiri dengan kekehan.

Aku menepuk tangannya pelan "Mulai lagi. Hina saja terus, enak ya punya badan tinggi sepertimu. Tapi selalu saja menghina istrinya soal tinggi badan. Ckck, suami macam apa kau ini"

"Aku hanya bercanda. Ayo makan, nanti keburu dingin" aku mengangguk lalu mulai makan.

Baru 2 suapan sendok dimulutku, tiba-tiba ada bunyi bel.

"Siapa?" Teriakku sambil berjalan untuk membuka pintu.

Betapa terkejutnya aku, ada 3 orang yang datang kerumah kami. 1 orang itu benar-benar aku kenal. Dia adalah Jihna.

"Oh halo, maaf menganggu, tapi bisakah kita bicara didalam saja" aku agak ragu tapi aku melihat kondisi Jihna yang seperti tidak ada nyawa itu, langsung saja aku suruh mereka masuk. Apalagi aku tahu kalau Jihna patah kaki setelah kecelakaan kemarin

Saat mereka sudah duduk diruang tamu, Daniel mendekatiku "Mereka kenapa datang kesini" bisiknya ditelingaku. Aku malah menghendikkan bahu.

"Selamat datang" sapa Daniel ketika dia mendekati ketiga orang itu. Ia langsung membulatkan matanya ketika melihat Jihna seperti orang tak bernyawa.

"Jadi kedatangan saya kali ini, saya ingin meminta nak Daniel untuk mengizinkan Jihna tinggal disini sampai dia sembuh"

"A-apa?!"

"Maaf tapi Jihna tidak mau makan selama 2 hari. Dia sudah dipaksa tapi dia tetap tidak mau. Dia bilang dia hanya ingin makan kalau nak Daniel yang menyuruhnya makan dan juga menyuapinya. Saya tahu ini keterlaluan, tapi saya tidak ada cara lain untuk ini. Jihna sudah benar-benar lemas sekarang. Saya mohon tolong pengertiannya" jelas Tuan Park pada kami.

Aku menatap Daniel dan Daniel juga menatapku. Aku melihat keadaan Jihna yang memang benar-benar sama persis seperti orang yang tak memiliki nyawa. Tubuhnya pucat dan badannya terlihat sangat lemas. Belum lagi kakinya yang patah itu. Aku jadi tidak tega melihatnya.

"Tidak bisa. Saya sudah mempunyai istri dan saya tidak ingin istri saya sedih" balas Daniel tegas. Mereka semua tertunduk. Padahal kelihatannya mereka berdua orang terpandang, tapi demi anaknya mereka rela seperti ini. Aku semakin tidak tega dengan mereka.

"Tidak, saya sebagai istrinya memperbolehkan Jihna tinggal disini sampai dia sembuh"

#######

Sorry gaes, updatenya lama ya? Mian, soalnya lagi ujian. Ini aja gw sempet"in nulis buat kalian.

Makasih yang udah support aku dikomen. Aku seneng banget lohhh

Dijodohin x Kang Daniel [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang