awalnya, hyunjin berniat menemui kekasihnya. pria itu datang ke rumah sakit dan saat matanya menangkap sesosok jeongin, tiba-tiba mood hyunjin menghilang begitu saja.
jeongin berdiri tidak jauh darinya dengan seorang pria yang sama-sama memakai jas dokter seperti yang jeongin kenakan.
sebut saja itu lai guanlin. musuhnya, rival abadinya sejak masih smp.
"jeongin," hyunjin memanggil. nada pria itu datar, sedatar wajahnya saat ini.
jeongin dengan wajah sumringah setengah berlari menghampiri hyunjin. tidak peka kalau kekasihnya itu tengah menatap tajam guanlin yang ada didepannya.
"kenapa tidak bilang dulu kalau mau kesini?"
"hwang hyunjin, lama tidak bertemu ya"
guanlin menyahut tiba-tiba. dengan senyum miring setengah mencemooh. jeongin mengerjab "kalian kenal?"
tangan hyunjin menarik tubuh jeongin agar merapat padanya "hanya teman biasa. jam mu sudah selesai?"
jeongin menoleh kearah guanlin lalu kearah hyunjin "err, sudah sih. tapi aku perlu membicarakan beberapa hal dengan dokter guanlin"
"besok saja tidak bisa?"
"ini agak urgent, ngomong-ngomong. kenapa memaksa sekali, jeongin juga tidak keberatan" guanlin menjawab. pria itu berjalan mendekat dan hyunjin bersumpah sedang menahan diri untuk tidak menonjok pria itu.
jeongin yang menyadari aura buruk diantara dua pria itu lantas menengahi "maaf dokter guanlin, mungkin lain waktu saja. maaf sekali dokter" jeongin membungkuk beberapa kali lalu segera menarik hyunjin pergi dari sana.
"hyung ini kenapa sih?"
hyunjin mendengus "apanya yang kenapa?"
jeongin melepas jas dokternya, memasukkan kedalam tas dan menggenggam tangan hyunjin berjalan menuju lobby rumah sakit.
"dokter guanlin itu temanmu?"
hyunjin menjawab singkat "bukan"
dahi jeongin berkerut "terus? kalian seperti sedang bertengkar saja. oh, atau jangan-jangan.."
pandangan mata hyunjin menajam, ia menatap kekasihnya yang menatapnya tak kalah tajam juga.
"-dia mantanmu, ya?!"
ingin rasanya hyunjin membenturkan kepalanya ke setir mobil "demi tuhan yang jeongin! mana mau aku dengan manusia macam dia!"
bahu jeongin merosot, pandangan matanya sendu "ya aku kan memang tidak tahu. tidak usah membentak kenapa sih"
hyunjin menghela napasnya lagi. ia menarik tubuh mungil jeongin kedalam pelukannya sambil mengucapkan maaf berkali-kali. dari dulu hyunjin rasanya mau emosi tiap kali menyangkut tentang guanlin.
"aku punya hubungan yang buruk dengan guanlin,"
jeongin menggumam didalam dekapan hyunjin "hyung, tiba-tiba aku jadi kepikiran sesuatu"
"hmm, apa itu sayang?"
jeongin menggigit bibir. ragu harus berucap atau tidak. hyunjin menunduk dan mendongakkan kepala jeongin dengan telunjuknya "kenapa diam?"
"dokter guanlin itu, beberapa minggu yang lalu bilang kalau suka padaku"
bagus, mungkin setelah perang dingin yang mereka buat selama bertahun-tahun ini akan tetap berlanjut. terlebih ini menyangkut jeongin, hyunjin tidak terima. firasatnya sudah jelek-jelek tentang guanlin saat ini -atau memang dari dulu juga hyunjin tidak pernah punya pikiran baik soal pria itu.
welcome konflik😚😚😚😚😚
GAK GAK, AKU TIDAK AKAN MEMBERI KONFLIK BERAT. TIDAK TEGA AKUTUH:(((((
KAMU SEDANG MEMBACA
lakuna | hyunjeong
Short Storyhyunjin tidak pernah peduli dengan yang namanya konsep 'pria cantik' seperti yang di elu-elukan temannya, sampai dia bertemu dengan jeongin.