Eiktin: Tinggal Serumah?

4.7K 321 16
                                    

Daniel Pov

"Tidak, saya sebagai istrinya memperbolehkan Jihna tinggal disini sampai dia sembuh"

Apa? Apa aku tidak salah dengar? Jiyura mengatakan itu barusan?

Aku menatap tajam Jiyura dengan maksud "Apa yang kau katakan?!"

Dia membalas menatapku tajam pula. Wah dia sudah gila sepertinya.

"Apa tidak apa-apa?" Tanya Ibunya Jihna. Jiyura mengangguk sambil tersenyum tulus.

"Tidak apa-apa"

Aku mendesah pasrah dan menatap mereka berbicara. Sudahlah, selagi Jihna tidak menghancurkan rumah tanggaku itu tidak terlalu masalah bagiku.

...
Jiyura Pov

"Jihna"

Panggilku masuk kedalam kamarnya. Diapartemen kami, ia menempati kamarku dulu. Tapi kami tidak memberitahunya itu kamarku dulu. Bisa-bisa ia memikirkan yang tidak-tidak tentang rumah tangga kami.

Jihna sudah bangun, ia tapi hanya duduk bersender dikasur. Ia memang susah untuk berjalan karena kakinya itu.

"Eoh, Jiyura"

"Ayo sarapan dulu, aku sudah memasak sarapan untuk kita bertiga" dia mengangguk.

Aku mendekatinya dan membantunya berdiri dan berjalan kearah meja makan.

"Terimakasih" ucapnya setelah aku membantunya untuk duduk. Aku mengangguk "Silahkan dimakan"

Tak lama Daniel keluar dengan setelan jas lengkap. Jihna berhenti menyendokkan nasi kemulutnya dan menatap Daniel dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kau sudah siap?" Daniel mengangguk sambil tersenyum.

Daniel duduk kursi sebelahku "Kau sudah mandi? Kau keramas ya?" Tanya Daniel menatapku.

Aku bergumam "Ya, aku kan selalu keramas. Kau saja yang tidak tahu"

Daniel mendekatkan wajahnya pada rambutku. Ia malah mengendus-ngendus rambutku sambil sesekali menciumnya.

"Ah ya, kau benar" ucapnya lalu mulai makan. Apa-apaan dia, dia lupa kalau didepannya itu ada siapa?

Apalagi Jihna itu bukan temannya. Tapi mantan pacarnya. Wah dia benar-benar tidak waras.

Aku melanjutkan makanku kembali. Sesekali aku menatap Jihna. Namun ia bersikap biasa saja. Mungkin ia memang sudah tidak ada lagi rasa pada Daniel.

Tiba-tiba Daniel memecahkan keheningan "Jiyura, dibibirmu ada nasi"

Aku langsung meraba-raba bibirku "Tidak ada. Dimana?"

"Bercanda" ia mengecup bibirku lalu menatapku sambil tersenyum nakal dan kembali melanjutkan makannya.

Kurang ajar. Ia malah mengerjaiku dan bahkan menciumku?

Aku menatap Jihna dan melihatnya sedang menatap kami juga.

"Maafkan kami, Jihna" ucapku padanya. Ia mengangguk lalu tersenyum.

"Tidak apa-apa, aku mengerti"

...

Hari sudah jam 9 malam, sudah waktunya Daniel pulang. Aku dan Jihna menunggunya sambil menonton tv di sofa.

Aku menyuruhnya untuk tidak ikut menunggu, namun ia bersikeras untuk menemaniku.

Tak lama bunyi password dimasukkan. Sudah pasti itu Daniel.

"Sayang aku pulang!" Serunya ketika masuk. Ia mendekati kami dengan ria. Kancing baju atasnya terbuka satu, dasi yang sudah tak berbentuk, dan jas yang sudah tidak ia pakai lagi.

Dia memang selalu saja pulang seperti itu. Aku awalnya takut ia melakukan hal yang tidak aku ketahui ketika ia diluar.

Tapi dari wajahnya yang terlihat sangat lelah dan selalu mengeluh pinggang yang sakit, aku jadi menghilangkan pikiran negatifku tentangnya.

"Kau sudah makan? Kau mau mandi air hangat atau air biasa?"

"Aku tidak lapar. Aku mau mandi saja. Kau siapkan air hangat untukku ya" ia mengecup keningku lalu masuk kedalam kamarnya.

Aku hendak masuk kekamar untuk menyiapkan air hangat. Namun aku melihat kearah sofa.

Astaga aku lupa kalau ada Jihna disana. Ia menatapku sebentar lalu memalingkan wajahnya ke tv.

"Jihna, kau ingin tidur? Kalau iya ayo aku antar kekamar" ia menggeleng tanpa menoleh kearahku.

"Tidak apa-apa, kau urus saja suamimu"

Aku terdiam. Kurasa Jihna memang belum melupakan Daniel sepenuhnya.

...

Hari demi hari berlalu. Jihna sudah hampir 2 minggu dirumah kami. Awalnya memang terlihat baik-baik saja. Tapi ternyata tidak.

Ia selalu saja bersikap manja pada Daniel. Contohnya sekarang.

"Daniel, aku ingin ke sofa. Kau bisa bantu aku kan ke sofa?" Tanya Jihna dengan nada yang sengaja ia buat seperti aegyo.

Daniel mendengus "Kau kan bisa dengan Jiyura. Aku sedang makan, jangan ganggu aku" balas Daniel dingin.

Aku hanya diam sambil menyimak percakapan mereka.

"Hmm, t-tapi Jiyura sering tidak bisa menjaga keseimbangannya. Buktinya kemarin aku hampir jatuh"

Kemarin?

Kemarin dia sendiri yang membuat kami hampir terjatuh. Ia mendorongku tapi ia malah pura-pura tidak tahu. Dia sudah keterlaluan.

"Aku? K-kemarin--"

"Daniel ayolah, aku hanya ingin menonton"

Daniel memejamkan matanya sejenak lalu menghembuskan napas pasrah "Yasudah ayo"

Ia mendekati Jihna dan membantunya untuk berjalan kesofa. Aku hanya bisa diam dan melihat.

"Terimakasih" serunya ketika dia sudah duduk disofa. Daniel mengangguk lalu kembali ke meja makan.

Daniel menatapku "Jiyura kau--"

Aku tersenyum kecil "Tidak apa, aku mengerti" Aku membereskan piringku dan membawanya kedapur untuk mencucinya.

Setelah mencucinya, aku pun berjalan masuk kedalam kamar.

"Aku masuk kekamar ya? Jangan pulang terlalu larut" aku mendekatinya terlebih dahulu dan mencium punggung tangannya.

Daniel mengecup keningku seperti biasanya "Yasudah, hati-hati ya dirumah. Aku sebentar lagi berangkat"

Aku mengangguk lalu masuk kedalam kamar. Aku bukannya cemburu, tapi sedikit kesal dengan tingkah Jihna yang seperti itu. Dia lupa kalau Daniel sudah mempunyai istri?

#####
Udah gaes, otak gw lagi pusing nih. Males buat nerusin di part ini. Pendek kan? Iya emang. Cuma 800 kata kok. Biasanya gw nulis 1000an lebih.

Maaf ya, next part semoga panjang ya!

Dijodohin x Kang Daniel [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang